Jowonews

FOCUS GROUP DISCUSSION: Pajak Berdampak Positif pada Pembangunan

Pajak

UNGARAN – Anggota DPRD Kabupaten Semarang Bayu Himawan Ramantika mengatakan, masyarakat perlu membayar pajak supaya ada kesinambungan dalam pembangunan daerah. Pajak maupun retribusi menjadi salah satu komponen terpenting dalam proses penyelenggaraan negara. Penegasan ini disampaikannya di hadapan peserta Focus Group Discussion (FGD) di Aula Gedung Kelurahan Langensari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu  (22/2/2022). Menurutnya, pajak maupun retribusi yang terbayarkan oleh masyarakat akan menjadi pendapatan daerah. Dari pendapatan itulah kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan yang masuk dalam daftar prioritas anggaran daerah, yakni APBD. “Kalau kita bayar pajak, retribusi, dana-dana itu masuk kas daerah lalu dikelola oleh pemerintah kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat baik dalam bentuk pembangunan fisik, nonfisik,” ucapnya. Macam-macam pajak yang dikelola daerah antara lain Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2); Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT); Pajak Reklame; Pajak Air Tanah (PAT); Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB); Opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB); dan Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). “Semakin kita taat membayar pajak, maka pemerintah dalam mengelola keuangannya terutama dalam mendistribusikan ke pos-pos belanja daerah semakin nyata. Ada pembangunan jalan, jembatan, renovasi rumah tak layak huni, pengembangan daerah,” kata dia. Sementara saat sesi tanya jawab, salah seorang peserta FGD Ibu Yanti (mewakili Ketua PKK Kelurahan Langensari) menyatakan pihaknya ingin mengelola sumber air di Langensari supaya bisa menjadi objek wisata. Kepada Bayu Himawan, dia meminta arahan dalam pengelolaan wisata sumber air tersebut. Bayu Himawan menjelaskan perihal pengembangan Kawasan, terlebih dulu harus dimusyawarahkan dengan warga. Selanjutnya dicari konsep pengembangan serta pihak pengelola. Selama masih dalam mencari pengunjung, biasanya pemerintah belum membebani pajak retribusi.

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri, Sate Lezat yang Telah Ada Sejak Masa Awal Kemerdekaan

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri, Sate Lezat yang Telah Ada Sejak Masa Awal Kemerdekaan

Sate Kambing Pak Kembar Wonogiri merupakan salah satu kuliner sate legendaris yang telah ada sejak masa kemerdekaan. Hingga kini warung sate ini laris manis diserbu pembeli. Jika membicarakan kuliner di Wonogiri, Anda pasti langsung teringat dengan tiwul. Nah, sampai saat ini tiwul memang menjadi ikon kuliner khas Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Namun selain tiwul, ada kuliner lain yang konon cukup melegenda. Salah satunya adalah sate kambing Pak Kembar di kecamatan Baturetno, sajian yang wajib Anda coba saat berkunjung ke Wonogiri. Ada dua warung sate kambing Pak Kembar di Baturetno. Tepatnya di Terminal Baturetno yang menjadi pusat dan warung lainnya merupakan cabang di desa Talunombo, selatan kecamatan Baturetno. Dilansir dari Solopos.com, Jumat (10/2/2023), Sate Kambing Pak Kembar bisa dibilang pelopor warung sate di Baturetno. Dari warung itulah tumbuh warung sate kambing lainnya. Banyak pemilik warung yang masih berhubungan dengan pemilik Sate Kambing Pak Kembar. Nama warung Sate Kambing Pak Kembar memang sudah terkenal di kalangan warga Baturetno dan Wonogiri pada umumnya. Warung sate ini telah lama menjadi makanan favorit warga sejak lama. Suradi, pemilik warung Sate Kambing Pak Kembar menjelaskan, usahanya sudah ada sejak tahun 1945. Bahkan, warung tersebut disebut-sebut sebagai pelopor warung sate yang masih bertahan di Baturetno hingga saat ini. Dinamakan Pak Kembar karena pemilik warung sebenarnya adalah saudara kembar yaitu Satiman dan Satimin. Mereka pertama kali mendirikan warung sate kambing Pak Kembar di Terminal Baturetno, Wonogiri. Saat ini warung sate ini dijalankan oleh generasi kedua dari saudara kembar. “Nah, ini adalah cabang di terminal. Yang lanjut di sini anak Pak Satimin, istri saya,” kata Suradi. Warung Sate Pak Kembar yang terletak tidak jauh dari kantor kecamatan Baturetno ini berdiri pada tahun 2010. Ia mengatakan, meski mengambil nama Sate Kambing Pak Kembar, usahanya tidak serta merta langsung sukses. Saat pertama dibuka, warung ini hanya menjual 2-3 kg daging kambing untuk sate. Sekarang setiap hari dua atau tiga kambing besar. Setiap hari setidaknya ribuan tusuk sate kambing habis terjual. Saat Idul Fitri, warung legendaris ini bisa menghabiskan hingga 15 kambing besar sehari. Pelanggan di warung tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa, karyawan, pekerja hingga pejabat pemerintah dan polisi. Ia menambahkan, warungnya tidak memiliki resep khusus untuk membuat sate. Semua bahannya hampir sama dengan warung sate pada umumnya. Namun, sebelum dipanggang, tusuk sate dimasukkan seluruhnya ke dalam mangkuk berisi bumbu. Tidak sekadar dibolak-balik atau diolesi bumbu, sehingga bumbu sate benar-benar meresap. Selain itu, sebelum dibuat sate, daging itu terlebih dahulu dicacah menggunakan pisau tetapi tidak sampai dagingnya putus, sekadar agar daging itu empuk.

