Jowonews

E-PICTURE STORY BOOK BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK KOMPETENSI MENGGALI INFORMASI DONGENG BINATANG

Oleh: Herdiana Ayu Mahardika Pendidikan merupakan hal yang penting bagi proses kehidupan. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang bermutu dan berwawasan luas. Pendidikan di tempuh melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Seperti kutipan dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 sebagai berikut. “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Mengacu pada peraturan pemerintah menteri pendidikan Nomor 57 tahun 2014 lampiran 1 bahwa pembelajaran tematik-terpadu diperkaya dengan penempatan muatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I,II dan III sebagai penghela mata pelajaran lain yang dilakukan secara utuh melalui penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial kedalam mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga lebih kontekstual dan menarik. Muatan pelajaran bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai cara untuk menumbuhkan keterampilan membaca dan menulis pada siswa. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatan kepribadian melalui karya sastra, mempertajam kepekaan serta memperluas wawasan kehidupan (Susanto, 2016:245). Pada dasarnya pengajaran bahasa Indonesia bertujuan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Salah satu kompetensi dasar yang berhubungan dengan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan dan tulisan dapat diwujudkan melalui kompetensi menggali informasi dongeng binatang. Kompetensi tersebut idealnya dapat berhasil apabila mempunyai media yang mendukung dan menarik sehingga siswa dapat memahami isi dari dongeng yang disampaikan. Dikarenakan adanya pembelajaran tatap muka terbatas masa wabah pandemi Covid-19 kompetensi menggali informasi dongeng binatang (KD 3.8) di kelas 2 SD tidak berjalan sesuai rencana. Permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar yang sering digunakan saat pembelajaran tatap muka terbatas umumnya menggunakan buku bacaan, buku tematik, dan buku siswa. Hal ini yang membuat siswa merasa bosan, kurang fokus, dan jenuh terhadap pembelajaran yang monoton. Hasil observasi yang dilakukan peneliti juga memperlihatkan siswa merasa kesulitan dalam memahami materi terlebih lagi memahami isi dalam suatu bacaan yang berupa buku bacaan. Sumber belajar yang digunakan tersebut tidak interaktif dan tidak menarik siswa pada usia 7-8 tahun yang berada di awal operasional konkrit. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang dilaksanakan guru seharusnya lebih memfokuskan pada pemberian pengalaman yang nyata dalam rangka mengembangkan kompetensinya, bukan hanya sekedar mendengarkan penjelasan materi dari guru. Permasalahan tersebut bersumber pada kurang bervariasinya penggunaan media pembelajaran, yang hanya mengandalkan media berupa buku bacaan. Menurut Taufiq,dkk (dalam Andriana, 2017:77)  media merupakan sebuah alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran seperti buku, kaset, video, kamera dan komputer. Media pembelajaran memudahkan guru dalam penyampaian materi kepada siswa secara langsung, dengan adanya media pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami materi secara lebih dalam. . Media pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu media yang memanfaatkan teknologi digital. Media pembelajaran digital dapat memudahkan siswa dan guru melakukan proses pembelajaran baik secara daring maupun luring. Siswa juga lebih tertarik dengan media yang interaktif disertai dengan gambar sehingga pembelajaran akan lebih nyata. Diprediksi dengan mengembangkan media pembelajaran berbentuk e-picture story book berbasis kearifan lokal menjadi solusi dari permasalahan. E-picture story book berbasis kearifan lokalmerupakan media elektronik dengan desain buku cerita bergambar dan tergolong media yang cukup baru. Media e-picture story book berbasis kearifan lokal memiliki gambar yang menarik dan berwarna warni sehingga anak akan lebih paham, maka media ini dapat digunakan guru untuk kegiatan mendongeng sehingga lebih menyenangkan. Terdapat penelitian sebelumnya yang akan mendukung penelitian ini. Sari dan Wardani (2021:1976) yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Digital untuk Meningkatkan Karakter Tanggung Jawab Siswa di Sekolah Dasar membuktikan bahwa media buku cerita bergambar digital sangat layak digunakan dibuktikan dengan hasil uji validasi ahli muatan pendidikan karakter yang memperoleh skor 30 dengan presentasi akhir 93,7% dengan kategori sangat tinggi. Hasil uji validasi bahasa memperoleh skor 62 dengan presentase 91% dengan kategori sangat tinggi. Siswa diharapkan dapat menggunakan serta memanfaatkan media pembelajaran e-picture story book berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran yang menyengkan dan menarik perhatian siswa. Guru diharapkan dapat menggunakan media pembelajaran pada kompetensi menggali informasi dongeng binatang yang lebih inovatif, variatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga mampu memudahkan siswa menerima materi pembelajaran dan meningkatkan minat siswa sehingga hasil belajar meningkat. Sekolah diharapkan mampu memberikan fasilitas kepada guru untuk dapat mengikuti kegiatan pelatihan pengembangan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan wawasan dan dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran.

APLIKASI MOBILE LEARNING (SI MOBILE) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MUATAN PEMBELAJARAN IPA SD

Oleh: Muhammad Imaduddin Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dari indikator kesejahteraan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memajukan negara. Pendidikan menggali potensi diri dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Pendidikan merupakan upaya terencana dan sadar untuk menciptakan lingkungan dan aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik untuk secara aktif meningkatkan daya spiritual keagamaan, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan, kepribadian luhur yang diperlukan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah terdapat 10 muatan pelajaran, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA SD / MI diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA harus mampu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat aktif secara fisik dan mental selama kegiatan pembelajaran, serta memberikan suasana belajar yang asik, menantang, dan menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar IPA. Sudjana (2012:92) menerangkan bahwa, Ilmu pengetahuan alam atau IPA adalah hasil aktivitas manusia berbentuk pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur secara logis dan sistematis mengenai alam sekitar, yang didapat melalui pengalaman dalam rangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan. Listiawati (dalam Widiana, 2016: 149) Muatan pembelajaran IPA SD merupakan bagian dari mata pelajaran dasar yang wajib diajarkan dengan menggunakan benda-benda lain yang mendukung dalam proses pembelajarannya. Menurut Kudisiah (2018: 199) Pembelajaran IPA di SD/MI memiliki tujuan agar siswa: 1) meningkatkan rasa ingin tahu serta suatu tindakan positif pada saint, teknologi, serta warga. 2) Meningkatkan keahlian penyelidikan pada alam sekitar, pemecahan permasalahan serta membuat keputusan, 3) meningkatkan wawasan serta pemahaman terhadap konsep sains yang berguna untuk dipakai pada kehidupan sehari-hari. Permasalahan – permasalahan mengenai pembelajaran IPA masih ditemukan, terdapat beberapa permasalahan pada kegiatan pembelajaran yang sering dijumpai, antara lain penggunaan dan pengembangan media pembelajaran berbasis IT yang kurang optimal. Masih kurangnya media pembelajaran terutama pada muatan pembelajaran IPA, yang seharusnya menggunakan media pembelajaran IPA yang kontekstual namun tidak terpenuhi secara layak. Media pembelajaran yang kurang optimal serta minimnya penggunaan media yaitu masih menggunakan buku guru, buku siswa dan media gambar saja dalam proses pembelajaran serta kurangnya pemanfaatan media yang inovatif dalam membantu kegiatan pembelajaran membuat siswa cepat jenuh dan bosan karena siswa hanya mendengar ceramah dan mengerjakan penugasan dari guru dengan berpusat pada sumber belajar yang ada pada buku siswa maupun lembar kegiatan siswa (LKS). Dengan mengacu terhadap permasalahan muatan pembelajaran IPA tersebut yaitu media yang dipakai guru masih terbatas menyebabkan tidak mendukungnya pembelajaran IPA yang kontekstual. Oleh karena itu perlu adanya media pembelajaran melalui aplikasi mobile learning berbasis android pada muatan pembelajaran IPA SD untuk membantu kegiatan pembelajaran yang menarik dan inovatif agar siswa lebih tertarik dan aktif pada pembelajaran. Menurut Piaget dalam Susanto (2013: 170), anak usia sekolah dasar memiliki kisaran umur antara 7 – 12 tahun yang termasuk tahap operasional konkret, yaitu tahap dimana anak lebih memahami suatu hal dalam bentuk konkret atau nyata. Oleh sebab itu, pengembangan media disesuaikan dengan perkembangan siswa ditahap tersebut. Sejalan dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) pada zaman modern yang begitu pesat menjadi keharusan dalam dunia pendidikan di Indonesia untuk mengintegrasikan unsur teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Asyhar (2012:8) berpendapat bahwa media pembelajaran ialah suatu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber tertentu secara terstruktur sehingga penerimanya dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam keadaan kondusif. Menurut Arsyad (2014:10) menjelaskan media pembelajaran sebagai suatu hal yang berfungsi dalam penyampaian informasi atau pesan pada proses pembelajaran sebagai stimulus perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar. Mobile learning dapat menjadi alat yang efektif untuk belajar atau meningkatkan proses belajar mengajar karena meningkatkan stimulus. Selain itu, dapat dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja. Mirip dengan teknologi e-Learning, mobile learning juga dapat dihubungkan dengan banyak media lain seperti audio, video, internet, dan sebagainya (Fozdar, 2014: 4). Hasil penelitian relevan yang laksanakan oleh Bakhtiar (2018) disebutkan bahwa penggunaan multimedia interaktif memberikan dampak positif berupa hasil belajar meningkat, dan tingginya motivasi dalam proses belajar mengajar karena lebih mengasyikkan, siswa juga lebih aktif pada pembelajaran, hal tersebut menunjukkan jika pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sudah tercapai. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 bahwa suatu kegiatan belajar guna mencapai Kompetensi Dasar yang disusun secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa guna berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian bergantung pada bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai variasi dan inovasi baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Penerapan aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dalam pembelajaran tidak lepas dari guru yang menyusun setiap langkah pembelajaran menggunakan aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android. Penguasaan pedagogik yang baik oleh guru akan mengoptimalkan penerapan multimedia mobile learning berbasis aplikasi android dalam aktivitas pembelajaran. Aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dilengkapi dengan gambar yang menarik dan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dengan tetap berpedoman penguasaan pedagogik. Maka dari itu, untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran dengan matang. Inovasi media yang dikembangkan sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran memakai aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android efektif untuk diterapkan.

PERAN GURU DI ERA GLOBALISASI

Oleh: Zunika Agung Rahayu Dunia Pendidikan di Indonesia mulai mengkaji kembali sistem pendidikan yang digunakan selama ini. Dari segi tepat sasaran maupun kemanfaatan jangka panjang. Peran tersebut tidak akan pernah lepas dari peran pemerintah, pelaksana kurikulum, bahkan sampai masyarakat juga turut membantu suksesnya pendidikan di Indonesia. Dewasa ini sering kita dengar ganti menteri ganti kurikulum perubahan kurikulum ini dilaksanakan sebagai salah satu tujuan penyempurnaan kurikulum di mana perannya disesuaikan dengan kebutuhan zaman di tengah era digitalisasi. Baru-baru ini dunia pendidikan di Indonesia mulai menjalankan kurikulum merdeka yang awalnya digunakan sebagai kurikulum darurat di tengah pandemi covid-19. Berkembangnya kebutuhan dari peserta didik menghadapi kebutuhan zaman kodratnya disesuaikan dengan kodrat alam (mengantarkan manusia secara merdeka baik merdeka dengan lahir dan batin) dan kodrat zaman (bahwa pendidikan ini mengantarkan untuk menghadapi tantangan kebutuhan zaman). Bahkan dampaknya sangat terasa sampai pada dunia pendidikan. Mengingat hal tersebut bagaimana peran guru sebagai ujung tombak pendidikan saat ini yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik? Peran guru di era digitalisasi seperti saat ini yang menjadi dasar penting adalah literasi yang harusnya diajarkan sejak dini. Pendidikan formal di mulai dari sekolah dasar tempat untuk menanamkan pembiasaan dan karakter. Peranan di era digitalisasi ini maka hal tersebut tidak akan lepas dari literasi. Literasi ini memuat membaca, menulis, mendengar, menyimak, bahkan bercerita. Literasi dasar ini yang menjadi acuan untuk mengenal dan memahami dunia IPTEK. Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini memang manjadi hal yang lumrah untuk semua kalangan bahkan menjadi hal yang tabu jika tidak memahami perkembangan teknologi. Jika dikaitkan digitalisasi dengan pembelajaran sangat kompleks dari hal sederhana menyajikan materi pembelajaran youtube, e-library atau membuat blog bagi peserta didik. Pendidikan di era digitalisasi seperti saat ini harus bisa mengintegrasikan teknologi dan komunikasi terhadap disiplin ilmu di sekolah. Salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah dengan penggunakan blog. Blog adalah layanan dari aplikasi internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik sebagai sumber belajar alternatif yang dianggap menyenangkan karena dalam pengaplikasiannya dapat ditambahkan beberapa media (gambar, efek suara bahkan video). Manfaat dari blog peserta didik dan guru dapat mengaktualisasikan diri lewat tulisan. Bisa menulis bahkan membaca informasi yang dicari dengan mudah. Harapan pada era digital dengan pemanfaatan blog untuk pembelajaran di sekolah bahwa blog dijadikan sebagai wadah antara guru dan peserta didik, mampu meningkatkan minat baca serta tulis bagi peserta didik, mudah diakses kapan dan di manapun, memudahkan pembelajaran jarak jauh. Dari segi lain juga hal ini sabagai sarana untuk berkomunikasi dengan berbagai wilayah untuk mengetahui informasi, selain itu tujuan dari pembiasaan menulis dari blog juga bisa membantu peserta didik untuk menyalurkan bakat menulis baik baik bentuk tulisan fiksi maupun non fiksi sebagai bentuk kemandirian peserta didik untuk bekecimpung di dunia tulis secara digital. Jika dikaitkan dengan pembelajaran melalui blog maka hal ini juga bisa melatih peserta didik menuliskan jurnal harian dalam proses pembelajaran yang mereka dapatkan sebagai jurnal yang menunjukkan pemahaman yang lebih baik dan juga sebagai seorang guru juga bisa menjadikan bahan untuk observasi karakteristik peserta didik melalui gaya bahasa dalam penulisan blog. Hal ini juga bisa menjadikan bahan referensi jejak digital peserta didik di era globalisasi seperti saat ini. Catatan jurnal yang dimaksudkan ini dapat menangkap serta merekam, pribadi dari peerta didik dengan pemikiran-pemikiran, melebihi kesan yang dirasakan sepeti halnya dalam suatu fotograf serta dapat memberikan keterangan atau informasi terperinci yaitu sejenis informasi yang justru tidak dapat diberikan bahkan dielakkan oleh kamera, alat perekam atau oleh alat lain. Mengkritisi dari blog untuk pembelajaran siswa yang perlu diperhatikan untuk selain untuk meningkatkan literasi menulis juga bisa meningkatkan dalam hal literasi membaca. Menurut Soedarso (2005) menyebutlan bahwa membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: penggunaan pengertian dan khuyalan, mengamati serta mengingat-ingat. Dapat diingat Kembali bahwa tujuan dari membaca diantaranya adalah untuk memperoleh informasi, pemahaman, kesenangan, memperoleh ilmu pengetahuan serta nengoreksi (mempertanyakan Kembali fakta bacaan). Jadi peran guru dalam era digitalisasi pada proses pembelajaran melalui blog tidak bisa dipisahkan dengan literasi yang yang penting untuk kemajuan literasi dan juga sebagai salah satu Gerakan Literasi Indonesia,  Dalam peranan blog tersebut juga dapat ditambahkan pendidikan karakter terkait bagaimana cara mengakses dan menggunakan blog yang baik dan benar. Adanya IPTEK dalam dunia Pendidikan pasti ada dampak yang sangat terasa bagi pengguna sendiri. Dampak positif peserta didik akan lebih mudah mencari informasi yang diinginkan serta peserta didik lebih melek teknologi. Namun dampak negatif ada blog ini adalah semakin marak budaya copy paste, peserta didik akan enggan mencari informasi dari sumber lain seperti buku karena informasi mudah didapat dari blog.

ARTICULARE STORYLINE MEDIA PEMBELAJARAN MODERN MASA KINI

Oleh: Feby Muhammad Zaini Sering dengan kemajuan zaman yang semakin modern serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru dituntut harus mampu  merubah cara mendidik yang relevan dengan perkembangan zaman. Guru diharapkan tidak hanya mengedepankan profesionalisme saja namun juga harus mengimbangi dan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran. Salah satu yang dapat guru lakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk membuat media pembelajaran. Berbicara tentang media pembelajaran berbasis teknologi, banyak media yang biasa digunakan seperti proyektor,Smartphone,laptop, dll. Akibat diterapkanya pembejaran daring pada saat pandemi covid ditahun sebelumnya, siswa pada zaman sekarang sudah terbiasa memanfaatkan media pembelajaran online berbasis website atau situs belajar online yang dapat digunakan melalui gawai yang bisa dipakai dimanapun dan kapanpun dengan modal kuota internet saja , contohnya seperti Zenius, Quipper, Ruangguru, dll. Oleh karena itu guru harus kreatif merancang media pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebiasaan siswa pada zaman kini. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan guru untuk membuat media pembelajaran masa kini adalah “ Articulate Storyline “. Articulate storyline merupakan sebuah perangkat lunak (software) yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan konten media pembelajaran interaktif berbasis digital yang didalamnya terdapat kombinasi dari berbagai media seperti teks,gambar,animasi,audio dan video. Articulate storyline sendiri memiliki keunggulan yaitu menjanjikan hasil presentasi yang lebih baik, kreatif, dan komprehensif. Dengan adanya dukungan fitur fitur yang mumpuni seperti timeline, gambar, karakter, dan video, maka dapat membantu membuat presentasi materi pelajaran menjadi lebih baik dan hemat waktu. Selain itu, hasil dari pembuatan media pembelajaran ini nantinya dapat dioperasikan menggunakan berbagai perangkat elektronik seperti laptop,tablet, dan smartphone. Dengan articulate storyline guru diharapkan dapat menjawab tuntutan sebagai guru profesional di zaman sekarang yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung proses pembelajaran yaitu dengan menyediakan media pembelajaran yang modern dan disukai oleh siswa serta dapat membantu siswa dalam memahami materi pada pembelajaran dengan perasaan senang.

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI, SOLUSI MERDEKA BELAJAR BAGI SISWA

Oleh: Hesti Septiyani Pada aspek pendidikan salah satu komponen terpenting adalah kurikulum. Kurikulum berperan sangat penting untuk pendidikan karena kurikulum dijadikan patokan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman, sistem pendidikan juga ikut mengalami transformasi penyesuaian terhadap globalisasi. Perubahan kurikulum terjadi secara sistematis sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Sebagaimana yang telah diketahui pada tahun 2020 pendidikan mengalami banyak perubahan dikarenakan efek dari pandemi Covid-19. Salah satu program yang dicanangkan menteri pendidikan saat ini adalah merdeka belajar yang memiliki tujuan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Merdeka belajar dapat diartikan bahwa pendidikan haruslah mewujudkan suasana yang menyenangkan. Pelaksanaan merdeka belajar, kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran adalah kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan berbagai keragaman pembelajaran di mana konten disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dengan tujuan agar dapat optimal dalam pendalaman konsep dan penguatan kompetensi. Dalam hal ini, guru memiliki wewenang untuk memilih bermacam perangkat pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Kurikulum merdeka, dianggap menjadi pilihan dalam mengatasi ketertinggalan belajar saat pandemi. Kurikulum ini diharapkan dapat memberi kebebasan sesuai kata “Merdeka Belajar” dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan pada kebutuhan dan potensi peserta didik.  Upaya pengembangan konsep merdeka belajar yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional, dengan menyesuaikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di mana pembelajaran berpusat pada peserta didik adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah seperangkat kegiatan pembelajaran yang disusun dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, pembelajaran berdiferensiasi diartikan  sebagai pembelajaran yang melihat bahwa peserta didik itu memiliki perbedaan, di mana dapat diartikan  bahwa karakter mereka berbeda-beda, begitu juga dengan minat, serta kebutuhan mereka dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa difasilitasi untuk mengembangkan potensi terbaiknya. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi kebebasan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi juga memberikan variasi pada setiap siswa saat pembelajaran. Dalam hal ini, setidaknya ada empat aspek pembelajaran berdiferensiasi yaitu aspek lingkungan belajar, konten, proses, dan produk. Dengan adanya perbedaan dalam empat aspek tersebut, setidaknya guru telah menawarkan pendekatan yang berbeda-beda terhadap kebutuhan lingkungan belajar peserta didik, apa yang akan dipelajari peserta didik, bagaimana proses mereka belajar, apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Hal-hal tersebut dibuat berbeda dengan tujuan mendorong pertumbuhan semua peserta didik sesuai dengan karakteristik mereka agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kurikulum merdeka ini, pembelajaran berdiferensiasi memang sangat diperlukan karena seperti yang dijelaskan di atas, pembelajaran berdiferensiasi berdasar pada ungkapan bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil melibatkan peserta didik, relevan, dan menarik bagi peserta didik. Karena anggapan dan penyesuaian ini peserta didik pasti akan menemukan jalan yang sesuai dengan karakteristik mereka. Kesimpulannya adalah pembelajaran berdiferensiasi cukup relevan diterapkan karena membuat peserta didik mampu memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya serta dapat memicu peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan terlibat di dalamnya, namun dengan catatan guru tetap mengontrol mereka.