Jowonews

Mangut Bandeng Panggang Pati, Gurih dan Pedasnya Mantap

Mangut Bandeng Panggang Pati, Gurih dan Pedasnya Mantap

Selain Nasi Gandul, Tempe Pedas dan Mangut Kepala Manyung, Kabupaten Pati ternyata memiliki kuliner unik yang tak kalah nikmat. Mangut Bandeng Panggang namanya. Hidangan ini merupakan variasi lain dari Mangut Kepala Manyung. Di sini, bahan kepala manyung kemudian diganti dengan ikan bandeng yang memiliki tekstur daging yang berbeda. Menu ini memang masih belum sepopuler Nasi Gandul. Namun menu olahan bandeng sendiri sangat erat kaitannya dengan Kabupaten Pati. Masyarakat Pati sering memasak menu ini sebagai makanan di rumah. Sayangnya, sangat sedikit warung makan yang menawarkan sajian khas Pati ini. Salah satu warung makan yang menawarkan menu ini adalah Resto Rindang 84. Bandeng Mangut Panggang sudah menjadi menu utama di rumah makan ini sejak tahun 1984. ’’Kami berinovasi, bagaimana kalau dipanggang dan diolah menjadi Mangut Bandeng Panggang. Apalagi di Kabupaten Pati sudah terkenal Mangut Kepala Manyung,’’ kata Owner Resto Rindang 84, Hana Tri Wahyuni, dikutip dari murianews.com Mangut Bandeng Panggang olahannya ini juga berbeda dengan warung lain yang menawarkan menu serupa. Menu tersebut diracik oleh Resto Rindang 84 dengan membuang durinya. “Kalau di pasar ada, tapi ada durinya. Ini satu-satunya tempat di Pati yang durinya dicabut,” tandasnya. Menurut wanita asli Pati ini, cara membuat Bandeng Mangut Panggang cukup mudah. Selain bandeng yang dipanggang, bahan lainnya adalah cabai, bawang merah, bawang putih, kemiri, daun salam, daun jeruk, ketumbar dan merica sebagai bumbu. Bumbu-bumbu tersebut kemudian ditumbuk hingga halus. Kemudian bumbu ditumis hingga harum. Kemudian tambahkan cabai merah dan hijau yang telah dipotong sebelumnya. ”Lalu masukkan ke dalam air. Setelah mendidih, masukkan bandeng dan santan. Tunggu sampai mendidih dan siap disantap,” terangnya. Menu ini paling enak jika disantap dengan nasi panas. Satu porsi harganya Rp 40.000. “Kami sengaja membuat masakan rumahan agar orang-orang di sini ingat masakan rumahan yang dimasak oleh mbok-mbok yang pandai memasak,” ucapnya. Salah seorang pengunjung, Sri Yani Alias ​​​​Cahyani mengaku sangat menikmati sajian tersebut. Apalagi saat hujan. Makanan ini terasa lebih segar dan enak. ”Rasanya mantap, pedas, asin, dan nikmat pokoknya. Apalagi dimakan saat cuaca seperti ini mendung atau hujan. Rasanya jadi lebih nikmat,” katanya. Meskipun sama-sama masakan mangut, rasa Mangut Bandeng Panggang dan Mangut Kepala Manyung berbeda. Keduanya mempunyai rasa khas yang berbeda-beda yang patut dinikmati. ’’Ada amis, tapi sedikit. Dibanding ikan manyung tidak kalah. Ikannya yang membedakan, ini makan mangut tapi dengan ada rasa bandengnya,’’ pungkas dia. Sekadar informasi, Resto Rindang 84 terletak di Jalan Ahmad Yani No. 30, Winong, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Restoran ini buka mulai pukul 09.30 hingga 21.00 WIB.   Foto dok. Tv One News