Kawah Timbang Dieng, Kawah Berbahaya Yang Pernah Menimbulkan Tragedi

Kawah Timbang Dieng, Kawah Berbahaya Yang Pernah Menimbulkan Tragedi

Kawah Timbang Dieng yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah ini disebut-sebut paling berbahaya di Dataran Tinggi Dieng. BadanGeologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Kawah Timbang memiliki retakan berisi gas berbahaya. Jika aktivitas meningkat, kawah akan mengeluarkan gas berupa hidrogen sulfida dan karbon dioksida yang bersifat racun dan membahayakan kehidupan organisme. Lokasi kawah ini cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, aktivitasnya saat ini terus menarik perhatian. Pada tahun 1979, Kawah Timbang menelan banyak korban jiwa. Peristiwa itu dikenal dengan tragedi Sinila. Kejadian ini menjadi bencana yang menarik perhatian banyak pihak. Pada tanggal 20 Februari 1979, Kawah Timbang melepaskan gas beracun ke udara akibat letusan Kawah Sinila dan Sigluduk. Akibatnya, gas beracun yang sebelumnya disimpan di bawah tanah menguap ke udara. Gunung Dieng Pada dasarnya aktivitas vulkanik di Gunung Dieng tersebar di 16 kawah. Namun, PVMBG Badan Geologi secara khusus melacak dua kawah yang dianggap paling aktif, yakni Kawah Sileri dan Kawah Timbang. Dikutip dari diengplateau.com, Kamis (6/9/2022), Dieng terletak di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif yang juga merupakan gunung api raksasa berupa dataran luas dengan panjang sekitar 9 mil (14 km) dan lebar 4 mil (6 km), memanjang dari barat daya – tenggara. Ketinggian Dieng mencapai 2000 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, kawasan Dataran Tinggi Dieng termasuk dalam wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjaregara. Kabupaten Wonosobo memiliki wilayah timur Dieng (Dieng Wetan) di kecamatan Kejajar. Sedangkan wilayah barat (Dieng Kulon) Kabupaten Batur termasuk Kabupaten Banjarnegara. Dieng Wetan memiliki luas 282.000 hektar dan berpenduduk 1.557 jiwa. Di sisi lain, Dieng Kulon lebih luas dari Dieng Wetan, dengan luas 337.864 hektar yang dihuni oleh 2.480 jiwa penduduk. 

Pitu Rooms Salatiga, Hotel Paling Tipis dan Ikonik

Pitu Rooms Salatiga, Hotel Paling Tipis dan Ikonik

Pitu Rooms Salatiga menjadi hotel unik karena memiliki bentuk bangunan yang sangat tipis, dengan lebarnya hanya 2,8 meter. Hotel ini sangat ikonik dengan warna merahnya, serta paling tinggi diantara bangunan lain di sebelahnya. Jika anda sedang melakukan perjalanan ke Salatiga atau melewati kota ini, jangan lupa mampir ke hotel unik ini. Hotel ini cukup diminati karena memeberikan suasana menginap yang berbeda. Hotel ini mimiliki tinggi 17 meter dan panjang 9,5 meter, terdiri daro 6 lantai. Seperti namanya, Pitu Rooms Salatiga menyediakan 7 kamar yang memiliki tema yang berbeda. Jangan khawatair, meskipun ukurannya yang kecil tapi hotel ini memiliki fasilitas yang lengkap juga tidak sempit dan tetap nyaman. Hotel karya Ary Indra ini akan membuat takjub para pengunjungnya. Pengunjung akan dibawa dengan lift capsule ala astronot yang hanya muat satu orang. Disini juga terdapat kafe rooftop yang dapat dikunjungi oleh pengunjung hotel maupun bukan. Tempat yang cocok untuk bersantai sambil memandangi cantiknya Kota Salatiga dan gagahnya Gunung Merbabu ditemani dengan makanan dan jajanan pasar yang lezat. Kisaran harga untuk menginap di hotel ini sekitar Rp 650.000 per malam sudah termasuk sarapan. Pitu Rooms Salatiga berlokasi di Jalan Sukowati No. 33, Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga, Menikmati Kuliner Tradisional Serasa di Dapur Simbok

