Jowonews

Sensasi Es Cobra Salatiga, Menikmati Dinginnya Minuman Legendaris di Musim Liburan

Sensasi Es Cobra Salatiga, Menikmati Dinginnya Minuman Legendaris di Musim Liburan

SALATIGA – Musim liburan Natal dan Tahun Baru telah tiba, dan tentu saja, kita semua menginginkan tempat yang menyenangkan untuk berlibur, bersantai, dan menikmati kuliner lezat. Bagi Anda yang berada di sekitar Jawa Tengah, ada satu rekomendasi yang tidak boleh dilewatkan, yaitu Es Cobra Salatiga. Mari kita simak seperti apa keunikan tempat ini. Salatiga, meskipun merupakan kota kecil, memiliki daya tarik tersendiri sebagai tujuan wisata akhir pekan atau musim liburan. Suasana nyaman dan area pedestrian yang indah membuat kota ini ideal untuk bersantai. Ditambah dengan suhu udara yang tidak terlalu panas, Salatiga adalah destinasi yang pas untuk dikunjungi. Selain itu, kota ini juga dikenal dengan berbagai restoran, kafe, dan warung kaki lima yang menyediakan aneka kuliner lezat. Es Cobra Salatiga adalah salah satu tempat yang patut dicoba. Meski namanya terkesan menyeramkan, tidak ada ular cobra yang terlibat dalam bahan makanan atau minuman di sini. Kedai ini telah menjadi legendaris sejak tahun 1980-an. Lokasinya strategis, berada tidak jauh dari Pasar Raya Salatiga, di Jl. Kalipengging No.4C, Kutowinangun Kidul, sebelah SD Bethany Anak Terang. Warungnya terlihat sederhana namun bersih dan rapi. Menu makanan dan minuman dipajang di dinding, memberikan kemudahan bagi pengunjung dalam memilih. Dari sekian banyak pilihan, dua minuman yang sangat direkomendasikan adalah es cobra dan es kencana. Meskipun bahan dasarnya sama, yaitu berbagai buah-buahan, kolang-kaling, cendol, dan tapai, keduanya memiliki keunikannya masing-masing. Es kencana menggunakan perasan jeruk, sementara es cobra mengandalkan santan, seperti yang dijelaskan oleh Wihikanwijna, pemilik blog Mblusuk.com. Selain minuman, beberapa hidangan yang banyak mendapat pujian antara lain ayam goreng modern, ayam kremes sambal hitam, ricebowl ayam saus asin, dan ricebowl nasi kulit. Konon, rasa unik makanan-makanan tersebut bisa menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Harga di Es Cobra Salatiga juga terbilang ramah di kantong. Misalnya, ayam goreng modern bisa dinikmati dengan harga Rp27 ribu, sementara nasi liwet, nasi langgi, hingga ricebowl nasi kulit memiliki harga Rp22.500. Adapun harga minuman seperti es cobra, es kencana, es sarang burung, dan es buah berkisar Rp18 ribu. Es Cobra buka setiap hari kecuali Hari Senin, dari pukul 09.00 WIB hingga 20.00 WIB. Jadi, jika Anda ingin mencoba minuman segar di tempat yang unik, kunjungi Es Cobra Salatiga, terutama saat suhu udara cukup panas. Selamat menikmati liburan dan kuliner di Salatiga!

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga merupakan salah satu warung kuliner di Salatiga yang menyajikan kuliner tradisional dengan sensasi dan pengalaman yang berbeda Tempat kuliner di Salatiga kian berkembang dengan ragam kreativitas, inovasi dan orisinalitasnya. Pelaku usaha kuliner juga diharapkan dapat mendukung program kuliner kota Salatiga untuk mengikuti seleksi UNESCO Creative Cities Network (UCCN) untuk kategori Kota Kreatif Kuliner. Pawon Tandhuk Mba Mung merupakan kuliner yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Dapur kreatif ini berlokasi di Rt 8 Rw 3 Dukuh Canden, Desa Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Sajian ini juga menambah khasanah kuliner khas Salatiga yang dibuat dengan bahan-bahan lokal. Pemilik Pawon Tandhuk Mba Mung, Andhiyanto Rifai mengatakan, ide dari Pawon Tandhuk Mba’ Mung adalah menciptakan kenangan masa lalu dengan cara makan (dahar) di pawon (dapur) menggunakan tungku dan kayu bakar. Di warung makan ini terdapat beragam jenis menu pedesaan seperti sayur lodeh, sambal tumpang, gori dan lain-lain. Di Pawon Tandhuk Mba Mung, pengunjung juga bisa memilih minuman ala pedesaan seperti kopi, teh, wedang jahe khas pedesaan yang disajikan menggunakan gelas blirik. Warung Pawon Tandhuk Mba Mung tidak melayani pembeliaan secara online, diharapkan pengunjung dapat datang sendiri untuk menikmati sajian menu yang ada dan sensasi pengalaman yang berbeda. “Kami menghadirkan sensasi makan di Pawon dengan menu tradisional yang mengingatkan kita pada masa lalu, di rumah orang tua kita,” kata Andhi, dikutip dari Tribun Jateng.

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga merupakan kuliner tradisional yang terbuat dari adonan singkong yang kini menjadi salah satu komoditas saat orang berkunjung ke kota berhawa sejuk ini. Nama Getuk Kethek lebih kondang ketimbang nama/merek aslinya, yakni Getuk “Satu Rasa”. Getuk yang diproduksi di sebuah rumah di Jl. Agrotunggal, Kampung Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah itu tetap kondang sebagai salah satu kekayaan kuliner khas Salatiga. Sejarah Getuk Kethek Salatiga Gethuk Kethek Satu Rasa Salatiga sudah ada sejak tahun 1980. Gethuk yang diproduksi secara tradisional ini masih bertahan hingga saat ini. Disebut gethuk kethek, karena pembuat gethuk ini memiliki seekor monyet peliharaan di depan rumah. Maka orang menamakannya gethuk kethek sebagai penanda lokasi. Saat awal produksi, getuk kethek dikemas menggunakan daun pisang. Kemudian menjadi kertas koran, kertas minyak, dan sekarang menggunakan kardus yang sudah ada mereknya. Kesan tradisional inilah yang selalu dicari pelanggan. Cara membuat/resep Getuk Kethek Pada umumnya bahan utama gethuk kethek ini adalah singkong. Cara pembuatannya sangat sederhana. Singkong yang sudah dikukus kemudian ditumbuk dengan parutan kelapa dan gula hingga tercampur rata. Tambahkan juga sejumput garam dan vanila untuk menambah rasa dan aromanya. Adonan getuk kemudian dicetak menjadi balok-balok kecil. Balok-balok yang sudah dipotong-potong itu kemudian ditempatkan di dalam kotak kardus kecil. Sebuah kotak berisi 20 balok, satu seukuran ibu jari orang dewasa. Keunikan Getuk Kethek Gethuk Kethek dikenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Hal inilah yang membedakan dengan getuk lainnya. Sebab getuk pada umumnya tidak mencampurkan kelapa dengan singkong yang sudah pulen. Biasanya kelapa ditabur di atas getuk. Ratusan kotak setiap hari Biasanya produsen mampu memproduksi ratusan kotak dalam setiap hari. Rata-rata menghabiskan sekitar 150 kg singkong ditambah gula dan kelapa. Penjual mengatakan bahwa musim hujan dan kemarau tetap sama, tidak ada pengaruh Salah satu alasannya adalah cara pembuatan getuk masih dengan cara tradisional, tanpa menggunakan bahan pengawet. Jadi dalam sehari, getuk hanya bisa bertahan hingga enam jam. Getuk yang lebih mudah basi membuat pelanggan hanya membeli dalam jumlah kecil. Rata-rata pelanggan hanya membeli dua kotak. Alamat Getuk Kethek Salatiga Lokasi produksi rumah tangga ini cukup mudah dijangkau. Tepatnya berada di Jalan Argo Tunggal Nomor 9 Salatiga, tak jauh dari Hotel Laras Asri. Masuk lewat jalan kecil setelah lampu merah pertigaan ABC atau di seberang Bakso ABC.

