Jowonews

Ditambah, Ujicoba Pembelajaran Tatap Muka di Temanggung

TEMANGGUNG, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, secara bertahap menambah jumlah sekolah untuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM), khususnya tingkat SMP. “Karena SMP menjadi kewenangan pemkab maka secara bertahap dilakukan uji coba PTM seiring para guru di sekolah yang bersangkutan telah melakukan vaksinasi,” kata Sekretaris II Satgas Covid-19 Pemkab Temanggung Djoko Prasetyono di Temanggung, Rabu (14/4). Ia menegaskan jika para guru dan tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi Covid-19, sekolah bisa melakukan uji coba PTM. “Mudah-mudahan di tahun ajaran baru 2021/2022 di bulan Juli mendatang seluruh SMP sudah melakukan uji coba PTM sehingga jika akan dilakukan PTM sekolah sudah siap,” katanya. Terkait dengan uji coba PTM tingkat SD, TK, dan PAUD, dia mengatakan sesuai instruksi Mendagri sampai sekarang belum diizinkan. Ia menyebutkan guru maupun tenaga kependidikan di Temanggung yang telah melakukan vaksinasi baru di lima sekolah yang telah melakukan uji coba PTM, yakni SMKN 1 Temanggung, MAN 1 Temanggung, SMAN 1 Parakan, SMPN 2 Temanggung, dan MTsN Parakan. Djoko menyampaikan berdasarkan pemantauan pelaksanaan uji coba PTM di lima sekolah tersebut telah berjalan dengan baik. “Rata-rata sudah melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, mengawal anak mulai dari kedatangan, pembelajaran, sampai kepulangan sudah dilaksnakan dengan baik,” katanya. 

Hal-hal yang Wajib Dipatuhi Anak Saat Kembali ke Sekolah

JAKARTA, Jowonews- Wacana pembukaan sekolah pembelajaran tatap muka mengundang pro dan kontra dari para orangtua. Meski demikian ada yang wajib dipahami dan dipatuhi jika anak-anak sudah kembali ke sekolah. Muhammad Zainal, WASH (Water, Sanitation & Hygiene) Specialist UNICEF Indonesia mengatakan UNICEF sejalan dengan pemerintah dalam hal pembukaan kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Hal ini karena penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif terhadap anak khususnya dari segi pendidikan. Beberapa dampak yang didapat terjadi pada anak saat sekolah daring di antaranya meningkatnya risiko anak putus sekolah, kendala tumbuh kembang dan kualitas pembelajaran yang disebabkan adanya perbedaan akses pembelajaran jarak jauh, serta kesehatan mental dan psikososial karena minimnya interaksi anak dengan guru, teman dan dunia luar. “Tapi pembukaan kembali sekolah harus diikuti dengan diterapkannya protokol kesehatan dan sekolah aman yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa, guru, keluarga dan masyarakat,” ujar Zainal dalam webinar “Perubahan Kecil, Perlindungan Besar”, Selasa (6/4). “Di samping itu, layanan pendidikan selama pandemi juga harus mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang dan psikososial siswa,” imbuhnya sebagaimana dilansir Antara. Penerapan protokol kesehatan yang baik dan lingkungan sekolah yang aman tentunya merupakan faktor yang harus dipenuhi jika pembelajaran tatap muka kembali dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka infeksi Covid-19 melalui klaster sekolah. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, sekitar 14 persen dari total kasus Covid-19 Indonesia berasal dari anak sekolah. Maka dari itu edukasi mengenai bagaimana cara melindungi diri dan keluarga dari virus tersebut sangatlah penting untuk dilakukan, tak terkecuali anak-anak. Sementara itu, dr. Fitria Agustina, SpKK, FINSDV mengatakan anak-anak perlu mendapat edukasi soal protokol kesehatan sebelum kembali ke sekolah. Hal sederhana yang perlu diajarkan adalah berusaha untuk tetap sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup dan olahraga. “Kemudian hal simpel yang harus diajarkan adalah jangan pernah buka masker di tempat umum, jangan pernah mau maskernya dipinjamnya ke temannya. Pinjam-meminjam suatu barang kalau buat anak kan itu hal yang happy,” kata dr. Fitria. Selain itu, setiap anak juga harus diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dengan biasakan diri mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, segera mandi setelah beraktivitas dari luar rumah, dan segera mengganti serta mencuci pakaian dengan detergen terbaik.

