Jowonews

Mitos Jalur Krumput Banyumas, Pengendara Lempar Uang Agar Tidak Celaka

Jalur Krumput Banyumas

BANYUMAS, Jowonews.com – Jalur Krumput Banyumas merupakan jalan yang menghubungkan Purwokerto dan Jogja. Kedua sisi jalan adalah deretan karet yang menjulang tinggi. Jalur Krumput terletak di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Jalan utama menuju Purwokerto dari Jogja atau sebaliknya memiliki nuansa yang berbeda. Hal ini dikarenakan tidak adanya pemukiman penduduk di sepanjang jalan sepanjang 2 km ini. Bahkan ada pohon beringin besar yang menambah kesan angker di area tersebut. Jalur tersebut salah satu daerah rawan kecelakaan. Kontur tanah yang berkelok serta naik turun membuat pengendara terkadang terbatas jarak pandang. Meskipun tidak ada pemukiman, banyak penduduk setempat yang duduk di pinggir jalan. Mereka sepertinya menunggu uang dari pengendara yang lewat. Ternyata ada mitos di balik lemparan uang pengendara itu. Ada yang menyebut uang yang dilemparkan merupakan tolak bala untuk keselamatan. Ini adalah orang-orang yang tinggal tidak jauh dari hutan karet. Setiap hari, ada orang yang menunggu lemparan uang dari pengendara sepeda motor. Kegiatan ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, tidak jelas kapan tepatnya pengendara mulai membuang-buang uang saat melintas. Banyak warga yang hidup dari kegiatan ini. Salah seorang warga yang menunggu lemparan uang, Sariyah (53 tahun) mengatakan, pekerjaan ini ia lakukan sejak tahun 2006. Selama ini, ia sering mengalami kecelakaan lalu lintas. Salah satu kecelakaan lalu lintas paling serius yang pernah dia temui sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, konvoi bus Karya Sari terjun ke jurang dan menewaskan 15 orang. “Seingat saya, nama busnya Sari-Sari. Kalau tidak salah pas hari raya Idul Fitri. Banyak yang meninggal dunia, termasuk warga di sini yang sedang istirahat dan dua orang meninggal dunia,” ujarnya dalam rapat, Minggu (23/7/2023). Kecelakaan serius jarang terjadi akhir-akhir ini. Menurutnya, paling banyak hanya kecelakaan sepeda motor yang hilang kendali akibat tumpahan oli. “Paling kalau ada oli atau apa. Semingguan lalu. Yang sering motor. Kadang-kadang mengendarai sambil HP-an atau apa. Tapi sekarang sudah jarang kecelakaan. Dahulu waktu jalannya bergelombang sering,” terangnya, dikutip dari Detik Jateng. Tentang mitos melempar uang melawan bala, saya pernah mendengar seseorang yang memegang kepercayaan itu. Awalnya jalanan sepi dan gelap. “Kata warga banyak warga yang duduk di perbatasan. Lalu ada sopir yang membuang uang. Selang beberapa waktu, banyak warga yang duduk di sini dan menyebar,” jelasnya. Saat ini ada setidaknya ada sekitar 150 warga yang melakukan kegiatan seperti itu. Untuk perbatasan selatan adalah warga Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen. Sedangkan wilayah utara didiami oleh Desa Karangrau, Kabupaten Banyumas. “Jumlahnya sekitar 150 orang. Soalnya ada yang pernah antar sembako, bawa 100 paket tapi tidak cukup. Jadi mungkin jumlahnya kurang lebih segitu,” ujarnya. Sehari-harinya uang yang didapat dari hasil lemparan para pengendara tidak tentu. Namun pada saat akhir minggu atau hari libur jumlahnya akan lebih banyak. “Sehari bisa dapat minimal Rp 10.000. Tapi belum tentu. Kadang ada yang buang uang Rp 50.000 atau Rp 100.000, tapi itu jarang. Kalau hari libur biasanya jalanan ramai. Orang yang buang uang juga lumayan. Rata-rata koin yang dilempar,” ujarnya. Hasil tersebut didapat selama kurang lebih 4 jam ia duduk di tepian jalan setempat. “Saya tadi berangkat jam 12 lebih sampai jam 5 sore biasanya. Daripada cuma duduk di rumah mending ke sini cari uang. Soalnya saya kakinya sudah sakit, asam urat jadi sudah tidak bisa bekerja. Dahulu pernah kerja selama 15 tahun jadi karyawan,” katanya. Dalam kurun waktu 17 tahun tersebut, ia pernah mengalami kejadian unik. Pernah ada satu kesempatan, pengendara yang kasih uang berhenti dan meminta doa langsung dari dirinya. “Terkadang orang memberi uang tetapi berhenti berdoa untuk kedamaian dan kesuksesan. Ada juga yang meminta doa agar perceraian mereka lancar. Karena prosesnya panjang tapi tidak bisa dipisahkan. Saya berdoa sebanyak-banyaknya,” tutupnya. (Detik/JN)