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga ini bisa menjadi salah satu kuliner yang dapat Anda coba saat berkunjung ke Kota di kaki Gunung Merbabu ini. Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan kita. Di beberapa tempat, singkong tak hanya direbus, tetapi juga diolah menjadi berbagai camilan yang enak dan menggugah selera. Salah satunya adalah Gemblong Cotot Salatiga. Sejarah Gemblong Cotot Gemblong Cotot merupakan salah satu produk olahan singkong. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, gemblong terbuat dari tepung beras ketan putih yang diuleni hingga halus dan dibentuk-bentuk seperti bola. Kemudian adonan bulat berbentuk bola tersebut digoreng dan setelah dingin dilumuri dengan larutan gula merah. Di Jawa Timur, gemblong itu disebut Getas. Meski rasanya mirip, Getas terbuat dari beras ketan hitam, sedangkan gembllong terbuat dari beras ketan putih. Namun di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Semarang dan Salatiga, gemblong juga bisa dibuat dari singkong dan biasa disebut dengan gemblong cotot. Dilihat dari namanya, kue tradisional ini memang unik karena kata cotot jika diterjemahkan dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia berarti muncrat atau keluar secara tiba-tiba. Hal ini mungkin karena bahan isi dari kue ini akan terasa keluar ketika kita mengggitnya sehingga kue ini dinamakan demikian. Keunikan Gemblong Cotot Gemblong Cotot khas Salatiga ini memiliki rasa manis karena isiannya adalah gula pasir yang larut/meleleh saat kue digoreng. Selain itu, makanan tradisional ini memang bisa menunda rasa lapar karena makan 4-5 potong saja sudah membuat Anda merasa kenyang seperti makan sepiring nasi utuh. Berdasarkan tinjauan literatur yang telah dilakukan, tidak jelas dari mana sebenarnya gemblong cotot berasal. Namun, dengan memahami nama makanan ini, dapat diasumsikan bahwa asal usul gemblong cotot ini adalah dari Jawa Tengah. Gemblong Cotot D9 Salatiga Saat berkunjung ke Salatiga, Anda dapat mengunjungi Singkong Keju D9 Salatiga untuk merasakan kelezatan gemblong cotot ini. Gemblong cotot ini dapat Anda nikmati langsung di lokasi atau pun dapat Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh. Singkong Keju D9 beralamat di Jl. Argowiyoto No.8A, Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50732. Kuliner ini juga sangat mudah di temui di pasar-pasar tradisional Salatiga. Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mencicipinya?

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga, Warung Kopi Legendaris Sejak 1966

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga, Warung Kopi Legendaris Sejak 1966

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga merupakan salah satu minuman yang dapat kamu nikmati untuk menghangatkan badan di tengah dinginnya udara Kota Salatiga. Salatiga dikenal dengan kota singgah karena lokasinya yang berada dekat dengan kota-kota besar seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Magelang. Juga berada dekat dengan Gunung Merbabu, Merapi, Telomoyo, Ungaran membuat Salatiga menjadi kota yang dingin. Todak jarang kota ini dijadikan sebagai destinasi berlibur dan melepas penat dari hiruk pikuk kota besar. Salah satu aktivitas untuk menikmati dinginnya Kota Salatiga adalah ngopi. Minum kopi bersama di cuaca dingin menjadi aktivitas yang menenangkan. Ada salah satu kuliner bersejarah di Salatiga yang menjajakan kopi yaitu Kopi Babah Kacamata. Gerai ini hanya menjual kopi robusta, cocok untuk penikmati kopi dengan rasa pahit yang kuat. Kopi Babah Kacamata adalah kopi olahan rumahan yang sudah ada sejak 1966 di Salatiga. Pertama kali dibuka oleh sepasang suami istri Warsono (Tan Tjun Gwan) dan Lucia Rusmiyati. Kopi ini sudah terkenal seantero kota. Di tiap warung kopi, cafe, kebanyakan menggunakan Kopi Babah Kacamata. Sudah 54 tahun Kopi Babah Kacamata Salatiga bertahan sampai generasi kedua, Astono. Hal ini karena hingga saat ini Kopi Babah Kacamata masih mempertahankan produk kopinya yang baik. Sangrai kopinya masih mengikuti metode yang digunakan orang tuanya – menggunakan mesin sangrai bath berbentuk seperti tabung, lalu di bawahnya dinyalakan tungku berisi kayu bakar dan api menyala. Tabung itu setelah diisi 20 kg kopi robusta Pingit, lalu diputar oleh mesin di atas tungku api. Jadi tidak ada resep khusus, yang penting kopi disajikan secara murni tanpa tambahan biji jagung yang lumrah ditemui pada kopi tubruk lainnya. Kopi yang digunakan adalah biji kopi utuh, robusta green been dari Temanggung. Dalam sehari, mereka bisa 5 kali sangrai dengan masing-masing kapasitas 20 kg. Kopi Babah Kacamata mempunyai tekstur halus seperti kopi bubuk sasetan. Soal grind size ukurannya fine. Karena tekstur dan gilingan yang halus itu. Kopi Babah Kacamata biasa dinikmati dengan cara ditubruk – cara paling cepat menyajikan kopi. Ampasnya terhitung sangat lembut, hampir ikut larut saat meminumnya. Nama Babah Kacamata sendiri berasal dari pelanggan yang menjuluki Pak Warsono (pendiri) sebagai Babah Kacamata karena beliau menggunakan kacamata. Sehingga, bungkus Kopi Babah Kacamata di desain sablon orang berkacamata yang makin membuat kopinya semakin otentik dan jadul. Kopi Babah Kacamata dapat dibeli bahkan dinikmati di toko sederhana yang berlokasi di Jalan Kalinyamat No 16 Salatiga. Bagi penikmat kopi jangan lewatkan untuk mencoba kopi jadul ini.

