Jowonews

Kirab Merti Desa Jolenan Desa Kemetul, Tradisi Sejak Ratusan Abad Lalu

Kirab Merti Desa Jolenan

Penduduk Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah, mengadakan Kirab Jolenan yang merupakan tradisi turun-temurun selama berabad-abad. Kirab yang melibatkan penduduk 19 RT desa Kemetul ini menampilkan gunungan dengan berbagai bentuk kreatif dari masing-masing RT yang disusun dari hasil alam dan panen raya penduduk. Gunungan-gunungan tersebut kemudian diarak di sepanjang jalan desa Kemetul. Usai kirab, warga berebut buah-buahan, sayur-sayuran, makanan hasil panen dan hasil panen gunung yang dibawa peserta kirab. Kepala Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Agus Sudibyo mengatakan, perayaan desa ini telah berlangsung secara turun-temurun selama berabad-abad. Kirab penduduk disebut jolenan yang berarti “jangan lupakan” atas berkah Tuhan atas hasil panen besar dan hasil alam. “Jolenan dilakukan setelah panen kretek, yaitu panen pada musim kemarau. Ini tradisi desa turun-temurun,” kata Agus Sudibyo. Perayaan Merti di Desa Kemetul yang terletak di Jalan Tol Semarang – Solo, selain kirab Jokenan juga digelar pagelaran wayang kulit bersama dalang Ki Bagong Darmono selama satu hari satu malam. \

Bahas Raperda Kedaulatan Pangan bersama Dishanpan & Distanbun

Raperda Kedaulatan Pangan

UNGARAN – Dalam penyusunan Raperda tentang Kedaulatan Pangan, Komisi B DPRD Provinsi Jateng terus melakukan pendalaman materi untuk mendapatkan hasil yang komprehensif. Seperti saat Komisi B menyambangi Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) dan Dinas Pertanian & Perkebunan (Distanbun) di Komplek Tarubudoyo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada Rabu dan Kamis (1-2/3/2023). Pada kesempatan itu, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sumanto mengatakan, dalam persoalan pangan, hal itu bukan hanya soal ketersediaan makanan. Namun, segala aspek dalam proses ketahanan pangan itu sendiri. “Jadi, ruang lingkup ketahanan itu banyak, tadi semua aspek tadi kita diskusikan. Sehingga, saat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul, nantinya bisa diminimalisir,” katanya. Dikatakan, Komisi B mengusulkan Raperda Kedaulatan Pangan itu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dalam kondisi aman, jumlah yang mencukupi, kualitas terjamin, merata dan terjangkau. Selanjutnya, raperda tersebut mencakup kualitas pemanfaatan pangan dengan baik, kemudian sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “Substansi raperda tersebut untuk mengatur ketahanan pangan, cadangan pangan, diversifikasi pangan, pendistribusian, lahan, kualitas dan kuantitas, serta peran pemerintah dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan,” tandasnya. Sebelumnya, Komisi B sudah melakukan konsultasi ke Badan Pangan Nasional. Konsultasi itu dilakukan untuk mendapatkan masukan/ informasi dalam penyusunan Naskah Akademik (NA). “Ini masih tahap awal, konsultasi ke Badan Pangan Nasional. Tadi, kami berdiskusi dan mendapatkan banyak masukan. Informasi-informasi tersebut kami jadikan bahan untuk penyusunan NA raperda inisiatif Komisi B,” ungkapnya. Dalam hal ini, Dishanpan Provinsi Jateng menilai populasi penduduk dan ketersediaan lahan turut menjadi penunjang masalah kedaulatan pangan dalam negeri. Kawasan pertanian berkelanjutan juga perlu dilakukan supaya lahan pertanian tetap terjaga. Sementara, Distanbun Provinsi Jateng menilai diversifikasi pangan sudah harus mulai digalakkan. Pemerintah sedang mendorong daerah untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal, dan mengajak masyarakat agar mengubah pola pikir, bahwa beras/ nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat. Masih banyak sumber pangan lokal seperti umbian, sukun, jagung, sagu dan lainnya yang nilai gizinya setara dengan beras. 