Masyarakat Balak Magelang Gelar Sadranan di Bulan Muharram

Balak Magelang

MAGELANG, Jowonews.com – Masyarakat Gunung Balak di desa Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merayakan tradisi nyadran di bulan Suro (Muharam) sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein di Magelang mengatakan, sadranan ini merupakan tradisi yang pada intinya merupakan kegiatan rutin yang dipadukan dengan budaya Jawa dan ajaran Islam yang sudah turun temurun. Selain sebagai sarana mengucap syukur dan mengungkapkan rasa syukur atas karunia yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa, tradisi ini juga digunakan untuk mendoakan leluhur yang dilanjutkan dengan pembersihan dan peletakan bunga pada kuburan di Gunung Balak. “Ini kami anggap sebagai adat yang unik di desa Pakis karena sadranan yang biasanya hanya terjadi pada bulan Syaban, tidak terkecuali warga desa Pakis, juga terjadi pada bulan Suro,” ujarnya. Oleh karena itu patut disyukuri sekaligus bangga sebagai warga Kabupaten Magelang, khususnya Desa Pakis, karena dapat menjalankan dan melestarikan tradisi Sadranan Gunung Balak. Ia berharap agar penyadartahuan tentang Gunung Balak dapat terus tumbuh dan berkembang dan mungkin berlanjut untuk menghidupkan kembali keragaman budaya. “Kami mengajak masyarakat untuk terus menjunjung tinggi dan melestarikan budaya gotong-royong sebagai identitas bangsa Indonesia, membangkitkan rasa solidaritas yang mendalam, menjaga persatuan dan kesatuan, menciptakan zona aman dan damai dalam masyarakat, yang pada akhirnya dapat mewujudkan masyarakat Kabupaten Magelang (Sedaya Amanah) yang semakin sejahtera dan terpercaya,” ujarnya. Lurah Pakis Margo Utomo mengatakan, kegiatan sadranan Gunung Balak sudah dilakukan secara turun temurun untuk mendoakan leluhur dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Pakis menjadi lebih sehat, aman, tenteram dan harmonis. Margo mengatakan, Bupati Magelang telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait rencana pemugaran situs Gunung Balak. “Kami berharap tahun 2024 Gunung Balak segera dihidupkan kembali dengan tujuan untuk dijadikan destinasi wisata religi,” ujarnya. Antara/JN

Salatiga Pecahkan Rekor MURI Variasi Makanan Berbahan Kedelai Terbanyak

Rekor MURI Salatiga

SALATIGA, Jowonews.com – Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat variasi makanan berbahan kedelai terbanyak dan tahu terbesar yang dibuat oleh Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Handayani Salatiga, Sabtu (22/7/2023) Pj Walikota Salatiga Sinoeng N Rachmadi, sangat mengapresiasi kegiatan Primkompti Handayani Salatiga dalam rangka Hari Koperasi ke-76 dengan banyak kegiatan yang positif dan bermanfaat. “Yang dibutuhkan adalah istiqomah, harapannya Expo Kopti tahun depan bisa diadakan, jika dibutuhkan anak muda. Terimakasih Puskopti Jawa Tengah, Primkopti Kota Salatiga. Untuk pembuat tahu dan tempe boleh komplain tapi jangan putus asa,” pesan Sinoeng. Sementara itu, Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit mendukung penuh upaya Primkopti Salatiga untuk mengubah kedelai menjadi bahan pangan, karena kedelai merupakan bahan pangan yang akrab di masyarakat dan mengandung gizi baik yang cukup banyak. “Kalau kita memilih kedelai berdasarkan potensi yang ada di Salatiga, itu bagus karena bisa mengedukasi masyarakat bagaimana cara mengkonsumsi kedelai sehari-hari,” ujarnya. Dance menuturkan, dulu tempe yang begitu familiar di masyarakat hanya bisa dibuat menjadi gorengan dan sejenisnya, namun ternyata dengan kreatifitas tempe bisa disulap menjadi berbagai bentuk olahan, seperti cokelat, es krim, dll. Dance mengungkapkan konsumsi kedelai tinggi dan harganya juga tinggi, maka salah satu bentuk perhatian yang dilakukan DPRD Salatiga adalah memberikan subsidi sebesar Rp 2000/kg. “Total anggaran subsidi sebesar Rp 200 juta untuk produsen Tahu dan Tempe di Salatiga dan ini yang pertama di Indonesia dan bisa dijadikan contoh,” jelasnya. Presiden Primkopti Handayani Salatiga Sutrisno Supriyantoro menjelaskan sebanyak 79 variasi makanan berbahan dasar kedelai yang dipamerkan untuk memecahkan rekor MURI. Selain untuk memperingati Hari Koperasi ke-76, kegiatan tersebut memang bertujuan untuk mempromosikan para pengrajin tahu dan tempe Salatiga yang banyak berguguran di masa pandemi Covid-19. “Pada prinsipnya, ternyata banyak kemungkinan varian makanan berbahan dasar kedelai yang dapat diolah dan dapat memacu masyarakat untuk mengembangkan UMKM,” ujar Sutrisno. Selain memecahkan rekor dunia tahu terbesar, terobosan ini tidak hanya dicatat oleh Muri, tetapi yang lebih penting lagi, untuk mendongkrak semangat para pembuat tahu dan pura di Salatiga. “Untuk pulih dari resesi yang berkepanjangan akibat pandemi dan kenaikan harga kedelai,” ujarnya. Sutrisno mengatakan, proses persiapan untuk memecahkan rekor tahu ini memakan waktu tujuh bulan dan melibatkan 15 pengrajin tahu di Salatiga. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat masakan tahu raksasa ini adalah 300 kg kacang kedelai. “Untuk tahu terbesar kami coba 3 kali, yang pertama dan kedua gagal, karena kami terburu-buru membuka kotak pencetak tahu. Ketiga kalinya Alhamdulillah berhasil,” tambah Sutrisno Sementara itu, perwakilan Muri, Sri Widayati menjelaskan, Muri telah resmi mendaftarkan 79 varietas kedelai dan tahu olahan produksi Primkopti Handayani Salatiga, memecahkan rekor Muri. “Rekor tahu terbesar sebelumnya dipegang oleh seorang pengrajin tahu di Kediri Jawa Timur dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 86cm, sedangkan di Salatiga ini berukuran 1m x 1m dan tebal 65cm. Foto Dok. Jateng Pos

Warga Desa Krincing Magelang Manfaatkan Tenaga Surya Untuk Pengairan Sawah

PLTS Kerincing

MAGELANG, Jowonews.com – Masyarakat Desa Krincing, Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tidak lagi khawatir kekurangan air untuk mengairi sawah saat musim kemarau tiba. Saat ini warga Desa Krincing sudah bisa menggunakan pompa bertenaga surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menimba air dari sungai. Kepala Desa Krincing Purwanto mengatakan, pembuatan PLTS ini bermula saat petani kesulitan mendapatkan air saat musim kemarau dan membuat lahan pertanian tidak produktif. “Dengan memompa air dari Sungai Bogowonto dengan PLTS, sekitar 10 hektare lahan pertanian bisa diairi dan ditanami saat musim kemarau,” jelasnya, Jumat (21/7). Ia mengatakan, sawah di desanya adalah sawah tadah hujan, jika hujan air cukup, tetapi pada musim kemarau air tidak bisa kembali. “Kami menggunakan pompa air tenaga surya. Sudah beroperasi sejak 2019 dengan anggaran sekitar Rp 300 juta dari dana desa,” ujarnya.  Dijelaskannya, jarak antara sumber air dengan persawahan atau areal pertanian rakyat sekitar 450 meter dengan ketinggian vertikal sekitar 40 meter. “Pompa ini bekerja 24 jam sehari dengan mengambil tenaga dari panel surya di tengah sawah,” ujarnya. Menurut dia, sistem ini tidak memiliki masalah yang berarti, namun harus rutin memeriksa pipa di bawahnya, karena tangki air sering tersumbat lumpur dan tersumbat sampah. “Selain mengairi sawah, sistem pompa air tenaga surya ini juga mengairi puluhan tambak ikan milik warga,” jelasnya. Salah seorang petani Solikhin, mengaku puas dengan sistem irigasi bertenaga surya karena bisa mengolah sawah sepanjang tahun. “Kami sangat bersyukur dengan adanya panel surya sehingga kami masih bisa bercocok tanam di musim kemarau. Sebelumnya di musim kemarau kami kesulitan mendapatkan air untuk bercocok tanam,” ujarnya. Foto dok. Detik Finance

Pijar Park Kudus, Menikmati Keindahan Alam di Lereng Gunung Muria

Pijar Park Kudus, Menikmati Keindahan Alam di Lereng Gunung Muria

Pijar Park Kudus yang terletak di Desa Kajar, Kecamatan Dawe, merupakan salah satu tempat yang sedang populer belakangan ini. Pijar Park berada di lereng Gunung Muria, searah jalan menuju makam Sunan Muria. Jadi saat kamu sedang berziarah, kamu bisa singgah ke tempat wisata ini. Keindahan suasana dari Pijar Park pada siang dan malam hari memiliki kesan yang berbeda. Pada malam hari, lampu-lampu berkelap-kelip menyala, dan pada siang hari, spot foto terlihat jelas dan terang. Daya Tarik Pijar Park Kudus Pijar Park bisa disebut sebagai tempat wisata serba ada. Pijar Park memiliki banyak lokasi menarik, mulai dari permainan anak, lokasi foto, bahkan tersedia musholla untuk menjalankan ibadah. Terdapat area permainan anak seperti pasar malam, terdapat area kafe dan kemah. Jika akhir pekan akan ramai hingga tengah malam karena biasanya ada api unggun dan musik tari-tarian. Jika ingin mendirikan kemah per orang biasa dikenakan biaya Rp.25.000 yang akan mendapatkan tiket dan fasilitas lainnya. Beberapa lokasi menarik dan kegiatan yang dapat dilakukan di Pijar Park antara lain, tempat berkemah, lokasi foto instagramable, pasar krempyeng, food court, pernikahan di luar ruangan, kegiatan outbound, wisata berkuda dan wisata edukasi kopi serta pembuatan getuk nyimut. Selain itu, Pijar Park dapat dijadikan tempat wisata bagi keluarga yang ingin berlibur di sore hari dengan suasana pepohon pinus, bersama teman atau pasangan suami istri untuk mencari suasana yang romantis. Penginapan Pijar Park Bagi Anda yang berasal dari luar kota Kudus, Anda dapat menginap di daerah Pijar Park dengan menyewa kamar di Penginapan yang tersedia. Fasilitas yang akan Anda peroleh sangat lengkap bahkan ada area memasaknya juga. Tarif penginapan Pijar Park dimulai dari Rp. 500.000,- hingga Rp. 850.000,- per malam dengan desain kamar yang sangat estetis. Terdapat balkon untuk menikmati pemandangan yang cantik di pagi hari. Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Pijar Park Dikutip dari laman kuduskab.go.id, Waktu beroperasi dari Pijar Park Kudus adalah setiap hari dan 24 jam. Biaya tiket masuk sangat terjangkau, yaitu antara Rp10.000, sedangkan untuk parkir berkisar Rp2000 sampai Rp5000. Jika ingin mendirikan camping per orang biasa dikenakan biaya Rp25.000 yang akan mendapatkan tiket dan fasilitas lainnya. Di sini harga minuman yang dijual dihargai mulai Rp5.000 saja. Harga menu camilan makanan juga ditetapkan dengan harga yang ramah di kantong, contohnya tempe mendoan dan tahu walik dengan harga Rp10.000 saja. Tarif parkir hanya Rp2.000 saja. Apabila ingin masuk ke wahana jembatan pinus, maka pengunjung perlu membayar tiket Rp5.000. Rute Menuju Pijar Park Kudus Jalur ke Pijar Park dari pusat kota atau Alun-Alun Kudus memiliki jarak sekitar 16 Km dan membutuhkan waktu sekitar 29 menit jika menggunakan mobil. Anda dapat mengarahkan kendaraan ke Simpang Tujuh kemudian belok kiri ke Jl. Raya Kudus-colo/Jl.Sunan Muria, kemudian belok kiri ke Jl. Sosrokartono dan terus mengikuti jalan tersebut hingga sampai di lokasi wisata Kudus yang satu ini.

