Jowonews

10 Rekomendasi Kuliner Khas Tegal Yang Patut Dicoba

10 Rekomendasi Kuliner Khas Tegal Yang Patut Dicoba

Rekomendasi Kuliner Khas Tegal ini menjadi menu yang harus Anda coba saat mengunjungi Kota Laka-laka. Terdapat banyak kuliner khas Tegal yang bisa dicicipi. Setiap hidangan memiliki keunikan tersendiri dan yang pasti rasanya enak dan lezat. Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Tegal, jangan lupa mencoba kuliner khasnya. Berikut ini adalah rekomendasi makanan khas Tegal, yang diambil dari laman Daihatsu. 10 Rekomendasi Kuliner Khas Tegal Nasi Lengko Nasi Lengko terdiri dari nasi, tahu goreng, tempe goreng, kecap, bumbu kacang, mie, irisan timun dan kerupuk sebagai pelengkapnya. Yang membuat hidangan ini cukup khas yaitu tempe dan tahu yang hanya digoreng setengah matang. Sate Kemronyos Dari namanya, kuliner Tegal ini bisa dibilang cukup unik. Meskipun begitu, makanan ini memiliki lauk yang dapat menggugah selera para pecinta kuliner yang mencobanya. Hidangan ini adalah sate asli daerah Tegal. Yang menarik dari Kemronyos yaitu cara pengolahannya. Jika sate pada umumnya dibakar dengan bumbu, kuliner ini dibakar tanpa bumbu. Sehingga, rasa kambingnya sangat khas. Nasi Langgi Nasi Langgi menjadi hidangan khas dari daerah Tegal yang wajib dicicipi. Nasi ini disajikan dengan suwiran ayam, tempe keripik, ikan asin goreng, sayur labu, dan taburan kacang tanah. Ada juga tambahan telur dadar dan sayuran seperti kemangi serta mentimun. Latopia Di Tegal juga terdapat kudapan mirip Bakpia yang dikenal dengan nama Latopia. Meskipun bentuknya cenderung persegi, namun makanan ini hampir sama dengan Bakpia. Kue Pia yang masuk dalam daftar 20 makanan khas Tegal hanya tersedia dalam acara tertentu. Namun, kini kue ini mudah didapatkan termasuk di pusat oleh-oleh. Glotak Glotak terbuat dari oncom dengan warna hitam kecoklatan. Meskipun begitu, rasanya sangat lezat, gurih, dan pedas. Olos Olos adalah camilan bulat dengan isian sayuran dan cabai. Meskipun mirip dengan cimol, perbedaannya terletak pada isinya. Ada penjual yang menawarkan isian olos dengan ayam, sosis, keju dan lainnya. Tahu Aci Kuliner ini menjadi salah satu menu yang tidak boleh dilewatkan. Rasanya gurih, crispy di luar, dan empuk di dalam. Kuliner ini terbuat dari irisan tahu segitiga dengan adonan aci di atasnya. Gulali Kuliner ini terbuat dari gula Jawa dan gula tebu. Rasanya legit dan manis, cocok untuk pencinta kuliner manis. Blendung Kuliner ini terbuat dari jagung yang direbus dan disajikan bersama parutan kelapa yang dikukus. Parutan kelapa diberi garam sebagai penambah rasa gurih. Kupat Bongkok Kupat Bongkok diolah dari tempe semangit atau tempe busuk dengan isian tauge, udang goreng, sambal goreng, dan kerupuk.

