Jowonews

Serunya Lomba Car Limbo di Boyolali, Kabin Mobil Sampai Menyentuh Tanah

Car Limbo

BOYOLALI – Puluhan penggila sedan mengikuti lomba Car Limbo se-Kabupaten Boyolali. Mereka bersaing adu ceper mobil dengan modifikasi serendah mungkin. Lomba Car Limbo atau biasa disebut adu mobil ceper ini digelar di halaman parkir Kebun Raya Indrokilo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Satu per satu, mobil modifikasi berkaki ceper memasuki alat pengukur kerendahan mobil. Untuk membuat mobil menjadi sangat rendah, beberapa peserta mencoba menginjak atap mobilnya hingga penyok. Karena dalam kompetisi ketinggian mobil diukur dari atap ke bawah. Persaingan menjadi lebih menarik dengan mengikuti car limbo konten untuk kategori sopir sebanyak-banyaknya. Akibat kelebihan kapasitas penumpang, kondisi mobil semakin merendah, sehingga sulit dijalankan karena kabin di bawah menyentuh lintasan. Dikutip dari iNews Jateng, Senin (19/12/2022), Presiden HCAI Umim Yusuf Supriyadi mengatakan, kegiatan kompetisi Car Limbo ini merupakan bagian dari Jambore Nasional Honda Cielo Accord Indonesia (HCAI) ke-6. HCAI diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Soloraya, Yogyakarta, Semarang, Jabodetabek, Jawa Timur, Jawa Barat, bahkan hingga Sumatera. Selain lomba Car Limbo, banyak lomba lain yang juga diadakan pada kesempatan ini juga diselenggarakan kontes lainnya, seperti kontes best original, audio dan best modifikasi atau ajang memamerkan mobil modifikasi. Mulai dari eksterior dan interior yang dijadikan sebagai daya tarik. Foto: doc. iNews Jateng

Kandang Ayam Berisi 3.000 Ekor Ayam di Simo Boyolali Ambruk Dan Terbakar Usai Diterjang Puting Beliung

Kandang Ayam di Simo Boyolali Terbakar

BOYOLALI – Kebakaran terjadi di Dusun Penggung, RT 001, RW 001, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Kejadian terjadi saat hujan disertai puting beliung melanda dusun tersebut pada Jumat malam (23/9/2022) pukul 19.00 WIB. Amukan jago merah menyala itu masuk ke kandang ayam milik Wiyanto. Beruntung, insiden tersebut tidak menimbulkan korban luka. Namun kerugian ditaksir mencapai Rp 150 juta. Selain kandang, juga 3.000 ekor ayam di dalam kandang terbakar. “Api berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran Boyolali dengan membawa dua unit mobil pemadam kebakaran,” kata Kasi Humas Polres Boyolali, AKP Dalmadi, Sabtu (24/9/2022), dikutip dari joglosemarnews.com. Dijelaskan, kejadian bermula saat hujan deras disertai angin puting beliung. Karena angin kencang, kandang berisi 3.000 ekor ayam tersebut ambruk. Ketika kandang ayam ambruk, api dari tungku masih menyala. Akibatnya, api dari tungku tersebut kemudian menjalar ke kandang ayam yang ambruk. Api dengan cepat menghanguskan kandang ayam yang terbuat dari bambu. Apalagi ditambah dengan angin kencang, api cepat berkobar dan menghanguskan seluruh bagian kandang. Ia menambahkan, kejadian tersebut memang diketahui oleh pemilik kandang, Wiyanto dan pekerjanya. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena api cepat menjalar ke seluruh bangunan kandang yang ambruk. Wiyanto kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Simo. Polisi kemudian meneruskan laporan tersebut ke pemadam kebakaran Boyolali. Setelah menerima kabar tersebut, petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi dengan dua unit mobil pemadam kebakaran. Sehingga api dapat dipadamkan. Meski demikian, petugas tetap menyemprotkan air guna pendinginan dan memastikan api benar- benar padam. Foto: doc. Waskita/joglosemarnews.com

Komunitas Boyolali Slingshot Lestarikan Permainan Tradisional Ketapel

Komunitas Boyolali Slingshot

BOYOLALI – Ketapel merupakan permainan lama yang mulai memudar karena modernisasi. Dulu, alat ini digunakan untuk berburu. Komunitas Boyolali Slingshot (BOS) berupaya melestarikan permainan ketapel tradisional tersebut. Pendiri komunitas Boyolali Slingshot, Agung Nugroho menjelaskan, bahwa keberadaan ketapel sebagai mainan tradisional kini mulai hilang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, inovasi dan sosialisasi permainan tradisional ini harus ditingkatkan agar keberadaannya tidak hilang. “Katapel adalah alat permainan masa kecil dan alat berburu pada zaman dahulu. Namun, sekarang sudah banyak dilupakan oleh anak-anak, zaman sekarang lebih memilih game online,” ujar Agung, dikutip dari GenPI.co, Minggu (11/9/2022). Agung mengatakan anak muda saat ini cenderung menyukai game online. Padahal, menurut dia, permainan tersebut tidak melatih otot dan saraf motorik anak. Agung ingin memperkenalkan ketapel sebagai hobi dan prestasi melalui komunitas ini, “BOS berusaha menyosialisasikan katapel sebagai alternatif olahraga rekreasi yang bisa dilombakan dalam jenjang tingkat wilayah,” jelasnya. Agung menjelaskan, komunitasnya didirikan pada 10 Januari 2020. Saat ini, anggota BOS berjumlah 17 orang dari berbagai daerah di Boyolali. Salah satu cara mengenalkan ketapel adalah dengan mengikuti beberapa pameran, seperti Boyolali Expo yang diadakan di Alun-Alun Boyolali (24/7/2022) lalu. Menurutnya, ketapel atau slingshots kini sering diperlombakan di tingkat dunia. Bukan hanya sekedar hobi, kemampuan komunitas bermain ketapel telah membantu mereka memenangkan berbagai kompetisi. Diantaranya adalah juara kompetisi gathering Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta, runner-up Palagan Dua Pahingan Solo Raya, juara latber Sleman Yogyakarta, dan juara Piala bergilir Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Kabupaten Semarang. Selain itu, runner up Race to Ten di Ungaran, runner up Race to Ten di Purwokerto, runner up Endurand 21 di Boyolali, dan peringkat ketiga Race to Ten di Ungaran. Foto: doc. Agung Nugroho

Kecamatan Tamansari Boyolali Dicanangkan sebagai Model Kawasan Konservasi

Kecamatan Tamansari

BOYOLALI – Kecamatan Tamansari di Kabupaten Boyolali dicanangkan sebagai model kecamatan konservasi. Pencanangan ini telah diinisiasi sejak tahun 2022 silam. Sebagai informasi, Kecamatan Konservasi merupakan pendekatan strategis model konservasi dengan mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dan partisipasi dalam kegiatan pengelolaan konservasi di tingkat kecamatan. Kecamatan Tamansari termasuk dalam kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu. Ini merupakan prasyarat untuk pembentukan kawasan lindung. Bupati Boyolali, Said Hidayat mengatakan, menjaga keberlanjutan merupakan tanggung jawab bersama dan saling menguntungkan antara hulu, tengah, dan hilir. “Tengah dan hilir akan menjadi upaya pelestarian yang berkelanjutan bagi semua pihak,” ucapnya, Sabtu (3/9/2022). Menurutnya kecamatan konservasi juga akan menjadi salah satu elemen pendukung kebijakan bagi implementasi mekanisme imbal jasa lingkungan atau disebut dengan PES (payment environmental services, red) oleh komunitas di hilir kepada komunitas di Hulu. Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (BP3D) Kabupaten Boyolali, Mochhamat Syawalludin mengatakan, inisiatif pencadangan ini juga bertujuan untuk mendukung kebijakan Kabupaten Boyolali dalam mewujudkan Boyolali Smart City, Water City, dan Green City. Terutama dalam penerapan prinsip konservasi pada setiap arah pembangunan di kawasan Tamansari. “Sehingga, terjadi keberlanjutan sumber daya air untuk kepentingan sektor ekonomi di wilayah tengah dan hilir,” katanya. Aktivis Rama Zakaria dari Pusur Institute mengatakan bahwa pencanangan Kecamatan Tamansari sebagai model konservasi telah menjadi semangat aksi kolektif para pihak dalam upaya pelestarian sumber daya alam, khususnya air. “Sekarang saatnya menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal yang sama, dan kami berharap masyarakat luas dapat mempelajari program ini dan memperkuat kolaborasi multi-stakeholder yang ada.” ujarnya mewakili stakeholder relation manager Pabrik Aqua Klaten. Ditambahkannya, Sumino, Program Manager LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) untuk wilayah Boyolali dimulai pada tahun 2014. Pihaknya berkolaborasi dengan Aqua Factory telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat, termasuk program konservasi yang terintegrasi dengan pengembangan ekonomi melalui potensi lokal. “Banyak yang sudah dikerjakan, seperti program niogas, budidaya bunga krisan dan anggrek, penanaman pohon termonitor secara online. Termasuk, pengembangan alternatif pertanian sayur seperti paprika untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di area hulu, demplot model pengelolaan konservasi tanah dan air juga membangun pusat belajar konservasi komunitas (PBKK) di desa Mriyan, Kecamatan Tamansari,” katanya. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara seluruh Kepala Desa Kecamatan Tamansari, organisasi perangkat daerah terkait di Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan instansi terkait lainnya.

Situs Candi Ditemukan di Musuk Boyolali, Diperkirakan Peninggalan Zaman Hindu Budha

Candi Musuk Boyolali

BOYOLALI – Situs candi masuk benda cagar budaya ditemukan di Dukuh Tirtohardi, Desa Musuk, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Saat ini kondisi situs candi tersebut sebagian besar masih tertutup tanah. Masih dalam dugaan candi ini telah ada sejak zaman Hindu Budha. Di area situs tersebut ditemukan yoni dan bekas-bekas batu candi berbentuk segi empat yang berantakan. Diduga luas area candi sekitar 500 meter persegi. Namun, semua itu sedang dilakukan pengkajian pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), Kabupaten Boyolali. Beberapa waktu lalu Disdikbud bersama tim peneliti cagar budaya Boyolali telah mengecek lokasi penemuan situs candi. Pengecekan untuk mengetahui seberapa adanya benda cagar budaya di lokasi tersebut. “Kami mengecek terlebih dahulu seberapa adanya benda cagar budaya di lokasi. Kami menemukan yoni dan ada seperti bekas-bekas batu candi yang berbentuk persegi empat yang berantakan di atas permukaan lahan lokasi penemuan,” kata Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Biyanto, dikutip dari krjogja.com, Kamis (27/8/2022). Selanjutnya, setelah dilakukan pengkajian pihaknya akan melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah setempat terkait tanah dimana situs candi tersebut berada. Ia belum dapat memberikan keterangan pasti berapa usia candi tersebut. Namun, dari lokasi telah ditemukan kode-kode tertentu yang dapat menunjukkan dugaan pada zaman apa candi dibangun. “Penemuan situs candi di Desa Musuk ini, belum bisa memberikan keterangan peninggal zaman kerajaan apa, tetapi diduga pada zaman Hindu Budha. Setelah ini, Disdikbud akan segera berkomunikasi dengan pemerintah daerah setempat yang berkaitan dengan keberadaan pemilik tanah,” katanya. Menurutnya, dari beberapa benda yang ditemukan, diperkirakan peninggalan Hindu Budha. Ada kemungkinan zaman itu, dijadikan tempat ibadah atau pemujaan. Namun masyarakat sekitar hingga sekarang belum berani menyentuh misalnya untuk upacara ritual tertentu. “Kami bisa menilai peninggalan candi Hindu Budha, karena ditemukan bagian benda dari candi yakni sebuah yoni,” katanya. Rendra Agusta sebagai meneliti cagar budaya mitra kerja Disdikbud Boyolali mengatakan temuan situs candi di Desa Musuk tersebut sejak 2000 oleh warga, kemudian dicatat dan dikaji oleh Disdikbud setempat. Penemuan situs batu candi di Musuk, kata Rendra, kemungkinan peninggalan zaman Hindu Budha bisa abad ke-7 hingga Ke-15 karena abad ke-16 memasuki kerajaan Islam dan kemungkinan candi sudah tidak dimanfaatkan lagi dan beralih fungsi. Menurut dia, fungsi dari kajian tersebut mengembalikan ke fungsi awal sebagai satu situs kebudayaan bahwa di Boyolali mempunyai situs yang penting sebagai bagian sejarah panjang kabupaten ini. “Temuan itu, ditetapkan situs candi, karena ditemukan bagian dari candi seperti Kemucak, zoni, dan lingga semu. Kami melihat itu, sudah tahu komponen bagian sebuah struktur candi. Walaupun kami belum tahu ukurannya sebesar apa. Candi itu, diduga zaman Hindu Siwa,” katanya. Foto: doc. krjogja.com

Ritual Tumbuk Tembakau, Tradisi Petani Lereng Merbabu Jelang Panen

Ritual Tumbuk Tembakau, Tradisi Petani Lereng Merbabu Jelang Panen

BOYOLALI – Petani tembakau di lereng Gunung Merbabu memiliki tradisi unik sebelum melakukan panen tembaku. Mereka menjalankan ritual tungguk tembakau dengan harapan panen berlimpah dan harga jual tembaku juga bagus. Tradisi turun temurun sejak nenek moyang ini dilakukan dengan mengarak gunungan tembakau mengelilingi desa. Dua gunungan terdiri dari gunungan tembakau dan gunungan hasil bumi diarak warga di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Dua gunungan tersebut diarak sejauh 2 kilometer, dimulai dari desa menuju kompleks makam sesepuh Desa Senden yang berada di atas ketinggian. Di kompleks makam yang dikelilingi perkebunan tembakau, warga melakukan doa bersama dan prosesi memetik daun sebagai simbol diawalinya tradisi tungguk tembakau. Selanjutnya, warga makan bersama tumpeng nasi yang mereka bawa. Gunungan daun tembakau yang sebelumnya dibawa akan dipotong-potong untuk dikeringkan dan dijual ke pabrik rokok. Tungguk tembakau merupakan tradisi turun temurun yang telah melekat dalam kehidupan para petani di lereng Gunung Merbabu. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun sebelum panen daun tembakau dilakukan. Selain melestarikan budaya daerah, kegiatan ini dapat mejadi daya tarik wisatawan,” kata Bupati Boyolali M Said Hidayat, Jumat (5/8/2022), dikutip dari iNews Jateng. Sementara itu, warga berharap melalui tradisi tungguk tembakau, hasil panen akan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Foto: Doc. iNews/Tata Rahmanta