Jowonews

Wisata Sejuk di Umbul Nogo, Sebuah Permata Tersembunyi Wonogiri

Wisata Sejuk di Umbul Nogo, Sebuah Permata Tersembunyi Wonogiri

Selain Waduk Gajah Mungkur (WGM), Wonogiri juga menyimpan pesona wisata air yang layak untuk dijelajahi, yaitu Umbul Nogo. Objek wisata yang terletak di Desa Karanglor, Kecamatan Manyaran, ini menawarkan pengalaman seru dengan harga terjangkau dan beragam wahana menarik. Perjalanan dari pusat Kota Wonogiri ke Umbul Nogo membutuhkan waktu sekitar 38 menit dengan jarak sekitar 25 kilometer. Meskipun cuaca panas sering menguasai daerah ini di siang hari, pengunjung tetap dapat menikmati kesejukan di Umbul Nogo, yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Saat pertama kali tiba di sana, mata akan dimanjakan oleh pemandangan persawahan yang indah. Tidak hanya itu, dalam kawasan Umbul Nogo terdapat dua kolam yang berisi ikan berukuran mulai dari kecil hingga besar. Untuk yang ingin berinteraksi dengan ikan-ikan tersebut, Anda dapat membeli pakan ikan dan memberikannya ke kolam. Selain itu, tersedia kolam khusus untuk terapi ikan yang menawarkan pengalaman yang unik. Menurut Sekretaris Desa Karanglor, Saryanto, Umbul Nogo memiliki dua kawasan, yaitu kawasan bawah dan kawasan atas. Di kawasan bawah terdapat kolam ikan, kolam keceh, fasilitas terapi ikan, dan kolam renang. Sementara di kawasan atas terdapat sumber air, taman, wahana permainan anak-anak, dan kebun durian. Sumber mata air Umbul Nogo memiliki banyak manfaat, termasuk penggunaannya untuk pembibitan ikan, pengisian kolam renang, dan pasokan air untuk PDAM kabupaten. Selain itu, mata air ini juga menjalankan peran penting dalam mengairi irigasi seluas sekitar 25 hektare dan memenuhi kebutuhan air sekitar 1.000 kepala keluarga. Umbul Nogo juga memiliki nilai sejarah yang erat kaitannya dengan Kerajaan Mataram Kuno dan Puro Mangkunegaran. Dulu, seluas 1,4 hektare kawasan Umbul Nogo dimiliki oleh Mangkunegaran, tetapi saat ini menjadi aset desa. Oleh karena itu, pengelolaan Umbul Nogo dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Harga tiket masuk Umbul Nogo sangat terjangkau, hanya Rp 5.000 per orang, dan berlaku sepanjang hari, termasuk hari libur. Tempat ini menjadi lebih ramai saat akhir pekan dan libur besar, sementara pada hari biasa, seringkali dikunjungi oleh anak-anak sekolah bersama guru mereka. Selain menjadi destinasi wisata alam yang menarik, Umbul Nogo juga memiliki makna religius bagi sebagian orang. Banyak pengunjung datang ke sini untuk menyampaikan permohonan khusus kepada Tuhan. Biasanya, kunjungan wisata religi terjadi pada malam hari, terutama pada malam Jumat. Tempat-tempat yang biasanya digunakan untuk berdoa atau meminta petunjuk terletak di kawasan bawah Umbul Nogo, dekat dengan sumber air utama atau kolam ikan. Pengunjung yang datang untuk wisata religi berasal dari berbagai daerah, mulai dari lokal Wonogiri hingga Jakarta, dan sebagian besar di antaranya berasal dari Yogyakarta. Umbul Nogo juga tak jarang dikunjungi oleh beberapa pejabat yang ingin merenung dan mencari ketenangan di tempat yang penuh makna ini.