Soto Klethuk Pak Galo Blora, Ada Sensasi Seperti Mengunyah Kerikil

Soto Klethuk Pak Galo Blora, Ada Sensasi Seperti Mengunyah Kerikil

Soto Klethuk merupakan salah satu kuliner khas Blora yang cukup dikenal, terutama wisatawan lokal. Warung Soto Klethuk yang terkenal di Blora adalah Soto Klethuk Pak Galo. Warung soto ini telah beroperasi sejak 1997 dan menu utamanya adalah Soto Klethuk. Saat ini, warung Soto Klethuk Pak Galo telah dilanjutkan oleh anaknya, namun konsistensi rasa masakan tetap terjaga. Dalam hal rasa, soto ini tetap konsisten dari dulu hingga sekarang, sehingga membuat pelanggan datang kembali untuk menikmati kelezatan soto ini. Soto Klethuk Pak Galo Blora disajikan dalam mangkuk yang berisi nasi yang ditaburi tauge, mi so’on, suiran ayam, dan telur ayam rebus yang dipotong menjadi empat. Setelah itu, disajikan sambel, kecap, kochai, taburan bawang goreng, dan kuah bening sebelum ditambahkan potongan getuk goreng. Untuk melengkapi kenikmatan Soto Klethuk ini, tersedia beberapa jenis lauk pelengkap seperti perkedel, sate telur puyuh, sate ampela ati, tempe goreng, dan kerupuk. Warung ini juga menyediakan jenis makanan lain yang tak kalah nikmat. Kuahnya bening tanpa santan seperti soto Semarang dan ada tambahan telur layaknya soto Lamongan. Namun, ketika menyantap soto ini baru akan terasa bedanya, sensasinya seperti mengunyah kerikil. Dan itulah yang menyebabkan soto ini dijuluki soto klethuk. Di setiap hidangan soto klethuk terdiri dari suwiran ayam, taoge, bihun rebus, telur ayam, bawang goreng yang ditaburkan di atasnya, dan yang paling penting adalah klethuk dari singkong goreng yang menjadi taburan terakhir. Klethuk terbuat dari ketela pohon yang dipotong kecil-kecil dan digoreng hingga menjadi keras. Meskipun begitu, teksturnya mudah untuk dikonsumsi dan memberikan rasa yang khas pada hidangan soto klethuk. Dikunjungi oleh tokoh-tokoh ternama Berbagai foto terpampang di dinding warung yang menemani para penggemar soto khas Blora tersebut. Foto-foto tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari selebriti hingga pejabat. Bupati Blora Arief Rohman merupakan salah satu pejabat yang sering mampir ke Soto Pak Galo. Tak terhitung sudah berapa kali Arief Rohman berkunjung ke sana. Tak hanya itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Gubernur Aceh 2020-2022 Nova Iriansyah, dan Kabareskrim Polri Komjen. Pol. Agus Andrianto juga pernah mampir ke sana. Sementara itu, para selebriti seperti Gigi Band, Seventeen, Farid Adja, reviewer kuliner Almarhum Bondan Winarno, dan Dyo dengan akun Youtube Dyodoran yang memiliki 600 ribu subscriber pernah mencicipi soto khas Blora tersebut sekitar 2 tahun lalu. Warung tersebut pertama kali dirintis dengan konsep mirip angkringan di pojok rumah bagian depan. Meja yang masih berukuran kecil dan terpal sebagai pelindungnya. Namun, sejak setengah dekade terakhir, banyak tokoh ternama yang mampir ke warung tersebut saat bertugas di Blora. Bahkan, Bupati Blora Arief Rohman sering mengajak tamu-tamunya untuk mencicipi soto khas Blora tersebut.

MEDIA TRADISIONAL : Kesenian Ebeg Banyumasan Harus Dilestarikan

Kesenian Ebeg Banyumasan Harus Dilestarikan

PURBALINGGA – Anggota Komisi D DPRD Jateng Mochamad Ichwan mengajak masyarakat untuk terus melestarikan kesenian Ebeg. Kesenian yang merupakan seni budaya yang berasal dari Jawa-Banyumasan ini merupakan aset bangsa yang perlu terus dilestarikan. Hal tersebut disampaikannya dalam acara Sosialisasi Kebijakan melalui Media Tradisional yang diselenggarakan di Lapangan Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, belum lama ini. “Kesenian Ebeg berkembang di daerah Jawa Tengah khususnya wilayah Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen. Kesenian Ebeg termasuk dalam seni tari tradisional yang bercerita tentang ksatria yang berlatih perang. Kesenian ini telah berkembang sejak meletusnya perang diponegoro,” jelasnya. Anggota Fraksi PDIP DPRD Jateng itu menambahkan, Ebeg tidak menceritakan tokoh atau pengaruh agama tertentu. Lagu-lagu justru banyak menceritakan kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berupa pantun dan wejangan. Lagu sepanjang pentas hampir semua menggunakan Bahasa Jawa Banyumasan dengan khas logat ngapak. “Di Banyumasan, kesenian Ebeg harus kita lestarikan dan jangan sampai punah,” ungkap pria asal Purbalingga itu. Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan penonton itu, dia mengungkapkan DPRD Jateng akan terus mendorong kelestarian budaya daerah khususnya di Kabupaten Purbalingga. Dengan terjaganya budaya bangsa tersebut, sehingga anak cucu kita ke depan akan terus menikmati warisan nenek moyang tersebut dan terjaga dari gempuran budaya asing.  “Dalam rangka nguri-uri budaya jawa tengah, kami akan menyelenggarakan kegiatan semacam ini sebulan sekali,” tandasnya. (Adv)