Di Kudus, Siswa Dilarang Naik Ojek ke Sekolah

KUDUS, Jowonews- Siswa di Kudus dilarang naik ojek daring atau angkutan umum lainnya selama simulasi pembelajaran tatap muka demi mencegah kemungkinan terjadinya penularan Covid-19. “Secara tertulis memang ada larangan demikian, bahwa siswa yang mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka tidak boleh naik ojek daring atau angkutan umum lainnya. Mereka diminta untuk naik kendaraan sendiri atau diantar orang tua,” kata Kepala SMK Wisuda Karya Kudus Fakhrudin di Kudus, Senin (5/4). Larangan lainnya, kata dia, siswa saat berangkat ke sekolah juga dilarang berboncengan dengan siswa lainnya. Untuk hari pertama simulasi yang dimulai Senin (5/4), mayoritas siswa SMK Wisuda Karya Kudus berangkat dengan kendaraan sendiri, sedangkan sebagian kecil ada yang diantar oleh orang tuanya. Ada pula beberapa siswa yang datang terlambat karena kebiasaan bangun siang selama masa pembelajaran jarak jauh. Ia mengakui belum menemukan adanya siswa yang berboncengan atau naik angkutan umum maupun ojek daring, karena melalui surat sudah ada pemberitahuan terkait hal itu. Bahkan, 120 siswa yang mengikuti simulasi juga diatur jam masuknya agar tidak terjadi kerumunan di sekolah. Kepala SMA 1 Bae Kudus Supriyono membenarkan siswanya memang dilarang naik angkutan kota (angkot) ataupun angkutan umum lain, karena selama masa simulasi ini sangat ketat guna menghindari kemungkinan terjadinya paparan virus corona. Sebanyak 110 siswa yang mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka juga dipilih yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah dan dalam kondisi sehat. Bagi yang sampai sekolah bersuhu tinggi akan diminta istirahat sebentar di UKS sambil menunggu suhu badannya normal. “Jika tetap tinggi, akan diminta pulang dengan meminta orang tuanya untuk menjemput atau diantar oleh sekolah,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Tempat tidur di ruang UKS juga disiapkan beberapa tempat tidur, termasuk fasilitas tempat cuci tangan dan tidak hanya di luar sekolah, melainkan di setiap kelas juga tersedia tempat cuci tangan, selain memakai masker selama mengikuti pembelajaran. Untuk hari ini, kata dia, tidak ada siswa yang memiliki suhu tubuh di atas 37,3 derajat celcius. Sedangkan setiap kelas hanya diisi 10 siswa dengan lamanya pembelajaran selama dua jam untuk empat mata pelajaran, sehingga masing mata pelajaran selama 30 menit. Siswa yang mengikuti simulasi merupakan siswa kelas 10 yang jumlah siswanya mencapai 396 orang, namun yang mengikuti simulasi hanya 120 siswa. Maya Anggraini, salah satu siswa SMA 1 Bae mengaku senang bisa masuk sekolah, sehingga bisa mengenal teman-temannya. Sejak awal mendaftar, ia memang belum kenal secara dekat dengan semua siswa satu angkatan, karena bersamaan dengan masa pandemi Covid-19.