Filosofi Batik Parang Barong dan Udan Liris, Pesan Budaya dalam Kain Batik

Filosofi Batik Parang Barong

Beberapa waktu pemerintah Indonesia menggelar sebuah pagelaran unik yang mengusung tema “Istana Berbatik.” Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah petinggi negara, tokoh masyarakat, dan figur publik yang mengenakan pakaian batik. Dilansir dari siaran pers resmi Presiden RI di laman presidenri.go.id, pagelaran ini digelar pada Minggu, 1 Oktober 2023, dan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh Ibu Negara. Tentu, sorotan utama dalam pagelaran ini adalah penampilan Presiden Jokowi. Beliau mengenakan pakaian atasan batik dengan motif yang menggabungkan parang barong dan kembang udan liris. Pilihan warna cokelat pada kemeja batik yang dikenakannya berhasil menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat dan memicu rasa penasaran tentang makna dari motif batik yang dipilih Presiden Jokowi. Mengungkap Makna di Balik Batik Parang Barong Motif batik parang barong, yang terdapat pada pakaian Presiden Jokowi, memiliki latar belakang sejarah yang kaya. Motif ini diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram dari Yogyakarta, yang memerintah antara tahun 1613 hingga 1645. Parang barong memiliki arti sebagai parang terbesar dan paling agung dalam bahasa Jawa. Filosofi yang terkandung dalam motif parang barong sangat sakral, sehingga motif ini hanya diperuntukkan bagi raja. Selain mewakili sesuatu yang besar, seperti yang tercermin pada ukuran motifnya yang besar, motif parang barong juga mencerminkan seorang pemimpin yang bijaksana, berhati-hati dalam tindakannya, dan mampu mengendalikan diri dengan bijak. Keseluruhan makna ini menjadi simbol kuat yang diterjemahkan melalui busana batik yang dikenakan Presiden Jokowi. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa motif batik parang barong yang dienamkan oleh Presiden Jokowi berbeda dari motif parang rusak barong. Perbedaan tersebut terletak pada bentuk huruf “S” yang lebih besar pada motif batik parang barong yang digunakan oleh Presiden. Kisah di Balik Motif Batik Udan Liris Sementara itu, motif batik udan liris atau hujan gerimis, yang juga terdapat dalam pakaian batik Presiden, memiliki makna yang mendalam. Motif ini mengandung arti dapat menyejukkan hati orang yang mengenakannya. Selain itu, batik udan liris juga difilosofikan sebagai simbol kesiapan dalam menghadapi segala cobaan dalam kehidupan. Dalam perumpamaan, seperti panas dan hujan yang datang bagaikan masalah dan rintangan dalam hidup, motif batik ini mengajarkan bahwa kita tidak seharusnya mudah mengeluh, melainkan harus siap menghadapinya. Tradisi penggunaan motif batik udan liris biasanya terbatas pada keluarga kerajaan atau keraton, dan motif ini sering diturunkan dari generasi ke generasi. Menariknya, motif batik udan liris adalah gabungan dari beberapa motif batik, termasuk motif parang dan motif lereng. Hal ini menambah kedalaman makna yang terkandung dalam busana batik yang dikenakan oleh Presiden Jokowi. Pada akhirnya, peringatan Hari Batik Nasional yang penuh makna ini menunjukkan betapa pentingnya batik sebagai warisan budaya Indonesia. Melalui motif batik parang barong dan udan liris yang dipilih oleh Presiden Jokowi, kita bisa merenungkan filosofi dan pesan yang terkandung dalam kain batik, yang selalu menginspirasi dan memperkaya khasanah budaya bangsa Indonesia.

Resep Onde-onde Wijen Isi Kacang Hijau, Camilan Lezat Nan Manis

Resep Onde-onde Wijen Isi Kacang Hijau

Dalam dunia kuliner, ada begitu banyak camilan yang bisa memanjakan lidah kita. Salah satunya adalah onde-onde, camilan yang memiliki tempat khusus di hati banyak orang. Bentuknya yang bulat dengan taburan biji wijen putih di permukaannya membuatnya begitu menggoda. Onde-onde terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu onde-onde kering dan onde-onde basah. Onde-onde kering biasanya tidak memiliki isian di dalamnya, sementara onde-onde basah adalah varian yang paling terkenal karena memiliki isi yang lezat, seperti kacang hijau. Salah satu varian yang paling populer adalah onde-onde wijen isi kacang hijau. Isian kacang hijau memberikan rasa lembut dan manis yang begitu nikmat saat digigit. Mungkin Anda pernah menemukan onde-onde ini di berbagai warung jajanan tradisional atau kaki lima. Namun, tahukah Anda bahwa Anda juga bisa mencoba membuatnya di rumah? Membuat onde-onde wijen isi kacang hijau di rumah tidaklah sulit. Anda bisa mencoba resep berikut ini untuk menciptakan camilan yang lezat dan cocok untuk disajikan dalam berbagai acara atau sekadar menemani waktu santai Anda. Resep Onde-onde Wijen Isi Kacang Hijau Bahan-bahan: Cara membuat:

