Jowonews

Adhang-adhang Tetesing Embun

Adhang-adhang Tetesing Embun

Adhang-adhang Tetesing Embun artinya mengharapkan sesuatu dengan hasil seadanya. Pitutur luhur ini ditujukan kepada mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam bekerja. Bisa juga diartikan mengharapkan bantuan orang lain seadanya, tanpa mau berusaha sendiri. Hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Secara tersirat pitutur luhur ini menegaskan bahwa setiap orang harus bersungguh-sungguh dalam bekerja. Ia harus memperjuangkan cita-citanya tanpa bergantung pada orang lain. Kesungguhan dan tekadnyalah yang membuatnya berhasil. Bantuan orang lain harus disikapi sebagai bentul “mana suka” yang tidak boleh terlalu diharapkan. Arti dalam bahasa Jawa Adhang-adhang Tetesing Embun tegese nyana soko karo asil andhap asor. Pitutur luhur iki ditujokake marang wong kang ora serius anggone nyambut gawe. Bisa uga ditegesi ngarepake pitulungan saka wong liya, tanpa pengin nyoba dhewe. Asil ora bakal kaya samesthine. Secara implisit pitutur luhur iki negesake yen saben wong kudu serius anggone nyambut gawe. Dheweke kudu berjuang kanggo cita-citane tanpa gumantung marang wong liya. Tekad lan tekad sing ndadekake dheweke sukses. Bantuan wong liya kudu dianggep minangka “apa wae sing disenengi” sing ora kudu diarepake.

Resep Nasi Liwet Solo, Obat Kangen Mbok Wongso Lemu

Resep Nasi Liwet Solo, Obat Kangen Mbok Wongso Lemu

Nasi liwet dikenal sebagai makanan khas Sunda dengan cita rasa gurih yang berasal dari tumisan berbagai bumbu seperti bawang putih, bawang merah, sereh, lengkuas, ikan teri dan cabe merah. Selain di Sunda, ternyata Jawa juga punya Nasi Liwet Solo. Terus apa Resep Nasi Liwet Solo? Perbedaan nasi liwet Sunda dengan nasi liwet Solo terletak pada penambahan santan dan daun salam. Sehingga gurih nasinya mirip dengan nasi uduk. Dari segi penyajiannya juga berbeda, nasi liwet Sunda biasa disajikan dengan kastrol atau ketel. Tujuannya agar nasi tetap terjaga kehangatannya. Sementara nasi liwet solo disajikan menggunakan pincuk dari daun pisang. Pincuk diyakini dapat membuat aroma nasi liwet terasa lebih sedap. Resep Nasi Liwet Solo Untuk membuat makanan khas Solo ini dapat dilakukan secara sederhana di rumah. Jadi bagi yang pernah berkunjung ke Solo dan sudah merasakan kenikmatannya, dapat mencoba membuatnya sendiri di rumah untuk mengobati rasa kangen. Bahan: 1 kg beras 1, 1 lt santan ( 1, 5 kelapa) 1 sdm garam 5 lembar dain pandan 5 lembar daun salam Cara memasak: Rebus santan, garam, pandan, salam hingga mendidih. Masukkan beras, masak api sedang (aduk perlahan) sampai jadi nasi aron. Bila masih pera tambah air. Kukus nasi aron 45 menit/ hingga matang OPOR AYAM KERING Bahan: 1 ekor ayam kampung, potong-potong 6 butir telur rebus, kupas 2 serai, geprak 2 daun salam 5 dn jeruk Minyak utk menumis 1,5 lt santan (1/2 kelapa) Garam, gula, kaldu bubuk Bumbu halus: 8 bw merah 5 bw putih 1 sdm ketumbar 1 sdt merica 1/2 sdm jintan 1/4 pala 3 kemiri 2 cm lengkuas 2 cm jahe 2 cm kunyit Cara memasak: Tumis bumbu halus, serai, salam, daun jeruk hingga matang.Tambahkan santan, didihkan. Masukkan ayam, gula, kaldu bubuk, dan garam. Masak sekitar 1 – 1,5 jam hingga ayam empuk, masuk kan telur rebus tunggu sampai kuah mengering. SAMBAL GORENG LABU SIAM Bahan: 2 labu siam, potong panjang 1 genggam cabe rawit 2 serai, geprak 3 dn salam 5 dn jeruk 1 lt santan (1/2 kelapa) Minyak untuk menumis Garam, gula, kaldu bubuk Bumbu halus: 10 bw merah 6 bw putih 5 cabe merah besar 10 cabe rawit merah 2 cm jahe 2 cm lengkuas 1 sdt terasi Cara memasak: Tumis bumbu halus, serai, salam, daun jeruk hingga matang. Tambahkan santan, didihkan. Masukkan labu siam dan cabe rawit. Tambahkan garam, gula, kaldu bubuk. Masak hingga labu siam empuk. SANTAN AREH PUTIH Bahan (kocok rata): 200 cc santan kental 2 putih telur lada dan garam Cara memasak: Panaskan larutan areh sambil terus diaduk acak sampai seperti scramble/orak-arik. Matikan api.

Tradisi Jembul Tulakan Kembali Dilaksanakan Setelah Dua Tahun Sempat Terhenti

Tradisi Jembul Tulakan Kembali Dilaksanakan Setelah Dua Tahun Sempat Terhenti

JEPARA – Setelah pandemi mulai mereda, tradisi Jembul Tulakan kembali dilaksanakan warga Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Jembul Tulakan adalah acara sedekah bumi berupa gunungan yang biasa disebut dengan ancak. Gunungan ini terdiri dari nasi, gemblong, jenang, pisang, tape, dan berbagai macam makanan tradisional lainnya. Selain itu biasanya juga terdapat hiasan dari bilahan bambu yang disisir. Di atas gunungan juga terdapat patung yang menggambarkan seorang tokoh bernama Sayyid Usman. Ia merupakan ulama yang ikut menyertai Ratu Kalinyamat bertapa di Siti Wangi. Dikutip dari Antara Jateng, Senin (20 Juni 2022), Camat Donorojo, Setyo Adhi Widodo, mengungkapkan budaya semacam ini perlu dikembangkan dan terus dilestarikan. Ia berharap di masa mendatang anak cucu masih dapat mengenali tradisi ini. “Semua potensi budaya desa perlu dikembangkan dan dilestarikan,” katanya. Sementara itu Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno, menjelaskan tradisi ini sempat terhenti selama dua tahun tersebab pandemi. Dan baru kali ini dilaksanakan kembali setelah pandemi mulai mereda. Selain melestarikan budaya yang sudah berlangsung secara turun temurun, tradisi ini juga diharapkan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi warga. “Tradisi Tulakan sangat menarik minat pengunjung dari berbagai daerah. Kami akan terus melestarikan dan mengembangkan tradisi ini dan dapat menjadi kekuatan ekonomi warga,” terangnya. Seusai kirab gunungan jembul dari rumah kepala desa, tradisi budaya ini ditutup dengan acara bersih-bersih tempat yang digunakan untuk melakukan acara. Kegiatan tersebut dolakukan sebagai simbol pengusiran terhadap penyakit dan kejahatan di Desa Tulakan. Jembul Tulakan merupakan tradisi yang diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Nasida Ria, Grup Musik Kasidah Asal Semarang Pentas di Jerman

Nasida Ria, Grup Musik Kasidah Asal Semarang Pentas di Jerman

Jowonews.com – Grup Kasidah Modern asal dari Semarang, Nasida Ria, unjuk gigi di ajang Opening Week Music Program Documents Fifteen di Kassel, Jerman, Sabtu (18/6/2022). Grup musik religi yang beranggotakan wanita pada keseluruhannya ini membawakan beberapa lagu andalannya. Sejumlah lagu tersebut antara lain Perdamaian, Dunia dalam Berita, Kota Santri, dan Bila Bom Nuklir Diledakkan. Beragam kegiatan selama di Jerman di bagikan melalui akun Instagram resmi @nasidariasemarang. Nampak raut wajah kegembiraan dan kebanggaan bisa menjadi bagian pengisi acara musik lima tahunan yang digelar di Jerman tersebut. Melalui video-video yang tersebar, grup musik yang dibentuk di Semarang pada tahun 1975 tersebut tampak dielu-elukan oleh para penonton yang hadir. Nama Nasida Ria terdengar disebut berulang-ulang oleh para penoton yang hadir. Keseruan suasana di sana terlihat saat giliran Nasida Ria bernyanyi. Tampak dari raut wajah penonton di sana yang merasa asing tapi tetap larut menikmati musik. Berdasarkan keterangan dari akun Instagram resmi Nasidaria, ini merupakan kali ketiga penampilannya di Jerman.

