Jowonews

Air Terjun Kedung Kayang Magelang, Eksotis dan Mistis

Air Terjun Kedung Kayang Magelang, Eksotis dan Mistis

Air Terjun Kedung Kayang Magelang menjadi tempat wisata alam yang menyajikan keindahan alam mempesona. Di sekitar air terjun dengan ketinggian sekitar 40 meter ini, pengunjung juga dapat menyaksikan panorama alam Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Air Terjun Kedung Kayang terletak di Desa Ngagrong, Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Salah satu air terjun tertinggi di Jawa Tengah ini menjadi objek wisata yang sangat indah. Daya Tarik Air Terjun Kedung Kayang Magelang Air Terjun Kedung Kayang merupakan tempat wisata yang tidak terlalu ramai sehingga suasananya cukup tenang. Air Terjun Kedung Kayang berada di ketinggian 1200 mdpl dengan ketinggian air terjun sekitar 40 meter. Di kawasan ini pengunjung dapat menikmati ketenangan dan kedamaian dengan duduk di atas batu sambil mendengarkan gemuruh air terjun yang terdengar syahdu. Pesona air terjunnya memang luar biasa. Air terjun yang deras terlihat seperti tirai putih raksasa. Pemandangan di sekitar air terjun juga tak kalah mengagumkan, air terjun ini terletak di sebuah ceruk raksasa. Saat musim hujan, Anda bisa melihat air terjun kecil di sekitarnya. Aktifitas populer yang dilakukan wisatawan adalah berfoto dengan latar air terjun. Selain itu, area air terjun juga cocok untuk aktifitas tracking. Namun, saat musim hujan, kawasan di sekitar air terjun bisa banjir. Saat cuaca buruk, pengelola akan mengumumkan melalui pengeras suara meminta pengunjung untuk segera naik ke atas. Waktu terbaik untuk mengunjungi air terjun ini adalah saat cuaca sedang cerah. Menikmati Keindahan dan Panorama Alam dari Atas Air Terjun Spot terbaik untuk menikmati keindahan air terjun Kedung Kayang adalah dari atas terjun. Di lokasi ini terlihat panorama alam sekitarnya seperti Gunung Merapi dan Merbabu, serta air terjun yang banyak bebatuannya. Pada musim hujan aliran air sangat deras karena sumber aliran Kedung Kayang berasal dari sungai. Lokasi kedua berada di area kolam air terjun Kedung Kayang. Airnya turun dengan sangat cepat, hal ini dikarenakan air terjun Kedung Kayang memiliki tinggi sekitar 40 meter dan merupakan salah satu air terjun tertinggi di Jawa Tengah. Pengunjung dapat memanfaatkan gardu pandang untuk berswafoto dengan latar air terjun, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. ria. Untuk bisa berswafoto ria di gardu pandang ini, para pengunjung harus membayar Rp5.000 per orang serta jasa fotografer sebesar Rp2.500 untuk satu foto dalam bentuk softfile. Menuju ke kawasan air terjun Kedung Kayang di bawah ini Air Terjun Kedung Kayang dapat dicapai melalui jalan raya Boyolali-Magelang. Kemudian Anda akan menemukan papan petunjuk yang bertuliskan Air Terjun Kedung Kayang. Parkir mobil tidak jauh. Setelah membayar tiket masuk Rp4.000 dan biaya parkir sepeda motor Rp2.000, perjalanan menuju air terjun dilakukan dengan berjalan kaki. Saat menuju lokasi, Anda kemudian akan menemukan dua persimpangan, yaitu menuju spot panorama atas atau menuju spot air terjun. Jika Anda memilih untuk pergi ke spot air terjun, Anda akan menuruni jalanan setapak. Meski jalanan sudah dicor, namun Anda harus tetap berhati-hati karena jalanan cukup licin. Perjalanan akan lebih nyaman jika Anda memakai sepatu anti selip. Dibutuhkan sekitar lima sampai sepuluh menit untuk berjalan kaki ke tepi sungai yang berasal dari air terjun. Tapi itu tidak berarti jalan menjadi lebih mudah untuk dilalui. Tantangan sesungguhnya baru saja dimulai. Ternyata jalan menuju puncak air terjun harus melewati sungai. Pada musim penghujan aliran sungai ini cukup besar sehingga harus berani menyebrang. Ada dua cara untuk menyeberangi sungai, yaitu berjalan di tengah aliran atau melompati bebatuan. Keduanya membutuhkan keberanian yang besar. Risiko melompati bebatuan tentu saja terpeleset ke sungai. Selama ini, jika Anda berjalan di tengah sungai, Anda berisiko kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sungai. Perjalanan dilanjutkan di sepanjang jalan setapak di tepi sungai. Sesekali Anda harus melewati bebatuan. Rupanya untuk menuju menuju air terjun Anda harus melalui sungai kembali. Pengunjung harus pintar memilih bagian sungai mana yang cukup dangkal. Setelah menyeberangi sungai kedua, puncak air terjun sudah terlihat semakin dekat. Kondisi medan di sekitar air terjun berbatu. Semakin dekat dengan air terjun, titik air di udara cukup terasa karena derasnya aliran air terjun. Pesona area bawah air terjun Kedung Kayang Berfoto di depan air terjun merupakan kegiatan favorit wisatawan. Dengan sudut pengambilan yang tepat, foto-foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenangan yang tak terlupakan setelah menempuh jarak yang agak sulit untuk mencapai titik air terjun. Namun jika ingin memotret, sebaiknya kamera tidak terlalu lama diarahkan ke air terjun. Banyak bintik air yang dapat dengan cepat membasahi kamera. Jika terlalu basah, kamera bisa rusak. Satu hal yang perlu diperhatikan, kunjungan ke Air Terjun Kedung Kayang sebaiknya dilakukan pada hari yang cerah. Saat hujan, air terjun dapat meluap dan banjir sehingga berbahaya. Jika cuaca buruk, pengelola akan mengumumkan melalui pengeras suara meminta pengunjung untuk segera naik. Asal Penamaan dan Misteri Air Terjun Kedung Kayang Nama Kedung Kayang akan dikenal oleh penduduk setempat secara turun temurun, berasal dari nama tiga empu atau tokoh keramat Wonolelo di masa lalu. Yaitu Empu Panggung, Empu Putut dan Empu Khalik. Konon para empu sering bertemu di lokasi air terjun, baik di atas maupun di bawah kedung. Pertemuan para empu tersebut bertujuan untuk memperebutkan suatu kekuatan yang dikenal dengan sebutan ‘Tanding Balang’, yang dalam bahasa Jawa berarti berperang. Tanding Balang dilakukan oleh tiga empu saat memasuki bulan Suro dan dalam pertandingan ini, siapa yang dapat melempar telur angsa ke dalam kedung dalam keadaan masih utuh akan menjadi pemenangnya. Sayangnya, ketiga telur angsa tersebut pecah dan masuk ke dalam kedung Para empu tersebut kemudian menelusuri tebing untuk melihat ke arah kedung, namun anehnya mereka tidak menemukan cangkang telur yang pecah. Dari pecahan telur inilah muncul mata air yang kering. Sejak itu, setiap malam Jumat Kliwon, selama bulan Suro, selalu terdengar suara atau nada gamelan Jawa yang nyaring. Selain malam Jumat Kliwon, pada Kamis Wage, tepat pada hari pasaran tersebut konon banyak kera yang berkumpul di atas Kedung Kayang. Kemisteriusan Air Terjun Kedung Kayang dengan segala macam legenda dan mitosnya menjadi daya tarik yang tidak bisa ditampik. Air terjun ini juga konon terdapat penunggunya. Kepercayaan setempat menyebutkan bahwa pelindung penunggu tersebut adalah Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Pengasih. Selain air yang memancar dari mata air di atas, di celah-celah tebing, juga terdapat beberapa mata air mengalir sepanjang tahun dan … Baca Selengkapnya

Angkat Tema Cegah Stunting, Bidang IKP Juarai Lomba Merangkai Sayur dan Buah Tanpa Sayat

Lomba Merangkai Sayur dan Buah Tanpa Sayat

SEMARANG – Peringatan Hari Ibu di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Tengah berlangsung meriah, dengan diadakannya lomba merangkai sayur dan buah lokal tanpa sayat, di Ruang Rapat Lantai IV, Kamis (22/12/2022). Jika biasanya pada hiasan tumpeng, buah atau sayur bisa dipotong-potong menjadi bentuk yang menarik, tapi untuk lomba kali ini, buah dan sayuran tidak boleh dipotong maupun diiris. Peserta lomba adalah pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Diskominfo, di mana masing-masing bidang diwakili dua orang. Dengan modal buah dan sayur seharga Rp100 ribu dan waktu 45 menit, mereka dituntut berkreasi sebaik mungkin. Tidak lengkap jika lomba tidak dimeriahkan oleh suporter. Masing-masing suporter saling mengganggu, yang tujuannya mengganggu konsentrasi dan menurunkan mental peserta. “Bidang IKP (Informasi dan Komunikasi Publik) ini tidak ada suporter karena pada tugas. Jadi, gangguannya paling banyak. Timun kecil saja dikomentari. Pokoknya, mesti tahan mental,” ungkap Dyah Widiastuti, peserta dari Bidang IKP. Beruntung, tim yang digawanginya bersama Ny Agung Hariyadi, berhasil menjadi Juara I. Karya mereka dinilai paling unggul karena komposisi buah dan sayur yang beragam dengan aneka warna, serta tampak bersih. “Kami juga menampilkan tema, buah dan sayur untuk cegah stunting. Jadi, sekaligus sosialisasi pencegahan stunting,” beber Dyah. Peserta lomba lainnya, Hanifah, mengaku senang dapat berpartisipasi. Apalagi, lomba kali ini cukup menantang, karena diperlukan kreativitas dan kebersamaan untuk bisa merangkai buah dan sayur dalam waktu yang terhitung singkat. “Lomba ini sebenarnya mudah namun waktu yang disediakan cukup terbatas. Kebetulan saya membuat rangkaian berbentuk bucket jadi waktunya kurang,” ungkapnya. Ketua DWP Jateng Susi Hermoyo mengatakan, lomba merangkai buah dan sayur tanpa sayat digelar tak sekadar memeriahkan Hari Ibu. Lebih dari itu, juga memupuk kebersamaan dan mendorong kreativitas para pengurus dan anggota DWP. Menurutnya, kriteria penilaian lomba berdasarkan kerapihan dan kebersihan, komposisi warna, bahan, kreativitas, dan inovasi pemilihan sayur dan buah. Berdasarkan penilaian juri, terpilih sebagai Juara I Bidang IKP, Juara II Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, Juara III Bidang Statistik. Sementara, Juara Harapan I Sekretariat, Juara Harapan II Persandian dan Keamanan Informasi, serta Juara Harapan III E-Government. Kepala Diskominfo Jateng, Riena Retnaningrum mengapresiasi aktivitas DWP yang baik dan kreatif. Seperti lomba yang kali itu digelar, karena dapat mempererat kekeluargaan di antara pengurus dan anggota DWP. Dalam kesempatan itu, Riena kembali menekankan anggota DWP, agar terus memaksimalkan perannya, terutama membantu suami. “Bagaimana suami berperilaku, tentu tidak terlepas dari dukungan seorang istri,” katanya. Menurut Riena, perempuan itu hebat, bahkan kehebatannya tidak dapat diterjemahkan ke dalam kata-kata. Beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki, ternyata bisa dilakukan oleh perempuan. Meski begitu, dia berpesan agar perempuan tidak melupakan kodratnya.  (Diskominfo Jateng)