Bunga Tabebuya Percantik Kota Semarang dengan Nuansa Musim Semi

Bunga Tabebuya

SEMARANG – Sejumlah jalanan di Kota Semarang akhir-akhir ini dihiasi bunga tabebuya yang bermekaran. Bunga yang sekilas mirip bunga sakura itu menjadikan suasana di sejumlah jalan protokol Kota Semarang terlihat berbeda. Beberapa di antaranya di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pandanaran, sudah terlihat tabebuya putih dan merah muda yang bermekaran, namun memang tidak terlihat rimbun. Sedangkan di Jalan Madukoro, tabebuya tampak bermekaran indah dari sederet pohonnya yang berjajar. Kehadiran tabebuya itu membuat Sungai Banjir Kanal Barat, yang juga terdapat jembatan rel kereta api, terkesan mirip sungai di Jepang ketika musim semi. Lokasi lainnya yang menarik yaitu ada di Jalan Pemuda, depan Balai Kota Semarang. “Bagus banget ini, jarang-jarang bisa lihat kayak ini. Jadi pengin prewed, he he,” kata salah satu warga Gunungpati, Kanza, yang terpesona melihat tabebuya di Jalan Madukoro, Kamis (5/10/2023). Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita, mengatakan ada ribuan pohon tabebuya yang sudah ditanam. Namun tidak semua bunganya dapat mekar. “Sebenarnya ada banyak pohon yang sudah ditanam, tapi sebagian tidak berhasil. Contohnya di depan Kelenteng Sam Poo Kong dan sepanjang Jalan Pamularsih, malah banyak yang mati,” ujar Ita. “Nah yang berhasil itu kan di depan Balai Kota Semarang, di Jalan Karangayu, dan Jalan Madukoro Raya arah Bandara Jenderal Ahmad Yani. Kami berharap itu menjadi acuan ke depan agar kota kita ini makin indah,” imbuh Ita dalam keterangannya kepada wartawan. Sekretaris Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang, Murni Ediati menambahkan tahun ini memang tabebuya yang mekar terlihat lebih indah dari tahun sebelumnya. Pohon-pohon tabebuya itu tidak hanya ditanam Pemkot Semarang, tapi ada juga dari sejumlah CSR. “Tahun ini terlihat lebih cantik dan segar ya. Tanaman bunga tabebuya yang di Banjir Kanal Barat itu banyak sumbangan dari CSR berbagai pihak,” kata Murni. Dari catatan Pemkot Semarang soal pohon tabebuya, tanaman bernama latin Handroanthus chrysotrichus itu bukan berasal dari Jepang meski mirip sakura, tapi berasal dari Brasil. Bunga ini memang bermekaran saat musim panas dan tidak mudah rontok ketika musim berbunga. Pohon yang kerap disebut pohon terompet emas itu bisa muncul dengan warna putih, merah muda, kuning, kuning jingga, magenta, plum, dan ada yang merah dengan panjang 3-11 sentimeter. Warna-warna itu sesuai dengan jenis spesies mereka.

PSIS Semarang Bawa Kekuatan Penuh dalam Laga Melawan RANS Nusantara FC

PSIS Semarang

SLEMAN – PSIS Semarang akan memainkan tim terbaiknya dalam pertandingan tandang melawan RANS Nusantara FC di Sleman. Tim Laskar Mahesa Jenar telah membawa 21 pemain untuk pertandingan tersebut, termasuk empat pemain yang sebelumnya membela Timnas. Empat pemain Timnas yang turut dibawa dalam pertandingan melawan RANS Nusantara FC ini adalah Alfeandra Dewangga, Adi Satryo, dan Haykal Alhafiz. Mereka sebelumnya tidak bisa bermain karena membela Timnas di Asian Games 2023 yang diselenggarakan di China. Selain ketiganya, Wahyu Prasetyo juga akan ikut dalam pertandingan ini sebelum bergabung dengan Timnas Senior untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2026. Timnas Indonesia akan menghadapi Brunei Darussalam pada tanggal 12 dan 17 Oktober. Kehadiran Dewangga, Adi Satryo, Haykal, dan Wahyu Prasetyo di lapangan tentu akan menjadi tambahan yang berharga bagi tim yang dilatih oleh Gilbert Agius ini dalam menghadapi tim yang dimiliki oleh Raffi Ahmad. “Kami membawa 21 pemain ke Sleman, tiga di antaranya yang sebelumnya terlibat dalam Asian Games kini telah bergabung dan akan turun dalam pertandingan di Sleman,” kata Pelatih PSIS Semarang, Gilbert Agius, Kamis (5/10). Rencananya, pertandingan antara kedua tim akan dihelat di Stadion Maguwoharjo pada Jumat (6/10/2023) pukul 15.00 WIB. Inilah daftar 21 pemain PSIS yang akan berlaga di markas RANS Nusantara FC di Sleman: