Jowonews

RSUD Kajen Luncurkan Program Mentari Pagi, Pasien Dapat Obat Tanpa Harus Antre

RSUD Kajen Pekalongan

PEKALONGAN – RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan terus berupaya meningkatkan kualitas layanan bagi para pasien dengan peluncuran program inovatif, yakni Mentari Pagi (Mendapatkan Obat Tanpa Antre Pasti Terbagi). Menurut Direktur RSUD Kajen, dr. Imam Prasetyo, program tersebut bertujuan untuk mengurangi waktu tunggu pasien dalam antrean pengambilan obat di rumah sakit. “Dengan adanya Mentari Pagi, pasien tidak perlu lagi antre untuk mendapatkan obat. Mereka bisa langsung pulang setelah pemeriksaan dan obat akan diantar ke rumah mereka,” ujar dr. Imam Prasetyo pada Senin (25/3/2024). Antrean pengambilan obat di RSUD Kajen biasanya mencapai 400-600 pasien dalam sehari. Dengan adanya layanan ini, diharapkan antrean tersebut dapat berkurang secara signifikan. Bagi pasien yang tertarik menggunakan layanan Mentari Pagi, caranya cukup mudah. Mereka hanya perlu mendaftarkan diri setelah pemeriksaan di rumah sakit dan memilih layanan tersebut. “Setelah mendaftar dan melakukan pembayaran, pasien dapat langsung pulang dan menunggu obat diantar ke rumah mereka. Biaya layanan ini berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu, tergantung jarak rumah pasien dari RSUD Kajen,” tambahnya. Layanan Mentari Pagi bekerjasama dengan jasa ekspedisi pengiriman barang ternama dan mencakup wilayah Kabupaten dan Kota Pekalongan, Batang, serta Pemalang. Pengiriman obat dijamin akan sampai ke rumah pasien paling lambat H+1 setelah pemesanan. Sejak diluncurkan pada 19 Februari 2024, layanan Mentari Pagi telah diakses oleh ratusan pasien RSUD Kajen dengan rata-rata 25-50 pasien per hari. “Kami berharap semakin banyak pasien yang memanfaatkan layanan ini sehingga antrean di rumah sakit dapat terkelola dengan lebih baik,” tutup dr. Imam.

Pasien RSUD Kajen Kini Bisa Daftar Dari Rumah

RSUD Kajen

PEKALONGAN – Untuk menghindari antrian panjang ketika ingin mendapatkan layanan kesehatan di RSUD Kajen, RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan mendorong pasien untuk mendaftar secara daring (online). Hal ini disebabkan karena setiap hari jumlah pendaftar bisa mencapai ribuan orang. Direktur RSUD Kajen dr Imam Prasetyo mengatakan bahwa pasien dapat mendaftar online melalui aplikasi play store dan mengunduh RSUD Kajen Online menggunakan handphone. “Setelah berhasil masuk, pasien dapat mengisi data sesuai dengan perintah yang tersedia dan apabila sudah mendaftar secara online, dapat datang ke rumah sakit sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan,” kata Direktur RSUD Kajen dr Imam Prasetyo, pada Selasa (30/5/2023). Apabila pasien masih bingung dalam menggunakan aplikasi tersebut, tersedia nomor yang dapat membantu melakukan pendaftaran secara online. “Mereka akan dituntun bagaimana cara mengisi data dan mendaftar secara online di RSUD Kajen sampai mereka dapat memanfaatkannya dengan baik,” tambahnya. Pihak RSUD Kajen berharap bahwa dengan pendaftaran secara online, pasien dapat lebih mudah dalam memeriksakan kesehatannya di rumah sakit tanpa harus menunggu antrean yang cukup lama. “Kami berharap masyarakat yang datang ke RSUD Kajen dapat merasa lebih nyaman saat memeriksakan kesehatannya,” tambahnya.

Pemkot Hingga Relawan Tanam Sebanyak 16.100 Bibit Mangrove di Pesisir Pekalongan

Mangrove Pemkot Pekalongan

PEKALONGAN – Pemerintah Kota Pekalongan bekerjasama dengan Partnership Fund dan relawan penggiat lingkungan melakukan penanaman 16.100 bibit mangrove di kawasan pesisir Pantai Utara Pekalongan pada Rabu (21/9/2022). Upaya ini dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya adalah merehabilitasi dan melindungi ekosistem mangrove. Walikota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid sangat mengapresiasi gerakan peduli pesisir kota Pekalongan yang digagas kelompok kemitraan dengan menanam 16.100 bibit mangrove di dua tempat, yakni Desa Kandang Panjang dan Desa Bandengan di Kecamatan Pekalongan Utara. “Alhamdulillah hari ini bersama Kemitraan, peralatan dan masyarakat Kandang Panjang dan Bandengan, kita bersama-sama menanam 16.100 bibit mangrove dengan tujuan menyelamatkan lingkungan,” kata Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid. Walikota Pekalongan berharap puluhan ribu bibit mangrove yang ditanam di kawasan pesisir utara kota Pekalongan dapat tumbuh subur dan berpotensi mencegah abrasi dan dampak perubahan iklim lainnya. “Saya juga menekankan perlunya upaya bersama untuk menjaga dan melindungi garis pantai Kota Pekalongan yang menurut peneliti ITB akan tenggelam pada tahun 2035,” ujarnya. Menurutnya, saat ini bukan saatnya menyalahkan beberapa pihak, namun semua sektor masyarakat harus berperan aktif dan berkolaborasi dalam upaya menjaga pantai utara kota Pekalongan. “Kalau tidak bergerak merawat bersama ini akan percuma. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi semua pihak harus ikut peduli menyelamatkan lingkungan ini.” katanya dikutip dari Tribun Pantura, Kamis (21/9/2022). Upaya penanaman mangrove kemitraan ini merupakan berkah bersama karena merupakan proyek pertama Mitra di kota Pekalongan yang diharapkan berhasil mengatasi perubahan iklim. Sementara itu, Andi Kiki, Team Leader Project Management Unit Adaptation Fund Kemitraan menjelaskan, penanaman puluhan ribu mangrove merupakan bagian dari upaya mitigasi dampak perubahan iklim di kota Pekalongan. Selain itu, di Kota Pekalongan diperkirakan ada potensi tenggelam akibat perubahan iklim, sehingga hal ini dalam rangka kerjasama dengan Pemkot Pekalongan dan didukung oleh aparat desa, kecamatan dan aktivis lingkungan untuk mengadaptasi permasalahan yang dihadapi perubahan iklim dengan melakukan penanaman belasan ribu bibit mangrove. “Setidaknya, kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya berhenti disini, kami juga melakukan kegiatan serupa di lokasi-lokasi lain khususnya lokasi yang rawan bencana banjir rob,” ujarnya. Melalui kegiatan ini, lanjutnya, setidaknya merupakan upaya terpenting bagi kota Pekalongan agar siap menghadapi perubahan iklim dan beradaptasi, setidaknya masyarakat dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya tindakan untuk melindungi pantai dan lingkungan sekitarnya. Andi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam kepedulian kota Pekalongan dalam memerangi perubahan iklim. “Kami apresiasi sekali kepada Pemkot dan semua pihak yang memberikan support penuh dan bertindak bersama-sama dalam meminimalisir isu-isu perubahan iklim ini,” imbuhnya. Foto: doc. Tribun Pantura

Sejarah Awal Mula Pekalongan, Mulai Dari Kisah Bahurekso Hingga Perjalanan Bujangga Manik

Sejarah Awal Mula Pekalongan, Mulai Dari Kisah Bahurekso Hingga Perjalanan Bujangga Manik

