Jowonews

Logo Jowonews Brown

Ini Tuah Tasbih Sembilan Kayu Tulungagung

TULUNGAGUNG, Jowonews.com – Perajin tasbih “bertuah” berbahan sembilan jenis kayu di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengaku kesulitan mendapat bahan baku sehingga membatasi jumlah pesanan pelanggandari dalam maupun luar daerah.

“Ada sebagian bahan baku kayu yang tidak mudah didapat karena memang sudah langka,” kata Katmadi, perajin tasbih sembilan kayu di Desa Simo, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Senin.

Salah satu jenis kayu bahan baku tasbih yang paling sulit diperoleh Katmadi adalah kayu liwung yang menurutnya hanya ada di sekitar lereng Gunung Kawi.

Sementara delapan jenis kayu lain seperti cendana jawa, setigi laut, nagasari, secang bromo, wali kukun, galih asem, dewa ndaru, dan johar masih bisa ia peroleh di wilayah Tulungagung dan sekitarnya meski harus mencari langsung dari hutan ke hutan.

“Kalaupun ada dan ketemu, usia pohon terkadang belum terlalu tua sehingga harus mencari lagi ke tempat lain,” ujarnya.

Karena alasan bahan baku yang terbatas itu, Katmadi mengaku tidak sembarangan melayani permintaan pembuatan tasbih dari para pelanggannya.

Ia memilih memproduksi tasbih khas berbahan sembilan kayu karyanya dalam skala terbatas dengan harga penjualan di kisaran Rp125 ribu per untai kalung tasbih isi 100 butir dan Rp50 ribu untuk jenis tasbih gelang.

“Kerajinan ini sudah saya geluti sejak 1993 di Ngawi bersama saudara saya dengan segmen pasar tertentu karena tasbih sembilan kayu seperti ini, bagi penganut Islam tradisional diyakini memiliki tuah atau khasiat tertentu khususnya kesehatan,” ujarnya.

Katmadi menunjukkan beberapa rangkai tasbih yang dikenal dengan sebutan tasbih sembilan kayu itu.

Tasbih tersebut memiliki tujuh warna kayu berbeda-beda, mulai dari coklat, hitam, dan kekuningan.

Pola serta kayu juga berbeda-beda. “Ide ini terinspirasi dari sembilan wali (wali sanga) penyebar agama Islam di Jawa,” kata Katmadi.

Salah satu jenis kayu yang dipakai yakni jenis setigi memiliki manfaat untuk antiracun, antidaya negatif, keselamatan, dan rejeki.

Sementara kayu nagasari untuk kewibawaan, antipetir, keharmonisan keluarga dan lain sebagainya yang bersifat universal.

“Kayu dewa daru untuk keselamatan dan kewibawaan namun tidak untuk anti racun. Kayu lain juga memiliki manfaat beragam,” ujarnya. jn16-ant

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...