RAPAT PARIPURNA: Sumanto Jadi Ketua DPRD Jateng

Sumanto Jadi Ketua DPRD Jateng

GEDUNG BERLIAN – Dalam rapat paripurna, Selasa (2/5/2023), salah satu agenda penting yang dibahas yakni Pemberhentian Pimpinan DPRD (Pimwan) Provinsi Jateng Sisa Masa Jabatan 2019-2024 sekaligus usulan peresmian pengangkatan calon pengganti Pimwan. Dalam agenda itu, ditetapkan bahwa Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sumanto sebagai Ketua DPRD. Sebagai informasi, DPD PDI Perjuangan Provinsi Jateng mengajukan surat usulan kepada DPRD Provinsi Jateng soal pengajuan nama Sumanto untuk menggantikan Almarhum Bambang Kusriyanto. Surat itu ditandatangani DPD PDI Perjuangan Provinsi Jateng Bambang Wuryanto. Untuk selanjutnya, setelah mendapat persetujuan dalam rapat paripurna, DPRD akan mengajukan ke Kemendagri untuk mendapatkan surat keputusan. Setelah itu, baru digelar pelantikan Ketua DPRD. “Apakah rancangan keputusan DPRD mengenai penggantian dan usulan pengangkatan tersebut dapat disetujui?” tanya Wakil Ketua DPRD Sukirman kepada Anggota Dewan dalam rapat paripurna. Pertanyaan Pimwan itu langsung dijawab serentak oleh Anggota Dewan yang hadir di ruangan. “Setuju!” Usai penetapan persetujuan keputusan DPRD itu, rapat paripurna ditutup oleh Pimwan. (Adv)

SOSIALISASI NON-PERDA: Jalani Mudik Lebaran, Hati-hati Cuaca Ekstrim

SOSIALISASI NON-PERDA: Jalani Mudik Lebaran, Hati-hati Cuaca Ekstrim

DEMAK – Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jateng Nurul Furqon hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ‘Sosialisasi Non-Perda’ dengan tema ‘Cuaca Ekstrim sebagai Akar Masalah Kerusakan Jalan’ di MA Sunan Kalijogo, Jogoloyo, Wonosalam Kabupaten Demak, baru-baru ini.  Acara yang diselenggarakan Sekretariat DPRD (Setwan) Provinsi Jateng itu juga menghadirkan Anggota DPRD Kabupaten Jepara Maskuri dan KH. Fathoni selaku ulama Kabupaten Demak. Pada kesempatan tersebut, Nurul menyoroti mengenai kerusakan jalan yang sering terjadi di Kabupaten Demak dan Jepara. Ia menilai Kerusakan tersebut terjadi diakibatkan cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini.  “Cuaca ekstrim akibat cuaca yang tidak menentu serta curah hujan tinggi menjadi salah satu faktor penyebabnya. Selain itu, air laut yang tiba-tiba pasang juga ikut memperparah keadaan sehingga jalan yang baru saja diperbaiki pun jadi rusak,” ungkap Anggota Fraksi PPP DPRD Jateng tersebut. Ia menambahkan koordinasi dengan dinas terkait terus dilakukan guna menangani permasalahan tersebut. Sehingga, harapannya ke depan jalan di Provinsi Jateng bisa menjadi lebih baik.  Sementara itu, Maskuri berharap pemerintah provinsi dapat segera menangani kerusakan jalan tersebut. Hal itu mengingat dalam waktu dekat arus mudik dan balik lebaran akan melewati jalan tersebut. “Jalan Provinsi di Jepara banyak yang harus diperbarui terutama akses antar kabupaten,” ungkap Maskuri. Sementara, Fatoni mengungkapkan, selain cuaca ekstrim, jalan yang rusak juga disebabkan oleh ulah manusia. Merusak alam dengan menebang pohon besar di hutan sehingga mengakibatkan banjir yang bisa mengikis aspal jalan. (Adv)

Pengelolaan Makam Sunan Ampel Jadi Contoh Tata Kelola Wisata Religi di Jateng

Makam Sunan Ampel

SURABAYA – Asri dan tentram, suasana itu sangat terasa saat Komisi B DPRD Provinsi Jateng berziarah di Komplek Makam Sunan Ampel, Kota Surabaya Provinsi Jatim, Selasa (11/4/2023). Saat bertemu dan berdiskusi dengan Pengurus Masjid Sunan Ampel, Gus Zainal Abidin, dijelaskan bahwa pengelolaan seluruh kompleks dilakukan lewat sistem koperasi.  “Pengelolaan komplek Masjid Sunan Ampel dan Makam, dilakukan lewat sistem koperasi dimana pendanaannya berasal dari infaq. Selain itu, di lingkungan komplek beberapa sektor usaha mikro seperti UMKM yang bergerak di bidang kuliner, fashion busana muslim, dan penginapan. Sedangkan di sektor usaha makro bergerak di bidang pendidikan lewat madrasah dan perguruan tinggi, sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat sekitar atau corporate social responsibility. Makam sunan Ampel itu hampir tidak pernah sepi peziarah, baik di hari biasa maupun hari besar keagamaan,” jelasnya, yang juga dosen salah satu perguruan tinggi di Kota Surabaya. Mendengar hal itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sri Maryuni mengaku pihaknya ingin pengelolaan secara terpadu tersebut bisa menjadi acuan dalam perancangan Raperda Pariwisata Jateng yang saat ini sedang disusun. Dalam perda itu nantinya pengelolaan tempat wisata, baik religi maupun umum, dapat terkoordinasi dengan baik.  “Melihat kompleks pemakaman Sunan Ampel dan beberapa fasilitas di dalam areanya, sangat menunjang kebutuhan para peziarah. Tentunya itu adalah yang sangat baik. Nantinya, dalam Raperda Pariwisata, terutama wisata religi, diharapkan akan terkelola dengan baik dan tidak terkotori kegiatan ataupun aktivitas yang mengganggu peziarah,” kata Sri.  Dari raperda itu, lanjut dia, diharapkan pula pengelolaan keuangannya dilakukan secara terpadu. Dengan begitu, mampu membawa dampak perekonomian bagi masyarakat sekitar, terlebih bergerak di sektor UMKM. Sebagai informasi, Sunan Ampel atau Raden Rahmat dikenal sebagai salah satu dari 9 Wali Songo (penyebar agama Islam) di tanah Jawa. Dikenal dengan metode dakwah ‘Molimo’ atau lima pantangan, menurut catatan sejarah baik babad tanah Jawa dan arsip Leiden, Sunan Ampel lahir dari pasangan, ayahnya bernama Samarkand (Uzbekistan) dan Ibu yang merupakan Putri Raja Champa sekitar 1400an.