Pembelajaran Tatap Muka, Siswa Dilarang Naik Angkutan Umum

SEMARANG, Jowonews- Siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19 tidak diizinkan berangkat maupun pulang sekolah dengan menggunakan transportasi umum. Kepala SMKN 7 Semarang Samiran, di Semarang, Senin (5/4), mengatakan pihak sekolah sudah menyeleksi siswa yang dibolehkan masuk saat uji coba pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini. “Syarat yang utama harus mendapat izin orang tua. Kemudian dari yang sudah mendapat izin itu diseleksi lagi berdasarkan jarak terdekat dari rumah, tidak memiliki penyakit komorbit, serta berangkat sekolah menggunakan kendaraan sendiri atau diantar oleh keluarganya,” katanya. Ia menuturkan siswa hanya diizinkan berangkat dan pulang sekolah dengan menggunakan kendaraan sendiri, diantar keluarganya, atau berjalan kaki. Siswa dilarang menggunakan angkutan umum. Ia menjelaskan uji coba pembelajaran tatap muka ini diikuti oleh siswa kelas X. Menurut dia terdapat 104 siswa kelas X yang mengikuti pembelajaran tatap muka yang terbagi dalam delapan jurusan. “Masing-masing jurusan ada 13 siswa. Sementara sisanya mengikuti pelajaran secara daring,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia menuturkan pelaksanaan protokol kesehatan pada hari pertama pembelajaran tatap muka mulai pukul 08.00 hingga 10.00 WIB ini berjalan baik. Meski demikian, kata dia, akan dilakukan evaluasi untuk melihat jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Ia menambahkan dari jumlah total 609 siswa kelas X, terdapat 27 siswa yang orang tuanya tidak mengizinkan anaknya ikut pembelajaran tatap muka. Samiran tidak merinci alasan ketidaksetujuan orang tua siswa itu. Sementara di SMPN 5 Semarang, pihak sekolah tidak memberi kesempatan siswa untuk bercanda selama berada di lingkungan sekolah. “Setelah masuk gerbang dan dilakukan pengecekan, siswa langsung diarahkan masuk ke kelas oleh guru,” kata kepala SMPN 5 Semarang Teguh Waluyo. Di SMP 5, kata dia, proses belajar mengajar diikuti oleh siswa kelas VII yang terdiri dari tiga kelas yang dibagi dua. “Jadi ada enam kelas yang digunakan oleh siswa dari tiga kelas,” katanya. Menurut dia, sistem pelaksanaan pembelajaran tatap muka dilakukan secara bergiliran. “Hari ini kelas VII A, B, C. Besok kelas VII D, E, F. Begitu pembagian seterusnya di masa uji coba ini,” paparnya.

Semua Sekolah di Jateng Siap untuk Pembelajaran Tatap Muka

SEMARANG, Jowonews- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan pada prinsipnya semua jenjang sekolah di provinsi itu sudah siap melaksanakan dan membuka pembelajaran secara tatap muka. “Prinsipnya dari jenjang manapun kami oke. Problemnya satu, vaksinnya ada atau tidak,” katanya saat melakukan kunjungan kerja di Kota Salatiga, Rabu (31/3). Panduan penyelenggaraan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 telah diterbitkan pemerintah melalui surat keputusan bersama (SKB) empat menteri yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, serta Menteri Dalam Negeri. Dalam SKB itu disebutkan bahwa semua sekolah harus sudah membuka pembelajaran tatap muka pada Juli 2021, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Ia menjelaskan kebutuhan vaksin bagi tenaga pendidik penting sebagai langkah awal melakukan uji coba PTM sebelum resmi dibuka secara menyeluruh. “Vaksin itu penting. Kalau guru-guru dan dosen-dosen yang mau uji coba (tatap muka, red.) bisa disediakan vaksinnya, ‘go’. Tidak apa-apa. Tapi satu lagi yang penting, mereka menyiapkan SOP dan menyiapkan uji cobanya, jangan tergesa-gesa,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Kesiapan fasilitas, standar operasional prosedur, dan kesuksesan selama uji coba, kata Ganjar, juga diperlukan, bahkan ketika uji coba pembelajaran tatap muka itu meyakinkan, berjalan lancar, serta semua hal yang diperlukan terpenuhi maka siap untuk dibuka sesuai panduan. “Begitu sudah yakin baru ditambah, sedikit dulu, terus kemudian berbagai jenjang. Saya tidak apa-apa kok berbagai jenjang, tapi disiapkan semuanya seperti SOP-nya mantap, fasilitas mantap, vaksinnya sudah, kalau belum jangan,” katanya. Pemprov Jateng merencanakan uji coba pembelajaran secara tatap muka di 140 sekolah pada 5-16 April 2021 dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat meskipun masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Uji coba pembelajaran tatap muka akan dilakukan di tingkat 35 SMP, 35 SMA, 35 SMK, dan 35 MA di Jateng. Sedangkan tingkat SD, TK, dan PAUD ditunda atas dasar masukan dari sejumlah ahli. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menambahkan sasaran vaksinasi guru atau tenaga pendidik di Jawa Tengah sekitar 15 ribu orang yang terbagi atas guru SMA, SMK, MA, SMP, dan MTs di masing-masing kabupaten/kota. “Kemarin Pak Gubernur juga sudah meninjau vaksinasi guru di Kabupaten Klaten ada 350 guru yang divaksin, untuk kabupaten/kota lain sudah ada yang divaksin, tapi masih ada juga yang belum. Targetnya harus selesai sebelum 4 April 2021 karena 5 April 2021 itu pelaksanaannya (uji coba pembelajaran tatap muka, red.),” ujarnya.