Rekomendasi Oleh-oleh Semarang untuk Keluarga di Rumah

Rekomendasi Oleh-oleh Semarang untuk Keluarga di Rumah

Rekomendasi oleh-oleh Semarang berikut ini mungkin bisa menjadi referensi Anda saat berkunjung ke Kota Atlas. Kota Semarang dinilai sebagai kota dengan nilai budaya Jawa Tengah yang kuat. Karena itu, kota ini hampir tak pernah sepi oleh wisatawan. Tentunya, setelah berkunjung, mereka mencari oleh-oleh Dikutip dari artikel Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang Sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi Wisata Kuliner Jawa Tengah yang ditulis Novia Rochmawati, Nailah, dan Imam Oktariadi, masyarakat Semarang cenderung menyukai hidangan dengan rempah-rempah yang sederhana. Selain itu, rasa hidangan di Semarang terkenal akan kepedasannya. Rekomendasi Oleh-oleh Makanan Semarang Sambal Goreng Semarang Sambal Goreng Semarang sering kali disuguhkan pada acara santap bersama. Komposisinya terdiri dari kentang, telur, dan hati ampela ayam. Komponen kuliner ini terdiri dari sambal merah yang terbuat dari cabai, bawang bombay dan bawang putih, kemiri, hingga daun salam. Di tempat lain, Sambal Goreng Semarang sering juga dikenal sebagai sambal goreng ati. Pindang Serani Pindang Serani dikenal dengan pembuatannya yang cukup sederhana. Menurut artikel Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang Sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi Wisata Kuliner Jawa Tengah oleh Novia Rochmawati, Nailah, dan Imam Oktariadi, metode memasak hidangan ini dilakukan dengan merebus ikan pindang bersama bumbu-bumbu dapur, seperti garam, bawang putih, bawang merah, cabai, tomat, dan serai. Glewo Koyor Glewo Koyor sebenarnya adalah nasi berkuah kelapa dengan lauk daging sapi. Sajian ini, meskipun terkenal di Semarang, keberadaan kuliner ini kini semakin langka. Kuliner yang satu ini memiliki rasa kelapa yang lezat, dan umumnya disantap dengan keripik emping. Mie Titee Mie Titee menggabungkan hidangan mie kuning yang tebal dengan hiasan daging babi dan udang kecil. Supnya jernih dan lezat, dicampur dengan berbagai jenis sayuran seperti sawi dan kecambah. Makanan Mie Titee juga dikenal sebagai makanan khas China. Lontong Cap Gomeh Lontong Cap Gomeh tidak hanya terkenal di Semarang tetapi juga di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Lauk utamanya adalah opor ayam, sayur labu siam, sambal goreng ati, tepung kedelai, dengan taburan bawang goreng. Menariknya, makanan ini adalah perpaduan dari budaya Jawa dan Cina. Rekomendasi Oleh-oleh Minuman Semarang Wedang Tahu Wedang Tahu yang terkenal di Semarang sering disebut sebagai Tahwa di tempat lain. Proses pembuatannya dilakukan dengan merendam kedelai segar selama semalam, kemudian dibersihkan kulitnya. Setelah itu, kembang tahu disajikan dengan jahe dan kacang-kacangan. Wedang kacang Seperti namanya, wedang atau minuman panas ini menggunakan kacang tanah sebagai bahan utamanya. Rasanya manis, berstruktur, dan panas. Es Gempol Es Gempol memadukan gempol atau adonan tepung beras yang tercampur dengan siraman kuah santan dan gula. Untuk menghasilkan gempolnya, dibutuhkan tepung beras, tepung sagu, air hangat, dan garam yang cukup. Sedangkan gula yang dimaksud adalah kombinasi gula merah, daun pandan, air, dan garam. Jamu Jun Siapa yang bilang jika oleh-oleh jamu tidak menarik? Malahan, Jamu Jun asal Semarang ini dianggap istimewa karena dibuat tidak hanya dari satu, melainkan 12 macam rempah sekaligus. Nama jun itu sendiri diambil dari tempat penyimpanannya, yaitu gerabah yang mirip dengan kendi. Es Kombor Jika belum pernah mendengar nama Es Kombor sebelumnya, ini adalah minuman kuno yang terkenal pada tahun 80-an. Sampai sekarang, Es Kombor masih ada, tetapi sudah mulai jarang dijual. Rasa Es Kombor pekat akan tape yang manis, asam, dan menyegarkan. Rekomendasi Oleh-oleh Camilan Semarang Lumpia Jika kita berbicara tentang Lumpia Semarang, sepertinya banyak orang yang sudah mengenal makanan khas yang terkenal ini. Pada umumnya, Lumpia Semarang diisi dengan bambu muda, telur, ayam, atau udang. Disajikan dengan tambahan serai, cabai kecil, atau saus pedas. Wingko Babat Makanan ringan lain yang tidak kalah terkenal adalah Wingko Babat. Gabungan beras ketan dan serutan kelapa yang khas, membuat Wingko Babat tidak pernah terlewatkan dari saran oleh-oleh khas Semarang. Oleh karena itu, tidak sulit menemukan warung-warung yang menjual Wingko Babat ini. Kue Ganjel Ril Kue Ganjel Ril memiliki bentuk persegi panjang, dengan warna yang kecoklatan. Nama Ganjel Ril sendiri bermakna pengganjal atau penopang rel kereta. Karena bentuknya yang menyerupai penopang rel kereta api itulah yang membuat kue ini disebut sebagai Kue Ganjel Ril. Ketan Salak Saat berkunjung ke Semarang, ketan salak ini tak patut Anda pertimbangkan sebagai oleh-oleh. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ketan salak antara lain beras ketan, gula aren, daun pandan, serutan kelapa, garam, dan air. Warna ketan salak ini mayoritas coklat, dengan rasa yang manis, kenyal, dan gurih. Serabi Kucur Serabi Kucur memiliki bentuk bundar yang lembut. Makanan ringan ini terbuat dari tepung beras dan kelapa yang dipanggang di wajan kecil. Oleh karena itu, rasa Serabi Kucur mudah dikenali karena kombinasi manis dan gurih yang menyatu.

BUMD Belum Support Anggaran Daerah, Perlu Ada Terobosan

SEMARANG – Peningkatan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi usaha bersama untuk dapat memberikan keuntungan bagi daerah. Model pengurusan perusahaan pemerintah itu masih belum terlihat baik dalam mencapai target pendapatan maupun keahlian bisnis. Hal ini diungkapkan Prabowo Yudho selaku akademikus dari Fakultas Ekonomi Unnes dalam dialog Prime Topic : Tata Kelola BUMD Prov. Jateng, Rabu (12/7/2023). Menurutnya, belum ada terobosan usaha yang menjadikan keuntungan BUMD naik. Dari 11 unit usaha yang ada nilai aset antara Rp 91 triliun sampai Rp 120 triliun. Namun demikian penambahan pendapatan daerah tercatat Rp 160 miliar. Baginya, nilai aset dengan perbandingan pendapatan tak sesuai. “Ada aset yang tidak dikelola atau pasif. Perlu keputusan yang berani untuk mengelola aset sebesar itu. Sayang, asetnya besar namun pendapatannya kecil, kalau dijumlah ahanya 3,3 persen. Ingat, BUMD itu profit oriented (fokus keuntungan) bukan social oriented (fokus sosial),” ucapnya.   Terlebih dalam penerapan good corporate government (GCG), nilai profesionalitas jadi tolok ukur utama. Menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus terus digenjot untuk diterapkan. Anggota Komisi C DPRD Jateng Agung Budi Margono meluruskan nilai pendapatan yang disetor hanyalah 0,5 persen dari total nilai aset Rp 125 triliun. Sebagai komisi yang membidangi masalah perekonomian, optimalisasi BUMD menjadi dorongan untuk diwujudkan. Menurutnya, keputusan pemerintah dalam hal ini gubernur menjadi penentu kemajuan usaha perusahaan daerah itu. “Saya mau meluruskan data terlebih dahulu  bahwa bukan 3,3%, hanya 0,5%  kalau dari aset Rp 125 triliun aset kita. Itulah mengapa mengelola hal ini harus sangat serius. DPRD memiliki keterbatasan untuk mendorong usaha daerah maju. Contoh Bank Jateng yang  sudah lama didorong untuk digitalisasi baru pada tahun lalu kita  memiliki Qris. Aplikasi Qris ini banyak digunakan di UMKM. Sehingga ketika transaksi retail terjadi faktor kali dapat diserap oleh Bank Jateng yang merupakan bank milik rakyat Jawa Tengah  dikelola  lagi oleh Bank Jawa Tengah untuk kembali lagi ke masyarakat Jawa Tengah,” kata dia. Kepala Biro Perekonomian Jateng July Emmylia mengakui belum sepenuhnya BUMD berkinerja optimal. Dengan semakin mengoptimalkan pendapatan dari BUMD, maka keuangan daerah tidak tergantung pada dana transfer dari pusat. Hanya saja yang patut ditabalkan dari pengelolaan BUMD, lanjut dia, meski pendirian perusahaan mengejar laba (profit/keuntungan), ada fungsi lain seperti menggerakan ekonomi yang efeknya lebih luas, selain itu  memberikan kemanfaatan pelayanan umum, kemudian baru laba dalam bentuk deviden untuk sumbangan ke PAD. “Contoh untuk mencukupi kebutuhan masyarakat kita mempunyai TUJ atau Tirta Utama Jawa Tengah sebagai pemasok bahan baku air bersih ke SPAM Regional Jawa Tengah. Kemudian, BPR BKK yang sudah  memberikan kredit Rp 5 triliun lebih kepada UKM, dan Bank Jateng sudah memberikan kredit kepada wirausaha muda Rp 5 triliun lebih. Jika dikatakan sumbanganya masih kecil saya sepakat namun, jika dibandingkan dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang diketahui PAD nya jauh di atas Jawa Tengah sumbangan deviden Jawa Tengah justru lebih besar,” jelasnya. Agung BM turut menyatakan, optimalisasi BUMD tidak hanya pada konteks teknokratik tetapi juga ada satu lagi pendekatan politik secara tepat. Dorongan beberapa pihal supaya ada BUMD masuk IPO. Tapi, dalam beberapa diskusi sepertinya masih perlu panjang pembahasan mengenai detail tersebut dimana prinsipnya adalah tata kelola BUMD memiliki banyak aspek yang harus diperhatikan seperti penyertaan modal ada yang memang perlu didukung baik karena memang perlu untuk men-scale up daripada perusahaan tersebut atau yang sifatnya sudah terdilusi.

Mengenal Tulisan Aksara Jawa atau Hanacaraka

Mengenal Tulisan Aksara Jawa atau Hanacaraka

Tulisan Aksara Jawa atau biasa disebut Hanacaraka adalah salah satu warisan budaya Jawa. Materi aksara Jawa biasanya masuk dalam pelajaran Bahasa Jawa di sekolah yang berdomisili di Jawa Tengah atau pun Jawa Timur. Aksara Jawa ternyata memiliki banyak ragamnya. Mengenal Aksara Jawa Hanacaraka Menurut buku Populer Aksara Jawa oleh Komunitas Genk Kobra Javaholic (2015: 2), aksara Jawa adalah keturunan dari aksara Brahmi dan Pallawa yang banyak digunakan untuk menulis bahasa Sansekerta yang pada saat itu menjadi bahasa internasional di wilayah Asia. Aksara ini memiliki sifat suku kata (silabik). Aksara tersebut dikenal sebagai Carakan yang merupakan huruf-huruf pokok yang perlu dipahami dalam mempelajari aksara Jawa. Selain Carakan, juga terdapat aksara Pasangan yang berfungsi untuk mematikan atau menghilangkan bunyi vokal pada aksara dasar. Sebagai contoh, pada huruf Ja menjadi J, Ba menjadi B, dan seterusnya. Misalnya kata ‘mangan’, pasangan digunakan untuk mengubah huruf terakhir, yaitu Na menjadi N. Setiap huruf dalam aksara Jawa memiliki pasangan yang berbeda. Berikut ini adalah bentuk aksara Jawa dan pasangannya: Di samping itu, juga dikenal sebagai aksara Sandhangan. Sandhangan merupakan huruf vokal yang tidak berdiri sendiri dan digunakan ketika berada di tengah kata. Sandhangan dibedakan berdasarkan cara pengucapannya. Berikut ini adalah contoh-contoh Sandhangan: Asal-usul Aksara Jawa Cerita rakyat mengatakan bahwa aksara Hanacaraka diciptakan oleh Aji Saka, penguasa Kerajaan Medang Kamulan, yang memiliki dua pengikut setia bernama Dora dan Sembada. Pada suatu waktu, Aji Saka mengirim Dora untuk menemui Sembada dan membawa pusaka tersebut. Dora kemudian mendatangi Sembada dan mengabarkan perintah dari tuannya. Namun, Sembada menolak karena sesuai dengan perintah Aji Saka sebelumnya, tidak ada yang diizinkan membawa pusaka tersebut kecuali Aji Saka sendiri. Akibatnya, kedua pengikut Aji Saka saling mencurigai bahwa mereka berdua berniat mencuri pusaka tersebut. Sembada dan Dora kemudian bertarung hingga keduanya meninggal. Ketika Aji Saka datang, ia menemukan kedua pengikutnya telah meninggal karena kesalahpahaman. Di depan jasad kedua pengikutnya itu, Aji Saka membuat puisi yang kemudian dikenal sebagai Hanacaraka atau aksara Jawa. Meskipun demikian, terdapat beberapa versi cerita tentang asal-usul Hanacaraka dari berbagai daerah. Makna Hanacaraka atau Aksara Jawa Hanacaraka tidak hanya sebatas aksara yang digunakan oleh masyarakat Jawa dalam karya tulis mereka, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam bagi kehidupan manusia. Dikutip dari laman Universitas Surabaya, berikut makna-makna yang terkandung dalam Hanacaraka. Ha Na Ca Ra Ka memiliki arti “Adanya pesuruh Tuhan”. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjaga kelestarian hidup manusia dan kelestarian alam (Hamemayu Hayuning Bawono). Da Ta Sa Wa La memiliki arti “Tidak bisa disangkal bahwa semua sudah menjadi takdir Tuhan”. Segala sesuatu yang ada di dunia ini telah ditentukan oleh Tuhan. Manusia cukup menjalankannya saja sesuai dengan perannya. Pa Dha Ja Ya Nya memiliki arti “Dengan keseimbangan yang sejalan dengan takdirnya”. Dalam kehidupan, akan selalu ada situasi di mana hal-hal memiliki pasangan masing-masing. Manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi tersebut. Ma Ga Ba Tha Nga memiliki arti “Manusia pasti memiliki dosa, lupa, kesalahan, kesialan, dan kematian”. Tidak ada manusia yang lepas dari kekurangan karena hal tersebut telah menjadi takdir manusia. Adanya kekurangan tersebut seharusnya dapat menjadi peringatan bahwa manusia harus selalu ingat dan waspada. Jenis Aksara Jawa atau Hanacaraka Mengutip buku ‘Bahasa Jawa SMA’ (2009) oleh Setya Amrih Prasaja, Hanacaraka terbagi menjadi beberapa jenis berbeda yang saling berkesinambungan, yaitu: Itulah penjelasan tentang aksara Jawa atau tulisan Hanacaraka dan variasinya. Aksara Jawa merupakan salah satu warisan budaya yang harus dijaga keberlanjutannya. Jadi, mari kita memulai belajar aksara Jawa untuk turut menjaga kelestariannya. Semoga penjelasan ini berguna bagi Anda.