Pawon Tandhuk Mbak Mung Salatiga merupakan salah satu warung kuliner di Salatiga yang menyajikan kuliner tradisional dengan sensasi dan pengalaman yang berbeda Tempat kuliner di Salatiga kian berkembang dengan ragam kreativitas, inovasi dan orisinalitasnya. Pelaku usaha kuliner juga diharapkan dapat mendukung program kuliner kota Salatiga untuk mengikuti seleksi UNESCO Creative Cities Network (UCCN) untuk kategori Kota Kreatif Kuliner. Pawon Tandhuk Mba Mung merupakan kuliner yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Dapur kreatif ini berlokasi di Rt 8 Rw 3 Dukuh Canden, Desa Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Sajian ini juga menambah khasanah kuliner khas Salatiga yang dibuat dengan bahan-bahan lokal. Pemilik Pawon Tandhuk Mba Mung, Andhiyanto Rifai mengatakan, ide dari Pawon Tandhuk Mba’ Mung adalah menciptakan kenangan masa lalu dengan cara makan (dahar) di pawon (dapur) menggunakan tungku dan kayu bakar. Di warung makan ini terdapat beragam jenis menu pedesaan seperti sayur lodeh, sambal tumpang, gori dan lain-lain. Di Pawon Tandhuk Mba Mung, pengunjung juga bisa memilih minuman ala pedesaan seperti kopi, teh, wedang jahe khas pedesaan yang disajikan menggunakan gelas blirik. Warung Pawon Tandhuk Mba Mung tidak melayani pembeliaan secara online, diharapkan pengunjung dapat datang sendiri untuk menikmati sajian menu yang ada dan sensasi pengalaman yang berbeda. “Kami menghadirkan sensasi makan di Pawon dengan menu tradisional yang mengingatkan kita pada masa lalu, di rumah orang tua kita,” kata Andhi, dikutip dari Tribun Jateng.

Ribuan Masyarakat Berdesak-desakan Saksikan Festival Kenthongan HUT Banyumas ke-452

Festival Kenthongan

BANYUMAS – Ribuan masyarakat dari Kabupaten Banyumas dan sekitarnya tumpah ruah di jalan Jenderal Soedirman Purwokerto dari arah Alun-alun Purwokerto hingga Pendapa Kabupaten Banyumas. Mereka berkumpul untuk menyaksikan pagelaran seni budaya bernama Festival Kenthongan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas dalam rangka memperingati HUT Banyumas ke-452 pada Jumat malam (24/2/2023). Sebanyak 31 peserta mengikuti festival kenthongan, empat di antaranya merupakan tim eksibisi dari Bank Indonesia Cabang Purwokerto, OJK dan BUMD di Kabupaten Banyumas, sedangkan 27 peserta lainnya merupakan peserta dari 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Diungkapkan Rahayu (23 tahun), warga Kecamatan Gumelar datang ke Purwokerto menyempatkan diri menyaksikan festival tersebut. “Mau bareng temen dan kerabat, dari kemarin pengen nonton. Soalnya tahun lalu kebetulan nggak nonton,” ujarnya. Rahayu mengaku senang dengan adanya festival tersebut. Namun, dia berharap lebih banyak orang akan bergabung. “Kalau bisa lebih banyak lagi yang ikut, mungkin bisa menggandeng dari kabupaten tetangga. Kalau hari ini belum selesai, besoknya lanjut lagi, jadi acaranya semakin meriah,” ujarnya, dikutip dari serayunews.com. Berbeda dengan Pak Tyas (38 tahun), warga Purwokerto mengaku sedikit kecewa dengan penampilan tersebut, karena setelah lama menunggu di Alun-alun Purwokerto, ia dan keluarganya kesulitan menyaksikan festival karena jumlah pengunjung yang banyak. “Saya bawa bayi, kalaupun saya bisa melihatnya di pinggir jalan, saya harus berdesak-desakan, kan kasihan anak saya. Itu ada videotron kenapa nggak diputer tayangan kenthongan ini, jadi yang kesulitan nonton dipinggir jalan bisa nonton lewat videotron,” kata dia. Foto dok. Serayu News