FOCUS GROUP DISCUSSION : Manajemen BUMDES Perlu Diperbaiki

FGD Optimalisasi Bumdes

UNGARAN – Kiprah Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES sebagai lembaga pengungkit perekonomian desa melalui peningkatan layanan umum dan mengoptimalkan aset desa patut terus didorong. Dengan demikian perekonomian di desa bisa berputar sehingga bisa menjadi salah satu pilar penyokong perekonomian daerah. Pun pada pemanfaatan hasil usaha BUMDES bisa untuk mewujudkan kemandirian desa dan meningkatkan kesejahteraan warganya. Penegasan tersebut disampaikan anggota DPRD Kabupaten Semarang Hadi Wuryanto saat menjadi pembicara dalam acara Focus Group Discussion (FGD) DPRD Jateng : Optimalisasi BUMDES terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengan, di Aula Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Kamis (23/2/2022). Dijelaskannya, sekarang ini banyak badan usaha desa telah berhasil mengelola kegiatan usahanya melalui kegiatan ekonomi produktif desa. “BUMDES yang ada harus didorong terus, beri pendampingan termasuk mencarikan pasar. Dengan bisa mengelola badan usaha tersebut, saya yakin tidak ada lagi warga miskin atau desa tertinggal,” ucapnya.   Ia pun lantas menguraikan, BUMDES harus punya strategi dalam memecahkan permasalahan sosial di desa. Pemerintah desa harus berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, serta pada potensi pemberdayaan mengonsolidasi produk lokal yang ada di desa. Dari hasil pemantauannya selama ini, selama ini masih ada kekurangan pengembangan BUMDES. Beberapa permasalahan yang kerap dialami BUMDES yaitu terkait manajemen, adanya akses internet (e-commerce), dan kurangnya inovasi untuk pengembangan usaha. Bahkan ada pula beberapa badan usaha kesulitan pembangunan organisasi yang valid dan berkualitas, sehingga BUMDES belum mampu berkontribusi besar terhadap pendapatan desa. “Maka perlu membangun BUMDES yang kredibel dan mandiri agar dapat berkontribusi besar bagi pendapatan desa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,”ucapnya.

FOCUS GROUP DISCUSSION: Pajak Berdampak Positif pada Pembangunan

Pajak

UNGARAN – Anggota DPRD Kabupaten Semarang Bayu Himawan Ramantika mengatakan, masyarakat perlu membayar pajak supaya ada kesinambungan dalam pembangunan daerah. Pajak maupun retribusi menjadi salah satu komponen terpenting dalam proses penyelenggaraan negara. Penegasan ini disampaikannya di hadapan peserta Focus Group Discussion (FGD) di Aula Gedung Kelurahan Langensari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu  (22/2/2022). Menurutnya, pajak maupun retribusi yang terbayarkan oleh masyarakat akan menjadi pendapatan daerah. Dari pendapatan itulah kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan yang masuk dalam daftar prioritas anggaran daerah, yakni APBD. “Kalau kita bayar pajak, retribusi, dana-dana itu masuk kas daerah lalu dikelola oleh pemerintah kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat baik dalam bentuk pembangunan fisik, nonfisik,” ucapnya. Macam-macam pajak yang dikelola daerah antara lain Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2); Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT); Pajak Reklame; Pajak Air Tanah (PAT); Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB); Opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB); dan Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). “Semakin kita taat membayar pajak, maka pemerintah dalam mengelola keuangannya terutama dalam mendistribusikan ke pos-pos belanja daerah semakin nyata. Ada pembangunan jalan, jembatan, renovasi rumah tak layak huni, pengembangan daerah,” kata dia. Sementara saat sesi tanya jawab, salah seorang peserta FGD Ibu Yanti (mewakili Ketua PKK Kelurahan Langensari) menyatakan pihaknya ingin mengelola sumber air di Langensari supaya bisa menjadi objek wisata. Kepada Bayu Himawan, dia meminta arahan dalam pengelolaan wisata sumber air tersebut. Bayu Himawan menjelaskan perihal pengembangan Kawasan, terlebih dulu harus dimusyawarahkan dengan warga. Selanjutnya dicari konsep pengembangan serta pihak pengelola. Selama masih dalam mencari pengunjung, biasanya pemerintah belum membebani pajak retribusi.

Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia Milik Sido Muncul Diresmikan

Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia

SEMARANG – Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia yang diinisasi PT Sido Muncul telah diresmikan pada Kamis (22/12/2022). Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia yang didirikan di Kabupaten Semarang tersebut mendapatkan apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo. Melalui sambutan virtual, Ganjar lantas membagikan pengalamannya saat melakukan lawatan ke Belanda dan Suriname. “Waktu itu saya kunjungan di Suriname, seperti biasa saat selesai kan bertukar semacam oleh-oleh. Nah dari pihak Suriname itu malah ngasih saya produk Tolak Angin,” kata Ganjar mengawali ceritanya, dikutip dari jatengpos.co.id. Pada kesempatan itu, ia juga bercerita pengalamannya saat bertemu veteran perang dari Belanda yang cukup fasih berbasa Jawa. Ia mengungkapkan negeri Belanda pada saat itu tidak memiliki kuliner dengan rasa yang khas. “Kami ini mendapatkan kuliner yang enak setelah terjadi penjelajahan dan penjajahan di banyak negara termasuk menemukan rempah-rempah dari Indonesia, itu yang diceritakan,” ungkap Ganjar. Sido Muncul telah menciptakan laboratorium yang sangat bagus. Menurutnya, kesempatan yang baik ini dapat menjadi ajang pertemuan bagi seluruh pemangku kepentingan. “Ini bisa kita dorong untuk hilirisasi menjadi produk yang punya brand bagus,” katanya. “Saya membayangkan semua kedutaan kita bekerja dengan pemerintah daerah, memiliki toko Indonesia dan menjual semua rempah-rempah yang tersedia dan itu menjadi kebijakan luar negeri kita,” tambahnya. Apalagi, kata Ganjar, saat ini rempah-rempah Indonesia bersaing dengan rempah-rempah dari negara Asia lainnya. Informasi ini ia temukan saat mengunjungig mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri. “Rempah-rempah serupa sering ditemukan di Asia Shop dan biasanya berasal dari Thailand,” ujarnya. Di akhir upacara, ia menaruh harapan agar Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia Sido Muncul menjadi pendorong bagi tanah air untuk mendapatkan kejayaan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. “Apa yang disediakan di tempat kita sendiri ini, hanya butuh satu saja komitmen dari pemerintah dan itu mesti kita dukung bersama,” ujarnya.

Kecelakaan Maut di Jalan Tol Bawen Tewaskan Lima Orang, Berikut Identitas Korban dan Kondisinya

Kecelakaan Maut Tol Bawen Ungaran

UNGARAN – Kecelakaan maut yang melibatkan truk dan minibus menewaskan 5 orang terjadi di Jalan Tol Bawen-Ungaran, km 438.500 B, pagi tadi. Selain menewaskan 5 orang, kecelakaan ini juga melukai 7 orang lainnya. Direktur Humas Polda Jateng Kombes Pol Iqbal Alqudusy membenarkan adanya kecelakaan minibus Isuzu Elf dengan nomor registrasi N 7023 YJ yang membawa puluhan penumpang. Dia menjelaskan, masalah bermula ketika minibus dari Pasuruan di Jawa Timur sedang melakukan perjalanan dari Solo ke Semarang. “Truk dan minibus dari arah Pasuruan bergerak dari arah Bawen menuju Semarang. Kemudian sesampainya di TKP, minibus menabrak truk yang melaju di jalur lambat dan searah di depannya,” ungkap Kabid Humas Polda Jateng, Kombes M Iqbal, dalam keterangannya, Sabtu (24/9/2022). Menurut keterangan saksi, minibus terseret sekitar 2 km oleh truk pengangkut kayu. Empat korban termasuk pengemudi, asisten dan dua penumpang minibus meninggal di tempat kejadian. Seorang korban lainnya meninggal setelah mendapat pertolongan di rumah sakit. Tujuh korban luka lainnya langsung dirawat di RSUD Ungaran, Kabupaten Semarang. Iqbal mengatakan polisi masih menyelidiki kecelakaan lalu lintas yang diyakini disebabkan oleh pengemudi minibus yang mengantuk. Kepala Pelayanan Medis RSUD Ungaran, dr Nana mengatakan, seluruh korban masih dirawat di RS Ungaran dan keluarga korban telah dihubungi. Berikut identitas ketujuh korban luka yang dirawat di RSUD Ungaran: Wahyu Rahmadanie (20) warga Jalan Pekan Arba, Kabupaten Indra Giri Hilir, luka lecet tangan kiri. Sugeng Sulistiawan (63) warga Serkargadung, Pasuruan, luka kaki kiri. Biyuti Wahyuningsih (61) warga Seraya H11, Tembok Indah, Pasuruan, luka ringan. Jajuk Indra Supartini (62) warga Jalan Patiunus Krampyang Bugul Kidul, Pasuruan, luka ringan. Sri Sapta Fajarsari (62) warga Perum Indah Blok O, Sekargadung, Pasuruan, luka ringan. H. Bambang Herwanto (63) warga Jalan Serayu, Tambakrejo, Pasuruan, luka lecet di kaki. Devano Ibrahim (7) warga Sekargadung, Pasuruan, luka lecet di kepala. Berikut identitas korban tewas di RSUD Ungaran: Arifah perempuan (63), warga Sekargadung, Purworejo, Pasuruan. Mochamad Iqbal Lazuardi (27), warga Warung Dowo Utara, Pohjentrek, Pasuruan. (Supir minibus elf). Santoso (67) warga Patiunus, Kelurahan Krampyangan, Kecamatan Bugulkidul, Pasuruan. Evi Kristina (47), warga Jalan Arjuna, Kelurahan Bugul Lor, Kecamatan Panggungrejo, Pasuruan. Tutik Wahyuni. (alamat belum diketahui). Berikut identitas korban meninggal di RSUD Ungaran: Arifah Perempuan (63 tahun), warga Sekargadung, Purworejo, Pasuruan. Mochamad Iqbal Blueuardi (27 tahun), berdomisili di Warung Dowo Utara, Pohjentrek, Pasuruan. (Elf sopir de minibus). Santoso (67 tahun), warga de Patiunus, desa de Krampyangan, kecamatan Bugulkidul, Pasuruan. Evi Kristina (47 tahun), warga Jalan Arjuna, Desa Bugul Lor, Kecamatan Panggungrejo, Pasuruan. Tutik Wahyuni. (alamat tidak responsif). Foto: doc. Antara Jateng