Tahu Kupat Rempoah Banyumas, Tahunya Garing Diluar dan Lembut Di Dalam

Tahu Kupat Rempoah

JIka Anda berkesempatan berkunjung ke Baturaden, jangan lupa untuk mencoba Tahu Kupat Rempoah. Rasanya terasa begitu lezat dengan potongan tahu putih yang digoreng dadakan, potongan ketupat, dan rajangan kubis yang ditaburi bawang goreng. Selanjutnya diguyur dengan bumbu kacang yang dicampur dengan kuah asam jawa semakin menambah cita rasa kuliner tradisional ini. Tampilannya sederhana namun berkesan setelah memakannya. Tahu kupat atau sebagian orang mengenalnya karena tahu masak ini memang sangat populer. Namun Tahu Kupat Rempoah ini memiliki cita rasa yang berbeda. Kuncinya terletak pada kuah atau bumbu kacang terlihat lebih buthek atau lebih kental dari pada bumbu kacang pada umumnya. Selain itu, tahu yang digunakan juga tahu putih, jika digoreng, garing di luar namun saat digigit lembut di bagian dalam. Kupat Rempoah Tahu terletak di sebelah Indomaret atau sekitar 8 km dari pusat kota Purwokerto. Kalau dari kantor kecamatan Baturraden hanya sekitar 100 meter saja. Tidak hanya menjual tahu kupat, warung ini juga memiliki menu lain seperti Soto Semarangan dan aneka minuman. “Kalau ke sini, masakan yang paling dikenal adalah Kupat Tahu karena bumbunya sangat enak. Murah, dan ketika dibungkus untuk dimakan di rumah, rasanya tetap sama. Namun, serunya kalau makan di tempat, dapat mengambil kerupuk sepuasnya,” kata konsumen Agil Putra dikutip dari Tribunbanyumas.com, Selasa (28/2/2023). Harga sepotong tahu kupat hanya Rp 10.000 dengan jaminan perut Anda akan terasa kenyang.  Foto dok. Tribun Jateng

Jajanan Khas Pekalongan Legendaris Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Jajanan Khas Pekalongan Legendaris Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Jajanan khas Pekalongan ini menjadi salah satu menu kuliner wajib yang perlu Anda coba saat mengunjungi Kota Batik. Pekalongan dikenal sebagai salah satu sentra batik di Jawa Tengah. Bahkan, kain batik ini menjadi salah satu oleh-oleh orang yang bepergian ke Pekalongan atau orang yang melintasi Jalur Pantura. Selain kain batik, Pekalongan juga dikenal dengan banyak tempat wisata alam yang menarik. Tak hanya itu, di Pekalongan ternyata banyak sekali jajanan tradisional yang melegenda. Nah, saat melintas atau singgah di Pekalongan, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi sajian legendaris ini. Selain enak, jajanan ini juga murah. Berikut beberapa daftar jajanan khas Pekalongan yang masih ada hingga saat ini. Kue Lumpang Kue Lumpang merupakan salah satu kue basah yang digandrungi wisatawan. Biasanya jajanan khas Pekalongan ini cocok sebagai hidangan pembuka. Disebut kue lumpang karena bentuknya dan warnanya yang coklat. Ciri khas dari jajanan khas Pekalongan ini adalah kuenya diguyur taburan aren atau santan dimasak hingga mengental dan dicampur dengan daun bawang. Alhasil, aroma dan rasa yang dihasilkan menjadi harum dan nikmat. Harga kue basah ini relatif murah, hanya Rp5.000. Apem Kesesi Makanan khas Pekalongan ini memiliki ciri khas berbentuk bulat pipih dan juga berwarna coklat. Disebut Apem Kesesi karena jajanan ini berasal dari daerah Kesesi, Pekalongan. Bahan dasarnya adalah campuran tepung beras dan gula merah. Biasanya apem dilapisi dengan daun pisang di bawahnya. Saat pertama kali menggigit apem ini, akan ada rasa legit yang berasal dari gula aren. Apem ini dinamakan Apem Comal karena Kesesi biasanya menjual Apemnya di daerah Comal yang dekat dengan Kesesi. Ongol-Ongol Jajanan jadul ini rasanya gurih, manis, dan mengenyangkan. Kuliner ini sangat cocok sebagai pengganjal perut saat lapar. Bahan dasar pembuatannya adalah campuran tepung sagu atau pati dengan gula jawa. Sehingga warna yang didapat lebih mirip dengan warna jenang atau wajik, yakni lebih coklat. Rasanya tidak jauh berbeda dengan jajanan tradisional lainnya, cenderung manis karena gula jawa dan rasa asin dari isian parutan kelapa. Perbedaannya terletak pada teksturnya yang kenyal dan halus dibandingkan dengan jajanan tradisional. Srinthil Hampir identik dengan onol-ongol, namun srinthil tampilannya lebih kasar. Tampilan srinthil memang sengaja didesain agar terlihat seperti bintik-bintik. Pasalnya, pengolahannya menggunakan bubuk khusus bernama tepung srintil untuk menciptakan tekstur kasar dengan partikel berwarna putih. Dari segi tekstur, Srinthil memiliki tekstur yang kenyal dan lengket karena gula merah, rasa pandan dan rasa gurih dari parutan kelapa yang dicampur dengan garam. Capret Jika beberapa jajanan tradisional terkenal dengan rasanya yang manis, kali ini terdaat kuliner tradisional yang disebut dengan Capret. Jajanan tradisional khas Pekalongan ini memiliki bentuk dan tekstur seperti kerupuk. Rasanya juga akan sesuai dengan selera semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Camilan renyah ini terbuat dari tepung kanji dengan bumbu khusus. Capret kemudian dibentuk menjadi bulat pipih lalu digoreng. Jajanan ini setelah digoreng akan memiliki rasa asin, gurih dan renyah. Oleh karena itu, jajanan tradisional ini sangat cocok sebagai cemilan untuk menemani waktu luang Anda.  