Asal-usul Kue Nagasari, Perlambang Ketulusan dan Tolak Bala

Asal-usul Kue Nagasari, Perlambang Ketulusan dan Tolak Bala

Asal-usul kue nagasari atau biasa disebut nogosari terdapat beberapa perbedaan. Namun, satu hal yang jadi kesepakatan bahwa kue tradisional berbahan tepung beras ini memiliki rasa yang lezat. Berbicara tentang jajanan tradisional khas Indonesia, nama kue Nagasari atau Nogosari mungkin menjadi salah satu kue yang terlintas di benak Anda. Kue yang terbuat dari campuran tepung beras dan pisang ini memiliki rasa yang enak. Daun pisang yang digunakan sebagai kertas pembungkus juga menambah kelezatan rasa Nagasari. Nagasari atau Nogosari (nama Jawa) merupakan kue tradisional yang sangat populer dan telah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat Jawa. Biasanya Nagasari ini disajikan pada hari-hari besar penanggalan Jawa atau acara-acara khusus lainnya. Seperti pesta dan pernikahan. Tidak diketahui secara pasti dari mana Nagasari berasal. Ada beberapa sumber yang mengatakan Nagasari berasal dari Rembang. Asal-Usul Kue Nagasari Pada tahun 1528 M, Mahawiku Astapaka pergi ke Gelgelang untuk merayakan Trisuci Waisak di candi Borobudur. Dari Keling ia menuju Sedayu kemudian berlayar ke pelabuhan Nusupan di seberang Sungai Semanggi. Adipati Hadiwijaya alias Jaka Tingkir menyapanya, lalu meminta Mahawiku Astapaka agar bersedia tinggal di ibu kota Kerajaan Pajang untuk sementara waktu sebelum melanjutkan perjalanan ke Gelgelang. Adipati Hadiwijaya bersama Ratu Mas Cempaka, permaisurinya, kemudian menyajikan hidangan tanpa daging atau ikan. Di antara sesaji itu ada makanan ringan yang terbuat dari tepung beras, termasuk irisan pisang yang dibungkus daun pisang. Mahaviku merasa terkesan dengan ketulusan yang ditunjukkan tuan rumah. Ia kemudian mengadakan upacara Homa Yadnya untuk kemakmuran negeri Pajang, agar segala penyakit dan segala marabahaya yang melingkupi Pajang akan sirna. Mahawiku Astapaka kemudian menanam pohon dewandaru. Untuk mengenang hal itu, Adipati Hadiwijaya menamai sajian persembahan yang membekas di hati Mahawiku Astapaka itu nagasari. Warnanya yang putih dengan kuning di tengahnya mirip dengan warna bunga pohon dewandaru. Sajian Nagasari adalah simbol ketulusan hati, penolak penyakit dan kesialan dengan rahmat Tuhan. Pembuatan Nagasari Bahan makanan yang digunakan untuk membuat nagasari adalah : tepung beras, tepung tapioka, gula pasir, santan, air, daun pandan dan pisang. Pisang yang paling sering digunakan adalah jenis pisang raja. Kue ini biasanya dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus. Nagasari juga dapat dikukus dengan daun pandan sebagai pembungkus untuk menambah harum aromanya. Perpaduan potongan kecil pisang yang dibungkus dengan adonan yang lembut memberikan cita rasa yang istimewa pada kue ini.