Tradisi Saparan Di Lereng Gunung Merbabu Di Kemas Dengan Berbagai Pertunjukan Budaya

Saoaran Lereng Merbabu

SEMARANG – Ratusan warga Dusun Sleker, Desa Kopeng, Kabupaten Semarang menggelar upacara Saparan atau Merti Dusun. Kegiatan ini kembali diselenggarakan setelah 3 tahun terhenti akibat pandemi COVID-19. Upacara Saparan berlangsung cukup meriah. Tidak hanya dimeriahkan oleh kirab budaya dengan beragam kostum tradisional, Saparan kali ini juga diisi dengan tarian tradisional anak muda setempat. Warga juga melakukan ritual di mata air Tuk Songo. Prosesi ini bertujuan untuk berdoa agar sumber air yang melimpah di desa Sleker tetap terjaga. Tak hanya itu, sebagai rasa syukur, warga sekitar juga membagikan berbagai karung sayuran segar kepada pengunjung Taman Wisata Kopeng dan masyarakat lainnya. Dikutip dari Detik Jateng, Kepala Dusun Sleker, Slamet Sulasdi menjelaskan, Saparan merupakan bentuk rasa syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Dusun Sleker. “Saparan adalah budaya leluhur yang sangat mulia, dalam rangka Merti Dusun atau hari jadi dusun,” katanya, Minggu (18/9/2022). Sebagai desa wisata di lereng Gunung Merbabu, jelasnya, kirab budaya saparan juga bisa menjadi daya tarik wisata. Untuk itu, kirab budaya dan tari ini digelar juga untuk menarik minat masyarakat. “Di Sleker karena sebagai tempat wisata, maka dari itu Saparan dikemas menjadi kirab budaya. Kita juga lakukan konservasi di mata air. Kita gelar tari tradisional dan lainnya. Supaya semakin meriah,” jelasnya. Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Saparan Dusun Sleker, Dinar Bayu menambahkan, tradisi ini sangat penting untuk dilestarikan sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta, atas limpahan berkah kesehatan dan hasil bumi yang melimpah di Dusun Sleker. “Saparan tahun ini dikemas dengan Festival Budaya Kulon Kayon. Kami memiliki tema khusus yaitu ‘Desa Mawa Cara, Negeri Mawa Tata.” Glyak-gliyak Tumindak, Sareh Pakoleh”. Artinya desa mempunyai adat, negara mempunyai aturan. Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya,” lanjutnya. Menurutnya, tradisi ini juga merupakan bagian dari upaya pelestarian mata air ‘Tuk Songo’ yang sangat penting bagi masyarakat. Ia berharap tradisi ini membawa berkah bagi seluruh warga. “Semoga hasil bumi di Dusun Sleker selalu melimpah, sumber air tetap terjaga, dan masyarakat mendapat kesehatan dan rejeki rejeki dari aktivitas pariwisata, pertanian dan pekerjaan lain,” tandasnya. Usai kirab, kepala dusun akan mempersembahkan salah satu lakon wayang kepada Dalang Ki Catur Nugraha, yang kemudian akan dipentaskan dengan lakon ‘Pandawa Sukur’. Tradisi ini juga akan menampilkan pentas seni kethoprak Dusun Sleker dengan lakon ”Madeging Kadipaten Semarang”. Kemudian juga terdapat pentas budaya Desa Sleker hingga hari terakhir.