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang, Rasanya Manis Dan Bikin Badan Hangat

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang, Rasanya Manis Dan Bikin Badan Hangat

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang merupakan salah satu minuman yang cukup populer di Semarang dari masa ke masa. Di Kota Semarang, minuman penghangat badan ini masih cukup mudah ditemui di banyak tempat. Biasanya minuman tradisional ini dijajakan dengan gerobak atau tenda yang buka pada sore hari. Wedang legendaris ini bisa ditemukan di Jalan Ki Mangunsarkoro, Semarang Tengah. Sriyati, seorang pedagang kaki lima, menawarkan menu wedang kacang ini bersama beberapa menu wedang populer lainnya, yaitu wedang kacang ijo dan wedang durian. Buka dari sore hari, warung tenda selalu ramai dikunjungi pelanggan. Untuk mencicipi minuman tradisional ini, para pembeli bahkan rela antre. “Alhamdulillah selalu ramai,” kata Sri, Sabtu sore (25/2/2023), dikutip dari Tribun Jateng. Sri mengatakan toko tendanya buka mulai pukul 14.30 hingga 22.00 WIB. Sejak Tahun 1975 Menu Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang ini sudah disajikan kedainya sejak tahun 1975. Sri merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha kakek dan ayahnya. “Saya hanya meneruskan usaha ayah saya, tapi ini sudah generasi ketiga,” ujarnya. Menurut Sri, daya tarik utama pembeli yang terus datang ke warungnya adalah wedang kacang tanah, disusul wedang kacang ijo dan wedang durian. Harga menunya Rp 9.000 per porsi. Selain bisa menikmati menu panas, masyarakat juga bisa memilih menu dalam bentuk es, baik es kacang tanah, es kacang hijau atau es durian. Menariknya lagi, warung ini menawarkan berbagai makanan berat dan jajanan mulai dari arem-arem, bakmi, bihun, lumpia, kroket, nasi risol, tahu, tempe dan bacem, kue pangsit, pangsit basah dan lain-lain. Adapun aneka jajanan tradisional itu dibanderol bervariasi dengan rata-rata harga Rp 4.000. “Pembeli paling suka wedang, apalagi ada makanannya juga orang-orang bisa sekalian makan,” imbuhnya. Di antara pembeli, Agustin mengatakan, ia merupakan pelanggan tetap di warung tersebut. Ia seringkali mengajak rombongan karyawan untuk untuk menyantap kuliner di sana. Menurutnya, yang membuatnya rela berdesakan mengantre di warung itu utamanya adalah menu wedang kacang tanah. Dikatakan Agustin, wedang kacang tanah itu memiliki rasa manis yang manis pas di lidah. “Tekstur kacangnya empuk, rasanya mantap. Wedang durian juga suka, kalau makan di sini Rp 20 ribu sudah kenyang,” tambahnya.

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri, Sate Lezat yang Telah Ada Sejak Masa Awal Kemerdekaan

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri, Sate Lezat yang Telah Ada Sejak Masa Awal Kemerdekaan

