Jowonews

SMAN 1 Sigaluh Lestarikan Seni Thek-Thek Yang Dikhawatirkan Akan Punah

Seni Thek-thek SMAN 1 Sigaluh

BANJARNEGARA – Kesenian thek-thek merupakan kreasi seni lokal yang dikhawatirkan akan punah. Kesenian thek-thek atau kadang juga disebut kenthongan ini dalam pertunjukannya terdapat pemain musik dan juga penarinya. Salah satu pelaku kesenian tradisional di Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Sarmidi (56) mengaku khawatir terhadap keberlangsungan seni tradisional ini. Ia menilai generasi muda mulai banyak yang meninggalkan kesenian Banyumasan ini. Hal senada juga diungkapkan Joko Pitoyo dan Khadirin. Mereka menilai generasi muda saat ini merasa malu memainkan peralatan musik tradisional. “Kalau embeg atau kuda lumping masih mending karena masih banyak tanggapan (pertunjukan). Kalau thek-thek sangat jarang,” kata Joko yang diamini Khadirin, dikutip dari serayunews.com, Rabu (21/9/2022). Jika jarang ada pementasan, artinya ada kemungkinan kesenian ini akan hilang dan punah. Padahal seni tradisional ini menjadi salah satu warisan budaya yang perlu terus dilestarikan. Kini, di tengah kekhawatiran akan punahnya thek-thek, SMAN 1 Sigaluh berusaha memanfaatkan kurikulum merdeka untuk melestarikan seni dan budaya lokal, khususnya kesenian thek-thek. Camat Sigaluh, Izak Danial Aloys mengatakan, dirinya kerap melihat beberapa siswa SMAN 1 Sigaluh mengikuti berbagai kegiatan kesenian tradisional. Menurutnya hal ini merupakan langkah positif, dimana saat ini para pelaku kesenian tradisional mengalami kesulitan dalam hal regenerasi. “Kurikulum merdeka dan P5 sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka ini dapat menjadi solusi untuk meregenarasi kembali kesenian tradisional,” ujarnya. Menurutnya, jika hal ini dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, maka pelestarian seni tradisional berpeluang meningkat dan berkelanjutan. “Tentunya kami sangat berharap ini akan menjadi upaya regenerasi dalam pelestarian budaya. Kami sendiri di kecamatan berusaha memfasilitasi seni yang ada dengan sekretariat bersama. Mudah-mudahan bisa dijadikan sebagai pusat budaya,” tandasnya.

Manfaat Purwoceng Dieng, Selain Menghangatkan Juga Meningkatkan Gairah Seksual

Purwoceng Dieng

BANJARNEGARA – Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Banjarnegara menawarkan minuman khas bernama Purwoceng. Minuman herbal ini dikatakan dapat meningkatkan stamina, kekebalan hingga diyakini dapat meningkatkan gairah seksual. Minuman herbal purwoceng berasal dari tanaman purwoceng yang memiliki nama latin Pimpinella sniatjan. Tumbuhan ini tumbuh di Pegunungan Dieng dan seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan. Setelah panen, tanaman purwoceng biasanya dikeringkan. Daun dan cabang akar dapat digunakan untuk diseduh menggunakan air panas. Rasanya lebih enak jika dicampur dengan susu atau kopi. Adapun kegunaannya, tanaman ini tidak perlu diragukan lagi. Data dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa purwoceng mengandung senyawa limonene, caffeic, squalene, dianethole, isoorientin, anisketone, dan hydroquinone. Berdasarkan kandungannya, selain mampu menjaga stamina dan kekebalan tubuh, ada juga afrodisiak yang diyakini dapat meningkatkan gairah seksual. “Saya telah mengembangkan dan menjual minuman Purwoceng selama kurang lebih 20 tahun. Selain menyediakan produk siap pakai, saya juga menjual daun dan akar untuk dikirim ke beberapa daerah,” kata pembuat minuman Purwoceng Saroji, Sabtu (17/9/2022). Bagi yang berkunjung ke dataran tinggi Dieng Banjarnegara, jangan lupa untuk membeli minuman khas ini. Selain nikmat saat udara dingin, minuman ini juga bisa menjadi oleh-oleh. Perlu diketahui, pada gelaran Dieng Culture Festival beberapa waktu lalu juga dilakukan upaya pemecahan Rekor MURI dengan aksi minum 1.500 gelas Purwoceng. Harapannya selain memperkenalkan minuman khas Dataran Tinggi Dieng ini juga untuk memberikan efek hangat bagi peserta di tengah dinginnya udara kawasan tersebut. Foto: doc. Youtube Jateng Kita