Ronde Jago Salatiga, Minuman Legendaris Dengan Segudang Khasiat

Ronde Jago Salatiga, Minuman Legendaris Dengan Segudang Khasiat

Ronde Jago Salatiga merupakan minuman khas Salatiga yang biasa dimanfaatkan untuk menghangatkan badan di udara dingin Salatiga. Hal yang membuat wedang Ronde Sekoteng Jago Salatiga ini menjadi istimewa karena minuman legendaris yang sudah berumur setengah abad ini bukannya sepi, malah justru semakin dicintai para pelanggannya. Nama tempat yang menjual minuman ronde legendaris ini dikenal masyarakat dengan Warung Ronde Jago. Disebut Jago karena pada awalnya toko ini juga menjual berbagai macam jamu. Sejarah Ronde Sekoteng Jago Salatiga Sejak tahun 1960-an, Ronde Jago dikenal sebagai jajanan penahan dinginnya udara Salatiga. Konon nama Jago digunakan karena awalnya adalah toko jamu. Bertahan hingga saat ini, resep Ronde Jago yang diwariskan secara turun temurun telah mencapai generasi keempatnya yaitu Airlangga Setia Darma Putra. Minuman yang diadaptasi dari minuman Cina ini disajikan dalam mangkuk porselen Cina berukuran sedang. Saat Anda gigit, tekstur bola-bola bundar ronde yang terbuat dari tepung beras ketan ini terasa begitu kenyal, namun lembut. Isiannya adalah kacang tanah yang digerus bersama dengan gula pasir. Renyah lembut. Keunikan Wedang Ronde Jago Salatiga Berbeda dengan Wedang ronde pada umumnya, Wedang Jago ring ini mengandung sembilan ramuan yang bermanfaat untuk kesehatan lambung dan daya tahan tubuh. Campurannya meliputi jahe, gula, ronde, manisan jeruk, sagu delima, kolang-kaling, manisan tangkweh dan rumput laut. Selain ronde sekoteng, tersedia juga ronda kacang tanah yang memiliki rasa yang tak kalah nikmat. Jika ronde biasanya menggunakan kuah jahe, tetapi wedang ronde tanah menggunakan kuah dari sari kacang tanah. Tak hanya minum dalam kondisi panas, baik wedang ronde sekoteng atau ronde kacang tanah juga dapat dinikmati dingin dengan menggunakan campuran es batu. Selain menikmati wedang ronde dan wedang kacang, pengunjung juga bisa memesan batagor dan berbagai jajanan khas Salatiga yang dijual di toko Ronde Jago. Ada pía, gula kacang dan kue koya dan lain-lain untuk ngemil bersama teman sambil minum wedang ronde. Jam Buka dan Alamat Ronde Jago Warung Ronde Jago buka mulai pukul 14.00 WIB hingga 21.30 WIB. Sejak mulai berdiri di hingga sekarang, Wedang Ronde Jago ini buka setiap hari tanpa hari libur. Alamat: Jl. Jend. Sudirman No.9, Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50724

Soto Esto Salatiga, Soto Legendaris Yang Dijajakan di Garasi Bus

Soto Esto Salatiga, Soto Legendaris Yang Dijajakan di Garasi Bus

Soto Esto Salatiga merupakan salah satu kuliner legendaris yang masuk dalam kategori Culinary Legend (Kuliner Legendaris) yang ditetapkan Pemerintah Kota Salatiga. Setiap mengunjungi kota atau provinsi di Indonesia, hampir tersedia sajian soto dengan ke khasan nya masing-masing. Karena soto termasuk sajian kuliner Indonesia yang populer dan paling banyak variannya. Termasuk di Kota Salatiga, meskipun tidak pernah disebut-sebut kota yang memiliki sajian soto yang khas tapi salah satu sajian kuliner yang bersejarah di kota ini adalah Soto Esto. Sejarah Soto Esto Salatiga Soto Esto memiliki ikatan sendiri dengan masyarakat Salatiga. Memiliki asal usul nama yang unik dan memiliki jejak sejarah yang kuat dan panjang, yang berhubungan dengan sejarah transportasi di Salatiga. Soto Esto dirintis sejak tahun 1940, oleh sepasang suami-isteri bernama Martosetiko dan Sudarmi. Pada awalnya mereka menjajakan soto dengan berkeliling dan saat sore hari mereka berhenti di depan garasi Bus Esto. Karena kelezatannya itu, sotonya menjadi langganan para kru Bus Esto. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya menjadi langganan para kru Bus Esto tapi juga mulai terkenal kelezatannya lewat mulut ke mulut hingga menjadi langganan masyarakat sekitar. Karena mulai ramai, pada tahun 1953 pemilik Bus Esto bersimpati dan memberikan tempat berjualan di depan garasi PO Bus Esto tersebut. Sejak saat itulah Martosetiko dan istrinya tidak lagi berjualan keliling, dan mangkal di depan garasi PO Bus Esto. Esto sendiri merupakan Perusahaan Otobus (PO) di Salatiga yang tercatat berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Cikal bakal Esto adalah perusahaan transportasi pertama Kota Salatiga yang didirikan pada 1921 oleh Kwang Tjwan Ing, berdasarkan artikel “Esto, Bus Legendaris Salatiga.” (Kompasiana, 2/2/2015) oleh Purwanti Asih Anna. Esto adalah singkatan dari Eerste Slatigasche Transport Onderneming (Perusahaan Transportasi Pertama Slatiga) yang diberikan pada tahun 1923. Saat Martosetiko mangkal tahun 1950-an di depan garasi, Bus Esto masih eksis meski menurut catatan sejarah transportasi Salatiga, PO Bus Esto pernah mengalami krisis pada dekade 1930-an dan 1940-an. Namun pada rentang 1980-1990 dalam catatan sejarah juga menunjukkan generasi penerus Bus Esto mampu mengembalikan kejayaan Bus Esto. Salatiga – Tuntang – Bawen – Ambarawa menjadi salah satu trayek andalan Bus Esto. Dari sejarah itulah nama Esto berasal. Sejak mangkal di depan garasi Bus Esto, para pelanggan memberi nama soto langganan mereka sebagai Soto Esto untuk mempermudah penyebutan karena saat itu belum memiliki nama. Alamat Soto Esto Salatiga telah berpindah tempat sejak tahun 2009, yakni di Jalan Langensuko No. 4 Salatiga (belakang Hotel Grand Wahid). Keunikan dan Cita Rasa Soto Esto Salatiga Selain memiliki nama dan sejarah yang unik, sajian Soto Esto juga unik. Sotonya disajikan dalam mangkuk dengan kuah santan kekuningan yang tidak terlalu gurih namun tetap meninggalkan rasa yang berbeda. Inilah yang menjadikan Soto Esto panjang umur hingga kini karena tetap mempertahankan rasa dan kualitas yang sama sejak dulu. Satu porsi berisi nasi dengan kuah dipadukan dengan suwiran ayam, tauge, kemudian diberi taburan daun seledri dan remukan kerupuk karak yang juga menjadi ciri khas tersendiri. Di meja juga banyak disediakan makanan pendamping seperti gorengan yang khas Jawa Tengah seperti bakwan jagung, lentho, tahu bakso, juga sate ayam, sate usus, sate telur puyuh, dan sate kerang yang juga menjadi khasnya.  Satu porsi soto cukup merogoh kocek Rp 11.000 tanpa kerupuk karak. Sebelum memesan ada baiknya bertanya menu dan harga yang disediakan, karena tidak disediakan daftar menu. Soto Esto buka setiap hari pada pukul 06.00 – 12.00 WIB, tapi disarankan untuk datang pagi hari karena akan cepat habis dan karena gerainya tidak cukup luas sedangkan pengunjung ramai. Saat ini Soto Esto dikelola oleh generasi kedua, yang diwariskan pada tahun 1991 kepada Sulasmi hingga sekarang. Sejarah yang panjang dan unik serta cita rasa yang masih bertahan hingga kini, menjadikan Soto Esto ditetapkan sebagai salah satu kuliner bersejarah Salatiga (Salatiga Culinary Heritage) pada tahun 2021.