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri merupakan salah satu kuliner sate legendaris yang telah ada sejak masa kemerdekaan. Hingga kini warung sate ini laris manis diserbu pembeli. Jika membicarakan kuliner di Wonogiri, Anda pasti langsung teringat dengan tiwul. Nah, sampai saat ini tiwul memang menjadi ikon kuliner khas Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Namun selain tiwul, ada kuliner lain yang konon cukup melegenda. Salah satunya adalah sate kambing Pak Kembar di kecamatan Baturetno, sajian yang wajib Anda coba saat berkunjung ke Wonogiri. Ada dua warung sate kambing Pak Kembar di Baturetno. Tepatnya di Terminal Baturetno yang menjadi pusat dan warung lainnya merupakan cabang di desa Talunombo, selatan kecamatan Baturetno. Dilansir dari Solopos.com, Jumat (10/2/2023), Sate Kambing Pak Kembar bisa dibilang pelopor warung sate di Baturetno. Dari warung itulah tumbuh warung sate kambing lainnya. Banyak pemilik warung yang masih berhubungan dengan pemilik Sate Kambing Pak Kembar. Nama warung Sate Kambing Pak Kembar memang sudah terkenal di kalangan warga Baturetno dan Wonogiri pada umumnya. Warung sate ini telah lama menjadi makanan favorit warga sejak lama. Suradi, pemilik warung Sate Kambing Pak Kembar menjelaskan, usahanya sudah ada sejak tahun 1945. Bahkan, warung tersebut disebut-sebut sebagai pelopor warung sate yang masih bertahan di Baturetno hingga saat ini. Dinamakan Pak Kembar karena pemilik warung sebenarnya adalah saudara kembar yaitu Satiman dan Satimin. Mereka pertama kali mendirikan warung sate kambing Pak Kembar di Terminal Baturetno, Wonogiri. Saat ini warung sate ini dijalankan oleh generasi kedua dari saudara kembar. “Nah, ini adalah cabang di terminal. Yang lanjut di sini anak Pak Satimin, istri saya,” kata Suradi. Warung Sate Pak Kembar yang terletak tidak jauh dari kantor kecamatan Baturetno ini berdiri pada tahun 2010. Ia mengatakan, meski mengambil nama Sate Kambing Pak Kembar, usahanya tidak serta merta langsung sukses. Saat pertama dibuka, warung ini hanya menjual 2-3 kg daging kambing untuk sate. Sekarang setiap hari dua atau tiga kambing besar. Setiap hari setidaknya ribuan tusuk sate kambing habis terjual. Saat Idul Fitri, warung legendaris ini bisa menghabiskan hingga 15 kambing besar sehari. Pelanggan di warung tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa, karyawan, pekerja hingga pejabat pemerintah dan polisi. Ia menambahkan, warungnya tidak memiliki resep khusus untuk membuat sate. Semua bahannya hampir sama dengan warung sate pada umumnya. Namun, sebelum dipanggang, tusuk sate dimasukkan seluruhnya ke dalam mangkuk berisi bumbu. Tidak sekadar dibolak-balik atau diolesi bumbu, sehingga bumbu sate benar-benar meresap. Selain itu, sebelum dibuat sate, daging itu terlebih dahulu dicacah menggunakan pisau tetapi tidak sampai dagingnya putus, sekadar agar daging itu empuk.

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga merupakan salah satu warung kuliner di Salatiga yang menyajikan kuliner tradisional dengan sensasi dan pengalaman yang berbeda Tempat kuliner di Salatiga kian berkembang dengan ragam kreativitas, inovasi dan orisinalitasnya. Pelaku usaha kuliner juga diharapkan dapat mendukung program kuliner kota Salatiga untuk mengikuti seleksi UNESCO Creative Cities Network (UCCN) untuk kategori Kota Kreatif Kuliner. Pawon Tandhuk Mba Mung merupakan kuliner yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Dapur kreatif ini berlokasi di Rt 8 Rw 3 Dukuh Canden, Desa Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Sajian ini juga menambah khasanah kuliner khas Salatiga yang dibuat dengan bahan-bahan lokal. Pemilik Pawon Tandhuk Mba Mung, Andhiyanto Rifai mengatakan, ide dari Pawon Tandhuk Mba’ Mung adalah menciptakan kenangan masa lalu dengan cara makan (dahar) di pawon (dapur) menggunakan tungku dan kayu bakar. Di warung makan ini terdapat beragam jenis menu pedesaan seperti sayur lodeh, sambal tumpang, gori dan lain-lain. Di Pawon Tandhuk Mba Mung, pengunjung juga bisa memilih minuman ala pedesaan seperti kopi, teh, wedang jahe khas pedesaan yang disajikan menggunakan gelas blirik. Warung Pawon Tandhuk Mba Mung tidak melayani pembeliaan secara online, diharapkan pengunjung dapat datang sendiri untuk menikmati sajian menu yang ada dan sensasi pengalaman yang berbeda. “Kami menghadirkan sensasi makan di Pawon dengan menu tradisional yang mengingatkan kita pada masa lalu, di rumah orang tua kita,” kata Andhi, dikutip dari Tribun Jateng.

