Oleh : Gema Gumika Damar Setyaning Djati
Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD), dikatakan bahwa pendidikan haruslah berpihak pada peserta didik. Perbedaan kemampuan, bakat, juga keahlian mereka seharusnya dapat difasilitasi dengan bijak. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan perlu mempertimbangkan potensi dan karakteristik peserta didik. Setiap anak tentulah memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing sehingga guru dalam menyediakan pembelajaran juga perlu mempertimbangkan kebutuhan peserta didiknya. Dalam hal ini, guru menjadi fasilitator yang menuntun mereka sesuai dengan kodratnya (potensinya).
Program merdeka belajar sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa peserta didik memiliki kebebasan dalam belajar, mengekspresikan pemikirannya, dan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi dirinya sendiri. Mereka tidak lagi terbebani dengan tuntutan-tuntutan pengajaran yang selama ini kerap ditentukan. Jika dulu hanya guru dan buku yang menjadi sumber belajar, namun saat ini hal itu bukanlah satu-satunya sumber belajar yang bisa peserta didik gunakan karena mereka dapat mencari sendiri sumber belajar yang positif lainnya.
Pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan peserta didik yang heterogen. Menurut Carol Ann Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi atau differentiated learning, adalah usaha dalam menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan memenuhi kebutuhan belajar pada setiap individu. Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya fokus pada apa yang akan dihasilkan, akan tetapi juga fokus terhadap proses dan materi. Sehingga terdapat 3 strategi dalam pelaksanaanya, yaitu 1) Diferensiasi Konten, 2) Diferensiasi Proses, dan 3) Diferensiasi Produk.
Bentuk penerapan strategi pelaksanaan pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut:
Diferensiasi Konten
Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang berfokus pada konten atau materi artinya pendidik melakukan pembedaan pada pengorganisasian dan format penyampaian konten. Sebagai contoh, pendidik dapat melakukan strategi ini berdasarkan pada gaya belajar peserta didik yang didapat ketika melaksanakan student profiling maupun memberikan peserta didik kebebasan untuk menentukan sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, diferensiasi konten dapat berupa buku bacaan atau cuplikan film berbahasa Inggris, podcast luar, maupun dalam bentuk gambar bergantung pada topik yang akan diberikan.
Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses memungkinkan pendidik untuk melakukan variasi aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kegiatan berjenjang, memberikan pertanyaan pemandu, menerapkan strategi pembelajaran yang variatif, membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil dan diberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, pendidik dapat menggunakan model Genre Based Approach (GBA) yang memuat aktivitas Building Knowledge of the Field (BKoF) yang merupakan tahap penjajakan atau pengenalan pada topik yang akan dibahas, Modelling of Text (MoT) dimana peserta didik diajak untuk melatih keterampilan membacanya, Joint Construction of Text (JCoT) yaitu mengajak peserta didik untuk berkolaborasi antar teman dan menghasilkan suatu produk berdasarkan apa yang telah mereka dapat pada dua tahap sebelumnya, dan Independent Construction of Text (ICoT) yang merupakan tahap tertinggi karena peserta didik diminta untuk memproduksi suatu teks secara mandiri.
Tidak hanya itu, pendidik juga dapat menerapkan cooperative learning seperti Jigsaw, Numbered-heads Together, dan Think-Pair-Share untuk membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan untuk peserta didik.
Diferensiasi Produk
Strategi ini berkaitan dengan produk atau hasil apa yang dihasilkan peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran, di mana produk ini harus mencerminkan pemahaman mereka yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Produk yang dimaksud dapat berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya.
Diferensiasi produk yang dapat dilakukan pada pembelajaran Bahasa Inggris misalnya, pada materi Asking and Giving Opinion, peserta didik diminta untuk membuat percakapan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan ekspresi bertanya dan memberikan pendapat yang telah dipelajari di kelas. Kemudian, mereka diberikan beberapa alternatif pilihan produk yang dapat mereka pilih sesuai dengan minatnya seperti teks, rekaman, maupun video percakapan.
Demikian pembelajaran diferensiasi dalam mengakomodasi potensi peserta didik yang bermacam-macam. Sebagai pendidik, hendaknya kita mampu menjadi penuntun, penyemangat, dan motivator bagi peserta didik untuk meningkatkan minat dan potensi yang mereka miliki.
Referensi:
Istiq’faroh, N. (2020). Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional Merdeka Belajar di Indonesia. Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, 3(2), 1-10.
Ningsih, D. W., Zaim, M., & Rozimela, Y. (2015). The implementation of genre based approach in teaching reading: A case study at SMPN 17 in Pekanbaru. English Language Teaching (ELT), 3(1).Tomlinson, C. A. (2000). Differentiated instruction: Can it work?. The Education Digest, 65(5), 25.