Hans Drink, Minuman Herbal Kekinian Buatan Dosen ITT Purwokerto

Hans Drink, Minuman Herbal Kekinian Buatan Dosen ITT Purwokerto

BANYUMAS – Apa yang terbesit dalam pikiran kita tentang herbal? Sebagian dari kita mungkin menganggap bahwa herbal adalah minuman jamu pahit dan terkesan kuno. Belum lagi secara tampilan dianggap kurang menarik karena hanya menggunakan plastik. Namun hal berbeda dilakukan Ridho Ananda yang kini sedang mengembangkan produk minuman olah-olahan rempah. Dosen Institut Teknologi Telkom Purwokerto (ITTP) ini mengemas minuman herbalnya dengan model kemasan kekinian yang diberi nama “Hans Drink“. Ridho mengungkapkan pada awalnya “Hans Drink” hanya menyediakan rasa kunyit. Namun untuk saat ini telah memproduksi beberapa varian rasa lain sebagai daya tarik pembeli. Varian tersebut antara lain Jus Jambu, Jus Mangga, Sari Kacang Hijau, Curcumint, YeHa, Sule, Waterfall, dan Teh Susu Rempah. “Hingga saat ini produk terlaris Hans Drink adalah varian Kunyit, Tamarin, dan Sari Kacang Hijau,” kata Ridho, dikutip dari Antara Jateng, Senin (20/06/2022). Ridho menceritakan kegiatan usaha minuman herbal tersebut pada mulanya dari keinginan istri yang ingin bekerja dari rumah. Pada awalnya hany mencoba-coba saja dan beberapa kali mengalami kegagalan. “Awalnya istri saya coba-coba saja membuat resep rempah-rempah. Namun beberapa kali gagal karena ada kekurangan rasa,” katanya. Namun, akhirnya percobaan tersebut berbuah manis. Ridho dan istrinya mendapatkan komposisi bahan yang sesuai. Menurutnya hal ini tak terlepas dari bantuan sesepuh Jogja yang paham seluk beluk rempah-rempah. “Ini tak lepas dari bantuan Ummu Majidah, sesepuh dari Yogyakarta yang telah paham betul tentang rempah-rempah,” ungkapnya. Usaha minuman herbal yang berlokasi di Desa Kecitran, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara ini telah berjalan sejak bulan Desember 2019. Untuk saat ini Hans Drink telah berkolaborasi dengan badan usaha milik desa (BUMDes) setempat tekait bahan baku dan pemasaran produk. Ia berharap minuman ini dapat diterima masyarakat luas, baik lokal maupun internasional. “Awalnya sasaran Hans Drink hanya masyarakat Indonesia. Namun ke depan minuman ini juga akan hadir di Malaysia,” terangnya. Hans Drink saat ini juga sedang dibina oleh inkubator ITTP, Banyumas Digital Valley. BDV mempunyai berbagai layanan untuk membantu para penggiat usaha start up khususnya di daerah Banyumas yang memiliki kesulitan dalam mengembangkan bisnisnya. Untuk katalog dan pemesanan produk dapat dilakukan melalui website www.hansdrink.com

Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman

Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman

Arti adedamar tanggal pisan kapurnaman dalam bahasa Indonesia Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman berasal dari kata “Adedamar” yang berarti menerangi dengan pelita (lampu kecil), “tanggal pisan” berarti tanggal satu atau tanggal muda, dan “Kepurnaman” yang berarti diterangi sinar bulan purnama. Apabila diterangkan secara bebas pitutur luhur adedamar tanggal pisan kapurnaman artinya suatu tindakan yang menggunakan lampu kecil untuk melakukan pekerjaan di malam hari dan mendapatkan bantuan penerangan bulan purnama (kondisi alam yang menguntungkan). Dalam kehidupan orang Jawa, pitutur luhur ini menggambarkan kondisi kedua belah pihak yang bersengkat atas suatu urusan dan tidak dapat menyelesaikannya secara kekeluargaan atau musyawarah mufakat. Keduanya memutuskan untuk menempuh jalur hukum, ada pihak penggugat dan tergugat. Namun setelah itu, pihak penggugat menyadari bahwa yang dilakukannya keliru, dan memilih menarik atau membatalkan gugatannya serta menyelesaikan semua urusan dengan damai dan penuh kekeluargaan. Arti dalam bahasa Jawa Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman asale saka tembung “Adedamar” kang tegesé dipadhangi lampu (lampu cilik),, “tanggal pisan” tegese tanggal siji utawa tanggal enom, lan “Kepurnaman” tegese dipadhangi sinar bulan purnama. Kanthi bebas diterangake, adedamar tanggal pisan kapurnaman tegese tumindak nggunakake lampu cilik kanggo nindakake pagawean ing wayah wengi lan njaluk bantuan cahya rembulan (kahanan alam sing apik). Wonten ing gesang bebrayan Jawi, paribasan luhung menika nggambaraken kawontenan pihak kekalih ingkang boten sarujuk babagan satunggaling perkawis lan boten saged dipunrampungaken kanthi rukun utawi mufakat. Loro-lorone mutusake kanggo njupuk tindakan hukum, ana penggugat lan terdakwa. Nanging sakwisé kuwi, penggugat ngerti yèn apa sing ditindakké kuwi salah, banjur milih mundur utawa mbatalake gugatan lan ngrampungi kabèh masalah kanthi rukun lan rukun.

Gotong Royong, Falsafah Jawa Untuk Saling Peduli dan Membantu

Gotong Royong, Falsafah Jawa Untuk Saling Peduli dan Membantu

Gotong royong atau saling membantu satu sama lain merupakan ciri khas masyarakat Jawa yang tak bisa ditinggalkan. Bila kita bertandang ke pelosok-pelosok daerah suku Jawa, niscara sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupan mereka, baik itu suasana suka maupun duka. Pola kehidupan orang Jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adiluhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Eksistensi orang Jawa terjaga dengan sangat kkuat. Sehingga, sampai detik ini, pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan. Pola hidup kerja sama ini dapat kita temukan pada kerja gotong royong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang Jawa memang sangat spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sangat dekat satu dengan yang lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan. Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan, dengan segala cara, mereka ikut membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika masih tergolong saudara atau teman. Referensi: Babad Tanah Jawi, Soedjipto Abimanyu | Foto: Tabloid Desa

Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo, Mudah Dan Lezat

Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo, Mudah Dan Lezat

Resep Tengkleng Iga sapi khas Solo. Tengkleng merupakan kuliner khas solo yang biasa menggunakan iga kambing sebagai bahan utamanya. Namun ternyata ada juga yang menggunakan iga sapi atau tetelan sapi sebagai bahan utamanya. Bagi sebagian orang penggunaan iga sapi sebagai bahan utama tengkleng karena iga sapi dianggap sebagai pilihan yang lebih baik dibandingkan iga kambing. Hal ini karena iga kambing cenderung lebih tinggi kolestrol. Apalagi jelang momen hari raya Idul Adha seperti saat ini. Menyajikan tengkleng iga sapi Solo dengan kuah kental dan berempah sangat tepat disajikan sebagai hidangan hari raya bersama keluarga. Penasaran bagaimana cara pembuatannya? Berikut adalah resep tengkleng iga sapi solo yang dapat kamu coba di rumah. Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo Bahan :500 gr tetelan/iga Sapi/Kambing Bumbu Halus : 7 siung Bawang merah 5 siung Bawanh putih 5 buah cabe kriting (saya 3 buah cabe merah besar) 15 buah cabe rawit (saya utuhkan) 5 biji kemiri 1 ruas kunyit 1/2 ruas kencur 3 ruas jahe Bumbu lainnya: Lengkuas yang banyak 2 batang sereh, geprek 3 lembar daun salam 10 lembar daun jeruk 1-2 sdm gula jawa garam secukupnya Cara pembuatan: Rebus Tetelan/Iga hingga mendidih, buang kotoran yang menggumpal Tumis semua bumbu hingga mengeluarkan minyak Masukkan ke dalam rebusan tetelan Masak hingga daging tetelannya empuk Sajikaaan Tips Keberhasilan: Masak menggunakan api kecil