Bendera Merah Putih Sepanjang 100 Meter Akan Dibentangkan Di Jalur Pendakian Thekelan Merbabu

Jalur Thekelan Merbabu

SEMARANG – Balai Taman Gunung Nasional Merbabu (BTNGMb) akan menggelar upacara dan pembentangan bendera merah putih sepanjang 100 meter untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia. Peringatan HUT Kemerdekaan RI ini akan dilaksanakan di jalur pendakian Thekelan, Kabupaten Semarang pada 17 Agustus 2022 besok, kata Kepala BTNGMb, Junita Parjanti, Senin (15/8/2022). Dalam kegiatan ini pihaknya berkolaborasi dengan pengelola jalur pendekian Thekelan. “Rangkaian acara terdiri dari upacara dan pembentangan Bendera Merah Putih sepanjang 100 meter dengan lebar 1,5 meter, dari Patok HM 38 sampai HM 39,” kata Junita, dikutip dari Detik Jateng. Junita mengungkapkan kegiatan ini akan melibiatkan sekitar 200 orang dari Kelompok Pecinta Alam Kompas Thekelan, volunteer pendakian, dan pendaki yang telah melakukan booking online tanggal 17 Agustus 2022, serta petugas taman nasional. “Kegiatan ini nanti diakhiri dengan bersih gunung dan pemeliharaan jalur pendakian secara serempak,” lanjutnya. Ia menjelaskan, kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa optimis dan simbol sinergitas anak bangsa. Menurutnya ini sejalan dengan tema peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Dalam peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia ini Junita juga menegaskan pihaknya hanya menggelar kegiatan di jalur Thekelan. Artinya BTNGMb tidak mengadakan upacara di puncak Merbabu. “Tidak ada kegiatan (upacara 17-an) di puncak Merbabu. Kalau sementara ini yang saya tugaskan untuk mendampingi itu hanya Thekelan. Kita dampingi petugas selaku pembina upacara, inspektur upacara,” imbuh dia. “Tapi bisa jadi, kemungkinannya teman-teman pendaki di jalur lain biasanya sih, kemungkinan dia akan mengadakan sendiri (upacara 17-an). Tapi yang resmi saya (BTNGMb) hanya Thekelan ya,” sambungnya. Dalam pendakian gunung Merbabu pada malam 17-an tersebut, lanjut Junita, aturannya masih sama. Yaitu, untuk jalur Thekelan, Suwanting, Wekas kuota pendakian sudah penuh 100 persen. Sedangkan untuk jalur pendakian Selo masih 50 persen dari kuota. Sementara untuk jalur pendakian Cuntel, masih ditutup. “Untuk pendakian 17-an, jalur pendakian Selo dan Suwanting saat ini sudah full booking. Dua jalur ini memang menjadi favorit pendaki. Favorit karena pemandangannya keren, pemandangan di sekitarnya. Kalau Suwanting itu sebetulnya juga keren tapi jalurnya sangat berat. Kalau Selo relatif datar, tapi agak jauh. Sekarang dua itu favoritnya. Hampir full terus. Tidak weekend juga ada saja pendaki,” kata Junita. Lebih lanjut Junita mewanti-wanti kepada para pendaki di malam 17-an untuk mempersiapkan pendakiannya dengan baik. Pasalnya, cuaca saat ini masih cukup ekstrem. “Ini sepertinya ada anomali cuaca karena sudah hampir dua malam ini di seputaran lereng Merbabu hujan cukup deras. Jadi saya berpesan untuk berhati-hati, harus membawa bekal dan baju ganti yang siap jika terjadi hujan. Hati-hati karena cuacanya masih ekstrim dan cukup dingin ini,” pesan dia.