Jowonews

KIRA-KIRA PERLU PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI ?

Oleh : Rayyana Shafiatun

Guru. Masyarakat menyebutnya dengan digugu dan ditiru. Masyarakat memandang profesi tersebut profesi yang kadang diremehkan namun kadang juga banyak yang memuji karena jasanya. Diremehkan karena masyarakat atau orang luar mengira bahwa guru hanya mengajar materi sekolah saja khususnya guru taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Sebagian masyarakat mengira bahwa pendidikan hanya sebuah penyampaian materi yang mudah untuk dilakukan pada level kanak-kanak dan sekolah dasar. “Ah pelajaran TK dan SD kan gampang”. Cuitan tersebut terkadang terlintas dari omongan yang sedang menjemput anaknya di depan sekolah. Dari sebagian masyarakat tersebut, tentunya sebagian masyarakat lagi mempunyai perspektif yang berbeda atau bisa kita sebut mempunyai kubu yang berbeda. Kubu masyarakat yang satu ini memandang guru sebagai pekerjaan yang mulia karena tahu akan susahnya guru dalam membangun dan mengembangkan pembelajaran agar peserta didik mampu memahami dan menerapkan apa yang telah diterima di sekolah.  

Berbagai mata pelajaran dipelajari oleh peserta didik sekolah dasar. Begitu pula pemahaman oleh peserta didik dalam menerima berbagai mata pelajaran tersebut apakah ada jaminan jika semua peserta didik dapat memahami semua mata pelajaran tersebut ? Tentu saja penerimaan pemahaman konsep antar satu peserta didik dengan peserta didik lainnya berbeda. Mengapa ? Karena peserta didik mempunyai latar belakang, minat, potensi, dan bakat yang berbeda sehingga dibutuhkan pembelajaran yang dapat memfasilitasi perbedaan tersebut. Jika dilihat dari hal tersebut, maka pembelajaran berdiferensiasilah jawabannya.

Kira-kira apakah perlu pembelajaran berdiferensiasi ? Melihat perkembangan pendidikan yang berada pada abad 21 sehingga pembelajaran yang tidak zaman lagi jika menggunakan teacher center. Pembelajaran sekarang yang dibutuhkan adalah student center. Menurut Desy Aprima dan Sasmita Sari pada tahun 2022, satu cara pembelajaran berpusat pada peserta didik yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah satu bentuk usaha dalam serangkaian pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik dari segi kesiapan belajar, profil belajar peserta didik, minat dan bakatnya.

Dalam penyelenggaraan pembelajaran berdiferensiasi, guru tentunya harus paham apa saja aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran. Ada empat aspek yang harus dipahami yaitu aspek konten/isi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Demi memfasilitasi perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik, maka guru seharusnya memahami apa itu pembelajaran berdiferensiasi. Dengan mempertimbangkan penggunaan aspek-aspek tersebut, guru dapat menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi dan model pembelajaran berdiferensiasi.  Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain model problem based learning, project based learning, jigsaw, small group discussion, dan lain-lain yang berpihak pada peserta didik.   Sebagai guru yang digugu dan ditiru, mari untuk move on ke pembaharuan yang dapat memfasilitasi peserta didik kita untuk lebih berkembang sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa peserta didik memiliki kecerdasan majemuk atau bahasa gaulnya multiple intelligence atau kecerdasan majemuk yang sudah miliki sebagai kodrat alam. Kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik berupa kecerdasan verbal atau bahasa, kecerdasan matematis, kecerdasan naturalis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan kinestetis. Kecerdasan-kecerdasan tersebut selayaknya dapat dikembangkan oleh guru sehingga peserta didik mampu menerapkan apa yang telah didapatkan di pembelajaran di kehidupan sehari-hari. Keberagaman peserta didik telah dijelaskan dalam teori ekologi, teori zone of proximal development (zpd), teori multiple intelligences, dan teori learning modalities. Ingatlah semboyan Bapak Pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara yang mencetuskan semboyannya yaitu Ing ngarsa sung tuladha (di depan menjadi panutan atau contoh), Ing madya mangun karsa ( di tengah memberikan semangat), Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan berupa arahan yang benar bagi hidup dan karya peserta didik). Sebagai guru, harus mengupayakan yang terbaik untuk memfasilitasi semua peserta didik dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Perlu diingat bahwa guru bukan superman yang bisa memberikan pengajaran sesuai jumlah peserta didik, namun guru dapat mengemas pembelajaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai profiling yang sudah dilakukan oleh guru. Untuk itu, perlu bagi guru untuk memetakan kesiapan belajar peserta didik sehingga mampu dengan pasti penyelesaian masalah dalam pembelajaran. Bangkitlah kawan guru, mari awali perubahan yang baik dari kelas masing-masing ! Hidup pendidikan Indonesia !

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait