DEMAK – Kabupaten Demak sejauh ini identik dengan tempat wisata religi, dimana di daerah tersebut terdapat Makam raja-raja Demak dan Makam anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga. Selain itu juga terdapat Masjid Agung Demak, yang merupakan peninggalan Kerajaan Demak Bintoro. Namun, ternyata ada peninggalan lain selain dalam bentuk fisik, yakni Jamu Coro.
Jamu Coro merupakan minuman tradisional yang konon telah ada sejak zaman Kasultanan Demak Bintoro. Biasanya jamu coro disajikan dalam pertemuan atau jamuan di Keraton Demak Bintoro. Hingga kini, keberadaan minuman ini masih terjaga dan dilestarikan masyarakat setempat.
Jamu tradisional ini terbuat dari tepung yang dipadukan dengan berbagai rempah seperti jahe, kayu manis, santan kelapa, serai, dan gula merah. Saat diminum rasanya manis, pedas, dan membuat badan jadi lebih segar.
Biasanya jamu coro ini dijual para pedagang keliling dengan wadah khas berupa kendil yang terbuat dari tanah. Sementara itu penutupnya menggunakan segumpal pain yang terbungkus plastik. Untuk mengambil jamu dari dalam kendil biasanya menggunakan potongan bambu kecil bergagang kayu.
Salah satu alasan mengapa jamu coro ini disimpan di kendil dan ditutup menggunakan kain adalah agar kehangatan jamu tetap terjaga. Cara seperti ini telah dilakukan secara turun-menurun sejak zaman nenek moyang.
Pada Tahun 2021 lalu, Anugerah Pesona Indonesia (API) menetapkan jamu coro sebagai salah satu nominasi dalam kategori minuman tradisional daerah dan kategori destinasi belanja berupa produk Rebana.