Kabupaten Pekalongan baru saja merayakan hari jadinya yang ke 400 tahun. Kawasan ini konon sudah berdiri sejak tahun 1622. Hingga kini, terdapat beragam sejarah awal mula Pekalongan yang berkembang di tengah masyarakat. Pekalongan didirikan pada masa Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Namun, beberapa jejak menunjukkan bahwa Pekalongan telah menjadi pemukiman sejak Mataram kuno. Sebuah artikel Hari Jadi Kabupaten Pekalongan yang diterbitkan Jurnal Cendekia Vol 1 Nomor 3 (2021) menyebutkan bahwa sejarah Pekalongan tidak lepas dari seorang tokoh bernama Bahurekso. Beberapa sumber lain menyebut namanya sebagai Joko Bahu. Dia adalah bawahan Sultan Agung. Kemudian, Bahureksa diperintahkan oleh Sultan Agung untuk membuka hutan di pantai utara. Dalam jurnal yang ditulis Eddy Waluyo, hutan itu dikenal angker. Dengan bantuan gurunya, Ki Ageng Cempaluk, Bahurekso berhasil membuka hutan angker tersebut. Kemudian ia menerima hadiah berupa tanah di daerah tersebut. Sesuatu yang diperoleh sebagai oleh-oleh dalam bahasa daerah disebut pengangsalan atau halong, yang kemudian menjadi titik tolak awal penyebutan wilayah Pekalongan. Meskipun Bahurekso adalah yang pertama membuka hutan Pekalongan, Kesultanan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung mengangkat seorang bupati pertama di wilayah tersebut. Bupati pertama yang diangkat adalah Pangeran Mandurorejo. Ia adalah cucu dari Ki Juru Martani, seorang tokoh yang berjasa mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Juru Martani adalah orang kepercayaan Panembahan Senapati. Pelantikan Pangeran Mandurorejo sebagai bupati berlangsung pada tanggal 25 Agustus 1622, menjadi tonggak utama berdirinya Kabupaten Pekalongan. Tanggal ini juga bertepatan dengan 12 Rabiul Awal. Jejak Sejarah Awal Mula Pekalongan Meskipun Pekalongan asli masih berupa hutan, beberapa jejak sejarah membuktikan bahwa daerah itu terhubung dengan beberapa kerajaan besar yang lebih tua, termasuk Mataram kuno. Salah satu buktinya ditemukan beberapa situs arkeologi yang berasal dari Dinasti Syailendra. Salah satunya adalah lingga dan yoni di Desa Linggo Asri. Selain itu, Pekalongan juga memiliki ikatan sejarah dengan kerajaan Demak dengan bukti beberapa peninggalan sunan yang diyakini dekat dengan kerajaan Demak termasuk Sunan Kalijaga. Kisah Joko Bau Dilansir dari buku Asal Mula Kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, nama Pekalongan diambil dari kisah Joko Bau, putra Kyai Cempaluk, yang dikenal sebagai pahlawan di wilayah Pekalongan. Joko Bau mengabdi pada Sultan Agung, Raja Mataram. Ia kemudian diperintahkan untuk membawa Putri Ratansari dari Kalisalak Batang ke istana. Tapi sepertinya Joko Bau jatuh cinta pada sang putri. Tapi sepertinya Joko Bau jatuh cinta pada sang putri. Ketika raja mengetahuinya, Joko Bau dihukum dan diminta untuk melindungi wilayah pantai yang telah diserang oleh bajak laut. Konon tempat bersemedi Joko Bau disebut Pekalongan. Tempat Nelayan Mencari Ikan Selain cerita Joko Bau, nama Pekalongan juga dipercaya berasal dari kata pek dan along. Pek berarti tertinggi, sedangkan along atau halong berarti banyak yang kemudian membentuk kata Pekalong atau yang sekarang dikenal dengan Pekalongan. Kata Pekalong disematkan ke area tempat pemancing mencari ikan dan mendapatkan hasil yang berlipat ganda. Demikian pula, beberapa orang berpendapat bahwa kata kalong berasal dari kata kelelawar (sejenis kelelawar yang muncul di malam hari) sebagai sebutan pada nelayan yang mencari ikan di malam hari. Perjalanan Bujangga Manik Versi lain dari nama Pekalongan yang diyakini berasal dari kerajaan Pou-Kia-Loung. Diceritakan dalam manuskrip Sunda kuno pada abad 16. Naskah tersebut merupakan bagian dari koleksi Perpustakaan Bodlain di Inggris. Dalam manuskrip tersebut, dikisahkan perjalanan Bujangga Manik, sebagai orang terpelajar pertama dari Sunda. Dalam perjalanannya, ia beberapa kali singgah di Pulau Jawa, antara lain Brebes, Pemalang, Batang dan daerah yang sekarang dikenal dengan Pekalongan. Konon Bujangga Manik menyebut nama daerah itu dengan Pekalongan yang kemudian menjadi nama yang dipakai hingga saat ini. Lokasi Strategis untuk Perdagangan Maritim Cikal bakal Pekalongan sudah ada sejak awal abad 16. Saat itu wilayah Pekalongan ramai dikunjungi orang-orang dari kerajaan Demak dan Cirebon. Pada abad ke-17 secara administratif Pekalongan menjadi bagian dari Kesultanan Mataram yang diperintah oleh Sultan Agung. Pada saat penyerangan Batavia tahun 1628 oleh Kerajaan Mataram, Pekalongan telah menjadi gudang perbekalan. Hal ini karena Pekalongan terletak di garis pantai utara dan di jalur perdagangan laut yang strategis. Pada saat ini, Pangeran Manduraredja dan Bahureksa diangkat menjadi panglima perang. Pada abad ke-18, wilayah Pekalongan berada di bawah pengaruh VOC. Bahkan, sejak tahun 1800-an hingga 1942, wilayah Pekalongan menjadi wilayah administrasi pemerintahan Hindia Belanda dan dikenal sebagai Wilayah Gubernemen. Setelah deklarasi proklamasi, rakyat Pekalongan berhasil merebut markas tentara Jepang pada 3 Oktober 1945. Pada 7 Oktober 1945, Pekalongan terbebas dari tentara Jepang.

Pemkab Pekalongan Bangun Jembatan Digital Di Wilayah Lebak Barang

Pemkab Pekalongan Bangun Jembatan Digital Di Wilayah Lebak Barang

PEKALONGAN – Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah meluncurkan program “Jembatan Digital” bekerjasama dengan Icon Plus. Program ini untuk memberikan kemudahan internet di wilayah pegunungan Kecamatan Lebak Barang. Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq mengatakan, pihaknya menggandeng Icon Plus yang merupakan anak perusahaan PLN itu dengan membuka jaringan fiber optic di 11 kantor desa, 1 kecamatan, 4 sekolah dan 1 Puskesmas. “Pemasangan jembatan digital ini membutuhkan kabel fiber optic sepanjang 51 kilometer,” katanya, dikutip dari Antara Jateng, Rabu (3/8/2022). Ia berharap program Jembatan Digital yang dicanangkan dapat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi dan komunikasi. Apalagi di era transaksi digital seperti sekarang ini, para pengusaha dan masyarakat dapat terbantu dengan terbangunnya jaringan internet ini. “Saya yakin pelaku usaha akan bertambah semangat dengan adanya fiber optic ini. Selain itu, kami berharap jaringan internet, warga di wilayah ini dapat mempromosikan wisata desa,” ungkapnya. General Manajer Icon Plus Semarang PT Indonesia Comnets Plus, Hendrik Permajaya mengatakan, Icon Plus yang bergerak di bidang telekomunikasi berhak melakukan penarikan jaringan melalui tiang-tiang PLN. “Dengan kelebihan penggunaan tiang-tiang PLN ini, insya Allah kami bisa mengirim kebutuhan di wilayah dengan kolaborasi yang akan dilakukan nanti. Kami mampu menyebarluaskan jaringan telekomunikasi ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, termasuk wilayah tidak ada jaringan (blank spot),” katanya. Hendrik berharap dengan adanya jaringan internet yang dibangun akan semakin memudahkan efektifitas kerja dan meningkatkan produksi usaha para pelaku usaha. “Mudah-mudah dengan adanya jaringan telekomunikasi ini, bisa meningkatkan efektivitas kerja, produktivitas, dan tatanan ekonomi yang lebih baik,” katanya.