Sekolah di Kudus Dilarang Belajar Tatap Muka

KUDUS, Jowonews.com – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, melarang sekolah memberlakukan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka mengingat jumlah kasus penyakit virus corona di Kudus cenderung meningkat. “Untuk saat ini memang tidak boleh ada kegiatan belajar dengan tatap muka. Kami juga masih menunggu keputusan dari Pemerintah Pusat karena hingga kini memang belum ada edaran dari pusat,” kata Pelaksana tugas Bupati Kudus M. Hartopo di Kudus, Kamis. Ia berharap sekolah di Kudus tetap menunggu keputusan dari pemerintah terkait boleh masuk tidaknya siswa ke sekolah. Kalaupun ada jadwal pada tanggal 13 Juli 2020 mulai masuk, kata dia, memang jadwal masuk sekolah sesuai kalender tahun ajaran baru 2020/2021, namun masuknya tetap harus menunggu instruksi. Apalagi, lanjut dia, sesuai ketentuan sebelumnya, ada batasan soal zona bagi daerah yang diperkenankan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan bertatap muka harus berada di zona hijau. Sementara Kabupaten Kudus, termasuk zona oranye dan mendekati zona merah. “Karena masuk kategori zona oranye, maka pembelajarannya harus secara daring (dalam jaringan),” ujarnya. Ia berharap para guru lebih banyak memberikan tugas terhadap muridnya. Berbeda ketika ada kegiatan semesteran, maka diperbolehkan masuk sekolah dengan cara dibagi dua sesi dengan jumlah murid yang tidak banyak untuk setiap sesinya. “Para siswa yang masuk sekolah juga wajib didampingi orang tua agar tidak ada siswa bermain ke tempat lain karena harus langsung pulang ke rumah,” ujarnya. Terkait dengan orientasi siswa, kata dia, bisa dilakukan bersamaan daftar ulang dengan tetap didampingi orang tua, namun jangan bergerombol harus tetap mempertimbangkan jarak dengan orang lain serta memakai masker. Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Harjuna Widada mengungkapkan semua sekolah dari jenjang SD dan SMP di Kudus sudah menyiapkan sarana dan prasarana menuju tatanan kehidupan baru. Di antaranya, menyiapkan tempat untuk mencuci tangan memakai sabun serta menerapkan kegiatan belajar di sekolah dengan berjarak, serta alat pengukur suhu tubuh. “Ketika siswa masuk sekolah, selain harus memakai masker juga sudah disiapkan skemanya dengan dijadwalkan,” ujarnya. Misal, siswa kelas VII terdiri 30 anak, maka 15 anak akan dijadwalkan masuk selama tiga hari mulai Senin, Selasa dan Rabu, sedangkan sisanya dijadwalkan masuk hari berikutnya, yakni Kamis, Jumat dan Sabtu. Terkait jadwal masuk sekolah, kata dia, hingga kini belum ada edaran karena masih menunggu Tim Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19. (jwn5/ant)