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran, Teksturnya Lembut dan Gurih

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran, Teksturnya Lembut dan Gurih

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran merupakan salah satu kuliner legendaris Ungaran yang masih bertahan hingga saat ini. Bahkan kuliner ini dari waktu ke waktu semakin berkembang dan diminati pelanggan. Terdapat berbagai jenis sate di Indonesia, setiap daerah memiliki khas sendiri dalam pengolahan satenya. Ada sate meranggi dari Purwakarta, sate suruh di Salatiga, sate taichan dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu, zaman yang semakin modern namun terdapat olahan sate yang sudah lebih dari setengah abad memanjakan lidah para pengunjungnya yang masih bertahan hingga kini. Sate Sapi Pak Kempleng Bu Hartini sangat legendaris, rasanya cenderung manis dan sedikit gurih khas sate sapi yang manis. Dagingnya disajikan dengan potongan besar namun tidak keras, bahkan sangat jarang daging yang terselip di gigi. Tingkat kematangannya medium well yang masih terasa juicy. Sate sapi Pak Kempleng disajikan dengan saus kacang, isrisan lombok, serta bawang merah yang ditempatka secara terpisah (tidak lagsung disiram pada satenya). Seporsi sate sapi Pak Kempleng dapat dinikmati dengan sepiring nasi atau lontong, dapat dipilih sesuai selera. Sudah banyak pesohor negeri ini yang berkunjung ke Sate Sapi Pak Kempleng, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengatakan bahwa sate sapinya spesial. Sejarah Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran Sate Sapi Pak Kempleng dimulai oleh Pak Kempleng yang memiliki nama asli Sakimin pada tahun 1946. Pada saat itu, Sakimin berjualan berkeliling dengan pikulan di pemukiman sekitar Ungaran dan Babadan pada malam hari dan berakhir di alun-alun Ungaran yang saat ini sudah menjadi Gedung DPRD Ungaran. Asal usul nama “Kempleng” yang saat ini sudah dipatenkan, konon berasal dari kebiasaan Sakimin memiringkan kepala (kempleng) saat menjual sate sapi dengan berkeliling di sekitaran alun-alun Ungaran. Pada buku Peta 100 Tempat Makan Khas Daerah di Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang (2008) menyatakan, sate sapi Pak Kempleng adalah hasil rintisan puluhan tahun Pak Kempleng menjajakan sate sapi di Ungaran dengan angkringan. Pak Kempleng keluar masuk gang di kota kecil berhawa dingin itu untuk menawarkan sate sate sapi kepada pelanggannya. Setiap malam, perjalanan Pak Kempleng selalu berakhir di alun-alun Ungaran hingga akhir hayatnya. Semenjak Pak Kempleng tiada, sempat terjadi kekosongan alias tidak ada generasi penerus yang meneruskan usaha Pak Kempleng berjualan sate sapi. Padahal saat itu sate sapi Pak Kempleng sudah cukup populer dan memiliki banyak pelanggan. Sakimin wafat meninggalkan nama besar sate sapi Pak Kempleng. Namun, salah satu anak Sakimin bernama Sumorejo berinisiatif untuk meneruskan usaha ayahnya. Sumorejo mulai berjualan sate sapi dan memulainya dari nol alias berjualan keliling seperti ayahnya dengan modal nama besar sate sapi Pak Kempleng yang sudah terkenal. Hadirnya Sumorejo berjualan sate sapi, mengobati rindu orang-orang yang selama ini telah menjadi pelanggan sate sapi Pak Kempleng. Sekitar 1986 Sumorejo menyewa sebidang lahan di pinggir jalan raya Ungaran untuk berjualan sate sapi, setelah sempat membuat warung tenda di alun-alun Ungaran. Hingga saat ini sate sapi Pak Kempleng 1 yang dirintis Sumorejo diteruskan oleh anaknya, Hamzah. Hingga saat ini, eksistensi sate sapi Pak Kempleng duteruskan oleh anak, cucu, dan keponakannnya. Terdapat rumah makan 1, 2, 3, 4, yang menjual sate sapi Pak Kempleng dan semua berada di ruas jalan Diponegoro, Ungaran, serta ada juga cabang di Jakarta. Keunikan Sate Sapi Kempleng Wajar saja jika sate sapi Pak Kempleng bisa bertahan hingga saat ini. Salah satu rahasianya adalah tetap mempertahankan kualitas bahan dan rasa. Pada dasarnya, metode pembuatannya biasa saja. Daging diungkep di bumbu-bumbu rempah ketumbar, merica, gula aren. Bahan yang digunakan hanyalah bagian has dalam, sama dengan penggunaan daging dalam hidangan steak. Daging segar dipotong pagi, bagian has dalam saja, pisah dengan lemak. Kemudian daging tersebut tidak langsung dicuci bersih agar tidak merusak aliran darah di pembuluhnya dan dipotong secara menyamping, mengikuti serat-serat atau urat daging. Inilah rahasianya agar daging tidak alot dan mudah digigit. Setelah pemotongan, barulah sate diungkep dalam bumbu yang mengandung gula aren asli. Ramuan inilah yang membuat dagung bercita rasa khas. Jika sedang berkunjung ke Ungaran, jangan sampai melewatkan untuk mencicipi sate sapi Pak Kempleng ini di Jalan Diponegoro No. 274, Ungaran, Kabupaten Semarang mulai pukul 09.00 – 21.00 WIB. Untuk satu porsi sate sapi Pak Kampleng berisi 10 tusuk dijual seharga Rp 55.000. Juga bisa dipesan satuan dengan harga Rp 5.500 per tusuk untuk tiap jenis sate. Terdapat juga menu olahan lain seperti sate kambing dengan sambal kecap, sate ayam, gulai sapi, gulai kambing, tongseng sapi, tongseng kambing, dan sup iga, juga gongso.

