Jowonews

Kopi Santen Jepangrejo Blora, Perpaduan Rasa Gurih, Pahit dan Manis

Kopi Santen Jepangrejo Blora, Perpaduan Rasa Gurih, Pahit dan Manis

Kopi Santen Jepangrejo ini menjadi salah satu puzzle kuliner yang rasanya tidak akan lengkap jika Anda tidak melengkapinya. Bagi para penggemar kopi, pasti tidak lengkap rasanya jika tidak mencoba kopi yang satu ini. Bernama Kopi Santen, makanan khas pedesaan yang terkenal di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Rasa pahit yang dicampur dengan rasa gurih membuat para penggemar kopi ketagihan saat mencoba. Sensasi kopi ini bisa dinikmati di Kopi Santen Desa Jepangrejo yang sudah terkenal di kalangan pecinta kopi di Blora. Sesuai dengan namanya, kopi ini terbuat dari campuran kopi dan susu kelapa. Kedua bahan ini kemudian direbus bersama hingga mendidih di atas kompor. Cara merebus kopi ini yang membedakan Kopi Santen dengan yang lainnya. Rasa khas kopi yang pahit bercampur dengan rasa gurih dari susu kelapa menjadikan minuman ini sangat populer di kalangan pencinta kopi. Kopi Santen Desa Jepangrejo telah ada sejak tahun 1980-an. Saat ini, warung kopi ini dikelola oleh generasi ketiga Mbah Sakijah yang merupakan penemu kopi legendaris ini. Awal mula terciptanya Kopi Santen secara tidak sengaja oleh Mbah Sakijah. Ia mencampur susu kelapa sisa sayuran kemudian dicampur dengan kopi dan disajikan ke suaminya, dan ternyata rasanya enak. Kemudian ia mencobanya di tetangganya dan banyak yang menyukainya. Para tetangga yang sudah mencoba Kopi Santen meminta Mbah Sakijah untuk menjualnya. Setelah dicoba untuk dijual, ternyata minuman ini sangat laris. Tentang harga, Anda tidak perlu khawatir. Satu gelas Kopi Santen dijual dengan harga Rp6.000. Tentu saja harganya sangat terjangkau bagi Anda. Jika Anda penasaran dengan sensasi nikmatnya menyeruput kopi Santen khas desa, langsung saja datang ke Desa Jepangrejo, Kabupaten Blora

Kandang Kambing di Banjarnegara Sekilas Seperti Villa, Ada Tamannya Juga

Kandang Kambing Banjarnegara

BANJARNEGARA – Kandang kambing sering kali terkesan kotor dan berbau. Meski demikian, di Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, terdapat kandang kambing yang berbeda. Kandang kambing ini tidak hanya terlihat bersih, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan gazebo yang indah. Ketika Anda mengunjungi lokasi ini, Anda akan melihat bangunan berbentuk segitiga di tengah-tengah pepohonan yang terlihat seperti kompleks vila. Di dalamnya terdapat taman dan bangunan gazebo yang menawan. Namun, siapa yang menyangka bahwa bangunan estetik ini sebenarnya adalah kandang kambing. Kandang ini dibuat seperti rumah panggung dengan menggunakan kayu yang dipelitur. Dilansir dari Detik Jateng, Gunpar (43), warga Desa Linggasari, adalah pemilik kandang kambing ini. Ide membuat kandang ini muncul ketika ia ingin membuat usaha peternakan yang ramah lingkungan. “Awalnya kami ingin membuat usaha yang tidak merusak lingkungan dan dapat diterima di lingkungan. Karena usaha peternakan bisa mengeluarkan bau yang mengganggu tetangga,” ujar Gunpar saat ditemui di kandang kambingnya pada Minggu (25/6/2023). Namun, setelah dijalankan, kandang yang dibuat bersih dan ramah lingkungan ini membuat kondisi hewan ternak menjadi lebih sehat. Selain itu, Gunpar juga merasa betah berlama-lama di dalam kandang. “Saat ini kami merasa nyaman. Kami bisa berlama-lama di sini (di kandang). Hewan ternak kami juga menjadi lebih sehat,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa pembuatan kandang memakan waktu sekitar enam bulan dan baru mulai dihuni pada bulan Desember tahun lalu. Kandang yang dibangun memiliki kompleks yang luasnya mencapai 700 meter persegi. Biaya pembuatan kandang saja sekitar Rp 18 juta, belum termasuk taman, gazebo, dan fasilitas lainnya. Gunpar mengaku bahwa perawatan delapan ekor kambing etawa miliknya tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, ia selalu rutin membersihkan kandang dan tempat pakan agar kambing-kambing tersebut tetap sehat. “Perawatan kambing saya tidak terlalu spesial, tetapi saya selalu membersihkan kandang dan tempat pakan secara rutin agar kambing-kambing saya tetap sehat,” tambahnya. Foto Dok. Detik Jateng