Boyolali Perpanjang Masa Libur Sekolah Untuk PAUD-SMP Hingga 4 April

BOYOLALI, Jowonews.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, memutuskan memperpanjang masa libur sekolah mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama dalam upaya meminimalkan risiko penularan virus corona penyebab COVID-19. “Kami sebelumnya memutuskan para siswa mulai kegiatan belajar mengajar di sekolah Senin ini, tetapi setelah melihat perkembangan situasi dan kondisi pencegahan COVID-19, libur sekolah diperpanjang hingga sepekan ke depan,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Darmanto di Boyolali, Senin. Para siswa tingkat pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah pertama, menurut dia, diminta belajar di rumah hingga 4 April. Setelah itu, pemerintah daerah akan melihat perkembangan situasi penularan COVID-19 untuk memutuskan apakah akan memperpanjang kembali masa belajar dari rumah atau memulai kegiatan belajar di sekolah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan evaluasi setiap sepekan untuk menentukan kebijakan berikutnya. “Kami setiap pekan melakukan evaluasi. Jika belum memungkinkan masa belajar di rumah anak-anak akan diperpanjang hingga kondisi aman,” kata Darmanto. Ia menjelaskan, kegiatan belajar mengajar di 1.492 sekolah negeri maupun swasta mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama diliburkan mulai 20 Maret dalam upaya meminimalkan risiko penyebaran COVID-19. Masa belajar di rumah bagi siswa di jenjang pendidikan tersebut semula direncanakan sampai 28 Maret namun kemudian diperpanjang sepekan. Selama kegiatan belajar di sekolah diliburkan, para kepala sekolah, guru, dan orang tua diminta memantau kegiatan belajar siswa di rumah. (jwn5/ant)

Sekolah Diminta Jalani Langkah Pencegahan Penularan COVID-19

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta sekolah menjalankan langkah pencegahan penularan virus corona penyebab COVID-19, termasuk di antaranya mengingatkan warga satuan pendidikan untuk menghindari kontak fisik langsung seperti bersalaman, cium tangan, dan berpelukan. “Kami juga menyarankan agar siswa tidak meminjamkan alat tulisnya. Gunakan alat tulis masing-masing,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno di Jakarta, Rabu (11/3). Totok menjelaskan bahwa penyebaran virus corona di Kapal Diamond Princess disinyalir terjadi melalui peminjaman alat tulis pada saat registrasi.  “Kami meminta agar hal-hal seperti ini mendapatkan perhatian penuh dari warga sekolah,” imbuh Totok. Dalam surat edaran mengenai pencegahan COVID-19 tertanggal 9 Maret 2020 yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan unit kesehatan di perguruan tinggi dioptimalkan untuk mendukung upaya pencegahan penyebaran virus corona. Kementerian juga meminta sekolah memastikan ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai sabun dan alat pembersih sekali pakai serta rutin membersihkan ruangan dan lingkungan satuan pendidikan, khususnya gagang pintu, saklar lampu, komputer, papan tik, dan barang lain yang sering dipegang. Selain itu, kementerian meminta sekolah memantau kehadiran warga satuan pendidikan, memberikan izin kepada warga satuan pendidikan yang sakit untuk tidak datang ke satuan pendidikan, serta tidak memberlakukan hukuman atau sanksi bagi yang tidak masuk karena sakit. Sekolah dan satuan pendidikan yang lain juga diminta melaporkan ke dinas kesehatan, dinas pendidikan, dan lembaga layanan pendidikan tinggi jika ada ketidakhadiran dalam jumlah besar serta berkonsultasi dengan dinas pendidikan jika tingkat ketidakhadiran dianggap mengganggu. Selanjutnya, satuan pendidikan diminta memastikan makanan yang disediakan sudah dimasak sampai matang; mengingatkan warga sekolah untuk tidak berbagi makanan, minuman, dan alat musik tiup; menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang seperti berkemah; serta membatasi tamu dari luar satuan pendidikan. Terakhir, warga satuan pendidikan dan keluarga yang baru pulang dari bepergian ke negara yang melaporkan kasus COVID-19 diminta untuk tidak melakukan pengantaran dan penjemputan serta berada di area satuan pendidikan selama 14 hari sejak tiba di Tanah Air. (jwn5/ant)