Dukung Kebaya Goes To Unesco, 500 Perempuan Purbalingga Semarakkan Parade Kebaya

Kebaya Goes To Unesco

PURBALINGGA – Kebaya Goes To Unesco menjadi tren kampanye yang kini sedang marak dilakukan berbagai daerah di Indonesia. Kampanye tersebut sebagai bentuk dukungan agar kebaya diakui sebagai warisan budaya tak benda. Sebagai bentuk dukungan terhadap kebaya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga menyelenggarakan Parade Kebaya di Pendopo Dipokusumo, Kamis Sore (22/12/2022). Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati HUT Purbalingga ke-192 yang juga merupakan perayaan Hari Ibu. Tak kurang dari 500 wanita ikut serta dalam Parade Kebaya. Dimulai dari bupati, sekretaris daerah dan para istri Forkompinda Purbalingga. Selain itu, para kontestan adalah istri-istri camat, kabid, kades, dan BUMD. Ada juga paguyuban desainer Purbalingga dan komunitas penggiat seni. “Bertepatan dengan Hari Ibu, pada tanggal 22 Desember, kami mengadakan acara khusus untuk wanita yaitu parade kebaya. Selain itu, ini juga sebagai bentuk dukungan kebaya agar menjadi warisan budaya tak benda oleh Unesco. Kami melakukan penandatanganan bersama sebagai dukungan,” kata Bupati Dyah Hayuning Pratiwi usai acara. Tiwi menambahkan, bentuk dukungan kebaya ini tidak hanya sebatas Parade. Pemkab Purbalingga telah menetapkan kebijakan agar para ASN di lingkungan Pemda Purbalingga mengenakan pakaian adat termasuk kebaya. “Kami tidak hanya mengadakan upacara seperti ini, bentuk dukungan juga dilakukan dengan menggunakan pakaian adat, termasuk kebaya, setiap tanggal 18,” kata Tiwi. Tiwi menambahkan, para desainer didorong untuk berpartisipasi dalam mengkampanyekan kebaya. Diantaranya bisa dibuat dengan model kreatif yang memadukan unsur kebaya, sehingga bisa lebih menarik bagi anak muda. Foto: Amin Wahyudi/Serayunews

Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia Milik Sido Muncul Diresmikan

Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia

SEMARANG – Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia yang diinisasi PT Sido Muncul telah diresmikan pada Kamis (22/12/2022). Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia yang didirikan di Kabupaten Semarang tersebut mendapatkan apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo. Melalui sambutan virtual, Ganjar lantas membagikan pengalamannya saat melakukan lawatan ke Belanda dan Suriname. “Waktu itu saya kunjungan di Suriname, seperti biasa saat selesai kan bertukar semacam oleh-oleh. Nah dari pihak Suriname itu malah ngasih saya produk Tolak Angin,” kata Ganjar mengawali ceritanya, dikutip dari jatengpos.co.id. Pada kesempatan itu, ia juga bercerita pengalamannya saat bertemu veteran perang dari Belanda yang cukup fasih berbasa Jawa. Ia mengungkapkan negeri Belanda pada saat itu tidak memiliki kuliner dengan rasa yang khas. “Kami ini mendapatkan kuliner yang enak setelah terjadi penjelajahan dan penjajahan di banyak negara termasuk menemukan rempah-rempah dari Indonesia, itu yang diceritakan,” ungkap Ganjar. Sido Muncul telah menciptakan laboratorium yang sangat bagus. Menurutnya, kesempatan yang baik ini dapat menjadi ajang pertemuan bagi seluruh pemangku kepentingan. “Ini bisa kita dorong untuk hilirisasi menjadi produk yang punya brand bagus,” katanya. “Saya membayangkan semua kedutaan kita bekerja dengan pemerintah daerah, memiliki toko Indonesia dan menjual semua rempah-rempah yang tersedia dan itu menjadi kebijakan luar negeri kita,” tambahnya. Apalagi, kata Ganjar, saat ini rempah-rempah Indonesia bersaing dengan rempah-rempah dari negara Asia lainnya. Informasi ini ia temukan saat mengunjungig mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri. “Rempah-rempah serupa sering ditemukan di Asia Shop dan biasanya berasal dari Thailand,” ujarnya. Di akhir upacara, ia menaruh harapan agar Pusat Penelitian Tanaman Rempah Indonesia Sido Muncul menjadi pendorong bagi tanah air untuk mendapatkan kejayaan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. “Apa yang disediakan di tempat kita sendiri ini, hanya butuh satu saja komitmen dari pemerintah dan itu mesti kita dukung bersama,” ujarnya.