Siswa SMA N 1 Subah Batang Gelar Fashion Show Dari Hasil Daur Ulang Limbah

SMA N 1 Subah

BATANG – Sejumlah siswa SMA Negeri 1 Subah menggelar peragaan busana bertema Bhineka Tunggal Ika di GOR SMA Negeri 1 Subah, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jumat (24/2/2023). Kegiatan dalam proyek Penguatan Catatan Siswa Pancasila (P5) ini diikuti oleh seluruh siswa kelas X. Menariknya, peragaan busana ini tidak menggunakan pakaian mewah, melainkan pakaian yang didaur ulang dari sampah yang tidak terpakai. Sampah diubah menjadi zat yang menarik di tangan siswa kreatif. Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri 1 Subah Saefudin mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan potensi diri sesuai dengan bakat dan minatnya. “Padahal, ketika siswa diberi tempat untuk mengembangkan potensinya berdasarkan bakat dan minatnya, lahirlah sebuah inovasi. Diharapkan nantinya bisa melahirkan generasi muda yang luar biasa dan berguna di masa depan,” jelasnya. Saefudin menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mencapai jenjang P5 yang telah diselesaikan oleh seluruh siswa X di sekolah ini. Kostum tradisional disertakan tidak hanya untuk mengekspresikan kreativitas. Namun sebagai upaya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan. “Semua pakaian dibuat dari sampah daur ulang seperti koran, bungkus kopi, plastik, karung beras dan masih banyak lagi,” jelasnya. Salah satu peserta fashion show, Angga Eka, mengenakan busana daur ulang bertemakan kecintaan terhadap budaya Indonesia. Pakaiannya terbuat dari sampah plastik dan kardus. Ide awalnya hanya memikirkan pakaian tradisional di Indonesia, memilih plastik karena bahan dasar plastik ini adalah sampah yang tidak dapat terurai. “Jadi, sebisa mungkin kita harus mengurangi penggunaannya dengan mengubahnya menjadi pakaian,” pungkasnya.  

Serunya Menikmati Kuliner Jadul di Tengah Hutan Jati Wonosoco Kudus

Hutan Jati Wonosoco

KUDUS – Nuansa bersantap di restoran dengan warung sederhana berlatar belakang laut, gunung, dan sawah kini tengah populer di seputaran bisnis kuliner. Tempat makan seperti ini kini sering dipadati tamu, baik tua maupun muda. Namun, pernahkah Anda merasakan sensasi bersantap di tengah hutan jati? Suasana rindang khas pohon jati dengan tinggi dan ukuran yang sama bisa menambah kenyamanan bersantap di sini. Kulinernya pun bukan sembarang kuliner, makanan yang disajikan juga cukup jadul atau kuliner tempo dulu. Jika ingin merasakannya maka pergilah ke Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Setiap Minggu Legi menggelar Pasar Sarwono di tengah hutan jati Alas Sewu Wonosoco. Sar sendiri merupakan singkatan dari pasar dan wono artinya hutan atau rimba. Ada puluhan warung makan yang menjajakan makanan tradisional di sini. Mulai dari getuk, dawet, bubur sumsum hingga masakan jaman dulu lainnya. Hanya dengan merogoh kocek Rp 7.000, pengunjung sudah bisa masuk dan menikmati makanan enak di sini sambil menikmati rindangnya hutan jati Wonosoco yang dikelola oleh BUMDes Wonorekso. Saat masuk, pengunjung bisa menukarkan tiket dengan koin kayu sebagai sarana jual beli makanan. “Pembayaran harus dalam bentuk koin, nilai nominalnya Rp 2.000, pengunjung bebas menukarkan uang berapapun, nanti kalau ada sisa bisa ditukarkan kembali ke nominal uang rupiah,” kata Direktur BUMDes Wonorekso Haji Asrori, dikutip dari murianews.com, Minggu (19/2/20223). Ia mengungkapkan, pasar Sarwono sebenarnya tergolong baru. Tujuannya sendiri untuk meramaikan Alas Jati, salah satu potensi wisata desa ini. Hingga saat ini, stand kuliner yang ada di area ini sebanyak 16 lapak. “Kalau wisata hutan jati sudah berjalan selama enam bulan, tapi kalau pasarnya memang baru tiga kali jalan. Saat ini sudah ada 16 lapak dengan hidangan jadul yang bisa dicicipi pengunjung,” lanjutnya. Seiring waktu, pasar ini diharapkan dapat menarik minat banyak masyarakat. Oleh karena itu, pada setiap hari Minggu Legi, Pasar Sarwono dapat dipadati wisatawan lokal Undaan dari luar kelurahan. “Kami ingin memperkenalkan pasar ini kepada masyarakat luas, mudah-mudahan nanti bisa meluas menjadi tempat bermain anak-anak dan kegiatan lainnya,” tutupnya.  Foto dok. Beta News