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga merupakan kuliner tradisional yang terbuat dari adonan singkong yang kini menjadi salah satu komoditas saat orang berkunjung ke kota berhawa sejuk ini. Nama Getuk Kethek lebih kondang ketimbang nama/merek aslinya, yakni Getuk “Satu Rasa”. Getuk yang diproduksi di sebuah rumah di Jl. Agrotunggal, Kampung Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah itu tetap kondang sebagai salah satu kekayaan kuliner khas Salatiga. Sejarah Getuk Kethek Salatiga Gethuk Kethek Satu Rasa Salatiga sudah ada sejak tahun 1980. Gethuk yang diproduksi secara tradisional ini masih bertahan hingga saat ini. Disebut gethuk kethek, karena pembuat gethuk ini memiliki seekor monyet peliharaan di depan rumah. Maka orang menamakannya gethuk kethek sebagai penanda lokasi. Saat awal produksi, getuk kethek dikemas menggunakan daun pisang. Kemudian menjadi kertas koran, kertas minyak, dan sekarang menggunakan kardus yang sudah ada mereknya. Kesan tradisional inilah yang selalu dicari pelanggan. Cara membuat/resep Getuk Kethek Pada umumnya bahan utama gethuk kethek ini adalah singkong. Cara pembuatannya sangat sederhana. Singkong yang sudah dikukus kemudian ditumbuk dengan parutan kelapa dan gula hingga tercampur rata. Tambahkan juga sejumput garam dan vanila untuk menambah rasa dan aromanya. Adonan getuk kemudian dicetak menjadi balok-balok kecil. Balok-balok yang sudah dipotong-potong itu kemudian ditempatkan di dalam kotak kardus kecil. Sebuah kotak berisi 20 balok, satu seukuran ibu jari orang dewasa. Keunikan Getuk Kethek Gethuk Kethek dikenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Hal inilah yang membedakan dengan getuk lainnya. Sebab getuk pada umumnya tidak mencampurkan kelapa dengan singkong yang sudah pulen. Biasanya kelapa ditabur di atas getuk. Ratusan kotak setiap hari Biasanya produsen mampu memproduksi ratusan kotak dalam setiap hari. Rata-rata menghabiskan sekitar 150 kg singkong ditambah gula dan kelapa. Penjual mengatakan bahwa musim hujan dan kemarau tetap sama, tidak ada pengaruh Salah satu alasannya adalah cara pembuatan getuk masih dengan cara tradisional, tanpa menggunakan bahan pengawet. Jadi dalam sehari, getuk hanya bisa bertahan hingga enam jam. Getuk yang lebih mudah basi membuat pelanggan hanya membeli dalam jumlah kecil. Rata-rata pelanggan hanya membeli dua kotak. Alamat Getuk Kethek Salatiga Lokasi produksi rumah tangga ini cukup mudah dijangkau. Tepatnya berada di Jalan Argo Tunggal Nomor 9 Salatiga, tak jauh dari Hotel Laras Asri. Masuk lewat jalan kecil setelah lampu merah pertigaan ABC atau di seberang Bakso ABC.