Aksi Minum 1500 Gelas Purwaceng Di Dieng Pecahkan Rekor MURI

Purwaceng

BANJARNEGARA – Kurang lengkap rasanya jika mengunjungi Dieng tanpa mencicipi minuman khas Purwaceng. Bahkan pada acara Dieng Culture Festival (DCF) tahun ini, terdapat agenda pemecahan rekor MURI meminum Purwaceng sebanyak 1500 gelas. Aksi untuk mempopulerkan minuman tradisional khas Dieng ini dilakukan usai pembukaan DCF di lapangan Arjuna, Desa Dieng Kulon. Aksi minum Purwaceng ini dilakukan oleh warga setempat dan para wisatawan yang sengaja menghadiri DCF. Salah satu wisatawan asal Indramayu Anggi mengaku baru pertama kali meminum Purwaceng. Menurutnya, rasanya hampir seperti jahe, tapi tidak pedas di lidah. “Ini baru pertama, rasanya seperti jahe tapi tidak terasa pedas seperti jahe,” ujarnya, dikutip dari Detik Jateng, Jumat (2/9/2022). Efek setelah minum Purwaceng, hampir sama saat meminum jahe. Minum purwaceng mampu memberikan efek hangat pada tubuh. Hal ini sangat cocok diminum, yang mana saat ini suhu udara di Dieng sudah mulai dingin. “Setelah minum rasanya di badan hangat. Jadi lumayan bisa untuk menghangatkan. Karena ini udaranya sudah mulai dingin,” sambungnya. Pemecahan Rekor minum purwaceng merupakan kerjasama antara Pokdarwis Dieng Pandawa dengan Bank Indonesia sebagai sponsor utama DCF pada tahun 2022. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, sebanyak 1.516 gelas Purwaceng diminum bersama. Kegiatan ini juga memecahkan rekor MURI sebagai minuman bersoda terbanyak. “Ada 1.516 cup purwaceng yang diminum secara bersama-sama. Pemecahan rekor MURI ini sekaligus menandai semangat kebersamaan dalam mewujudkan Dieng sebagai destinasi wisata yang inklusif dan mendukung implementasi green economy yang berkelanjutan,” paparnya.. Purwaceng sendiri merupakan minuman khas Dieng yang mampu memberikan efek hangat pada badan. Sehingga dengan meminum minuman ringan bersama diharapkan dapat menghangatkan tubuh para wisatawan. “Ini minuman organik khas Dieng dan konon katanya bisa memperbaiki kondisi fisik dan menghangatkan badan,” jelasnya. Foto: doc. Detik Jateng

Ratusan Warga Desa Kalilunjar Banjarnegara Berebut Tumpeng Raksasa

Desa Kalilunjar Banjarnegara

BANJARNEGARA – Ratusan warga Desa Kalilunjar, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara tumpah ruah merebutkan tumpeng raksasa di halaman kantor desa setempat, pada Kamis (25/8/2022). Tumpeng raksasa setinggi 7,7 meter tersebut berisi nasi putih, nasi merah, nasi jagung dan aneka sayuran hasil bumi. Tumpeng tersebut juga berisi uang dengan total jutaan rupiah. Tradisi sedekah bumi ini diawali dengan prosesi kirab pusaka dan boyong oyot genggong dari kantor desa lama menuju kantor desa baru sejauh 1 kilometer. Oyot genggong adalah akar dari pohon genggong. Diameter pohon tersebut cukup besar menyerupai alat musik gong dalam gamelan. Prosesi turun menurun ini juga telah menjadi simbol desa. Dalam kirab ini warga setempat juga membawa aneka lauk pauk yang pada nantinya disantap bersama-sama di kantor desa. Kepala Desa Kalilunjar, Slamet mengatakan, tradisi turun temurun ini sengaja dilestarikan untuk mengangkat potensi budaya dan kearifan lokal. Ia juga berharap tradisi ini dapat menjadi destinasi wisata sekaligus menjadi ajang silaturahmi antar warga desa. Foto: iNews.id