Studi Komparasi soal BUMD bersama Biro Perekonomian Jatim

Komisi C DRPD Jateng

SURABAYA – Dalam rangka penyusunan Raperda tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMD, Komisi C DPRD Jateng melakukan diskusi studi komparasi dengan Biro Perekonomian Setda Provinsi Jatim, Selasa (11/4/2023). Pada kesempatan itu, Bambang Hariyanto selaku Ketua Komisi C mengaku ingin bertukar pendapat soal pengelolaan BUMD untuk meningkatkan PAD. “Jatim yang secara kesamaan tidak terlalau jauh beda dengan Jateng. Kami memberanikan diri untuk bertukar pendapat mengenai tata kelola perusahaan BUMD yang kompetitif. Sebab, apabila BUMD kita ini baik, tentunya PAD kita akan meningkat,” ucapnya. Sementara, Anggota Komisi C Agung Budi Margono menanyakan perihal managemen resiko, sanksi, dan kerjasama dengan pihak lain. “Apakah perda yang ada di Jatim ini menerangkan syarat peraturan secara spesifik?,” tanya Agung kepada Marta Mukti Widodo selaku Kabag Substansi BUMD, Investasi, & BULD Biro Perekonomian Setda Provinsi Jatim. Menanggapinya, Marta mengatakan perda mengenai tata kelola BUMD yang dimiliki Jatim tak lebih kepada pembinaan dan pengawasan terhadap BUMD, yang di dalamnya. Perda itu berbeda dengan Perda Pendirian BUMD. “Adapun dalam penerapan BUMD yang baik di Jatim berlaku pendampingan dari Kejaksaan Tinggi agar nantinya, apabila ada permasalahan, akan lebih mudah,” terangnya. Terkait resiko BUMD yang mengalami kerugian, Biro Perekonomian hanya sebatas membuat analisis soal legal opinion untuk dilaporkan kepada gubernur. Nantinya, gubernur yang akan memberikan kebijakan dengan berbagai kajian dan pertimbangan. Secara keseluruhan, semua ada 7 BUMD yang ada di Jatim yakni 3 diantaranya telah mempunyai anak perusahaan sebanyak 21 perusahaan. Sebagai saran masukan, Marta berharap, dalam pembuatan Perda Pengelolaan BUMD tersebut perlu disesuaikan dulu dengan PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang Pembuatan Perda Pendirian & Perda Pembinaan. “Maka, untuk meminimalisir resiko melaksanakan business to business, kami meminta controling terhadap Komisi C DPRD Provinsi Jatim dan pendampingan dari Kejaksaan Tinggi. Itulah tadi diawal kami sampaikan keterlibatan kejaksaan tinggi dalam fungsional penerapan pengelolaan BUMD di Jatim,” jelas Marta.

Komisi A Nilai DIY Mampu Tangani Konflik Sosial

Komisi A DPRD Jateng

YOGYAKARTA – Jajaran Komisi A DPRD Jateng berkunjung ke Badan Kesatuan Bangsa & Politik Provinsi DI.Yogyakarta, Selasa (11/4/2023). Kunjungan itu dilakukan dalam rangka studi banding tentang penanganan konflik sosial, mengingat Provinsi DIY memiliki keistimewaan, jadi proses penanganan konflik-konflik perlu dipelajari lebih detil. Sekretaris Komisi A DPRD Provinsi Jateng Juli Krisdianto mengaku pihaknya banyak belajar mengenai proses penanganan konflik sosial. Dari penyesuaian aturan, upaya pencegahan yang berpedoman dengan UU Keistimewaan Yogyakarta. Hal tersebut dimaksudkan agar aparatur pemerintahan dapat menjembatani supaya tidak sampai ke ranah pidana. “Seiring berkembangnya zaman, semakin beragam juga konflik sosial yang mencuat di masyarakat. Karenanya, proses penanganan konflik sosial juga perlu di-updated sehingga peran kita sebagai pemerintah dapat menjadi penengah dalam setiap konflik yang terjadi di masyarakat kita,” ungkapnya. Dalam diskusi itu, Djati Sugiarto selaku Kepala Bidang Bina Ideologi & Kewaspadaan Nasional Provinsi DIY menyampaikan secara keseluruhan penanganan konflik sosial di daerah khususnya pulau Jawa hampir memiliki kesamaan karena faktor budaya leluhur. “Untuk saat ini, kami juga sedang berproses Raperda mengenai Penanganan Konflik Sosial terbaru dan sudah masuk di Biro Hukum. Beberapa daerah di Jogja ini juga hampir sama permasalahannya,” katanya. Djati menambahkan, dalam rangka proses pencegahan konflik-konflik di daerah, beberapa proses telah dilaksanakan. Melaksanakan sosialisasi, koordinasi dengan forum-forum daerah, membentuk tim pelaksana, serta pembangunan sistem aplikasi tentang penanganan konflik sosial. “Sosialisasi dan koordinasi gencar kami laksanakan. Dengan begitu, koordinasi berjenjang bisa lebih cepat. Tentunya, kita juga menerjunkan tim lapangan untuk dapat mengantisipasi sampai di tingkat yang paling rendah. Selain sudah memiliki sistem aplikasi, kita juga ada sistem jaga warga serta program dukungan dari Keraton DIY dalam proses pencegahan atau penanganan konflik sosial yang berkembang di masyarakat,” imbuhnya.