Kenapa Bahasa Jawa Ada di Google Translate? Ini Alasannya

Kenapa Bahasa Jawa Ada di Google Translate? Ini Alasannya

Kenapa bahasa Jawa ada di Google Translate? Sebuah pertanyaan yang menarik untuk ditemukan jawabannya. Google, sebagai mesin pencari terpopuler, tentunya harus memenuhi kebutuhan pengguna di mana pun di dunia. Orang Indonesia termasuk pengguna internet tertinggi di dunia. Sementara itu, populasi suku Jawa di Indonesia termasuk yang terbesar. Selain bahasa Indonesia, wajar jika Google menerima penggunaan bahasa Jawa di mesin pencarinya. Suku Jawa adalah kelompok etnis terbesar di Indonesia karena mereka membentuk sekitar 40,22% dari populasi Indonesia. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia. Bahasa Jawa juga merupakan salah satu bahasa yang banyak dikenal selain bahasa Indonesia. Dari segi jumlah penutur, bahasa Jawa di Indonesia mencapai 85 juta orang. Kenapa Bahasa Jawa ada di Google? Bahasa yang terbatas menjadi kendala saat menjelajah internet. Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa internasional tetapi pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak menggunakan bahasa ini, bahkan di Indonesia. Kenapa bahasa Jawa ada di Google? Pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia terus meningkat, terutama mereka yang menggunakan fitur voice search untuk pencarian keyword. Bahkan di Indonesia, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global. Indonesia bahkan menduduki peringkat ke-5 sebagai negara yang paling banyak menggunakan pencarian suara Google di dunia. Kenapa bahasa Jawa ada di Google? fitur dapat diakses melalui platform mesin pencari Google melalui input teks atau suara, aplikasi Google Translate, dan keyboard pintar Gboard. Google telah menambahkan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan pengguna. Oleh karena itu, orang yang terbiasa dengan bahasa Jawa akan lebih mudah menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Google. Mereka dapat mengakses informasi tanpa menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Diantara sekian banyak bahasa daerah di Indonesia, bahasa Jawa adalah yang paling banyak digunakan oleh penggunanya. Dalam konteks inilah Google menambahkan bahasa Jawa ke mesin pencarinya. Untuk memaksimalkan fitur yang ada, Google bermitra dengan beberapa universitas di Indonesia. Google juga mengumpulkan contoh percakapan dalam bahasa Jawa, dengan mengandalkan teknologi pembelajaran mesin Google untuk memahami bunyi dan kata yang digunakan. Proses ini melatih model pembelajaran mesin Google untuk memahami bunyi dan kata dalam bahasa baru. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi karena lebih banyak suara dan sampel yang ditangkap dari waktu ke waktu. Untuk meluncurkan variasi bahasa baru, Google bekerja sama dengan penutur asli untuk mengumpulkan contoh percakapan. Pembicara diminta untuk membaca frase yang umum digunakan. Kenapa bahasa Jawa ada di Google? Pencarian internet menggunakan bahasa Jawa sangat populer di Google. Kata kunci dalam bahasa Jawa menjadi kata kunci yang paling sering dicari oleh pengguna internet di pulau Jawa. Mulai dari lagu anak-anak hingga sepak bola. Pengguna hanya perlu mengeluarkan perintah ke ponsel dan memastikan bahwa sistem perintah suara telah dikonversi ke bahasa Jawa. Kenapa bahasa Jawa ada di Google Translate? Selain mengembangkan fitur-fitur yang memudahkan pencarian dengan menggunakan keyword berbahasa Jawa, tentunya Google juga mengembangkan fitur penerjemah dari bahasa Jawa ke bahasa lainnya di dunia. Semoga tulisan ini dapat membantu memuaskan rasa penasaran Anda sekaligus sebagai referensi pengetahuan Anda.