Jowonews

Berikut Nama Desa Jawa Tengah Dari Sayur dan Buah

Nama Desa Jawa Tengah Dari Sayur dan Buah

Nama desa Jawa Tengah dari sayur dan buah memang menarik untuk disimak. Nama desa yang unik seringkali mudah diingat. Jawa Tengah memiliki ribuan desa yang tersebar di berbagai daerah. Beberapa desa ini memiliki nama yang unik. Nama beberapa desa berasal dari sayuran atau buah-buahan. Berikut adalah urutan nama desa Jawa Tengah dari sayur dan buah : Desa Bawang Desa Bawang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bawang, Provinsi Batang. Nama Desa Bawang sudah terbentuk sejak zaman dahulu. Desa Bawang terkenal dengan produknya yang disebut daun bawang. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Bawang adalah petani dan buruh tani. Selain Kecamatan Bawang, Desa Bawang juga terletak di Kecamatan Blado, Provinsi Batang. Desa jagung Desa Jagung berada di Kecamatan Kesesi, Pekalongan. Dalam kehidupan sehari-hari, jagung dikenal sebagai tanaman penghasil karbohidrat selain beras dan gandum. Jagung juga digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah. Desa Semanggi Desa Semanggi terletak di Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Masyarakat mengenal semanggi sebagai tumbuhan yang termasuk dalam kelompok paku air. Morfologi vegetatif genus ini unik, karena bentuknya menyerupai payung yang terdiri dari empat daun yang berseberangan. Semanggi bisa dijadikan sayuran hijau yang kaya serat dan sangat bergizi. Sayuran ini banyak dikonsumsi sebagai lalapan, salah satunya digunakan sebagai pelengkap nasi pecel. Rasanya sama enaknya dengan sayuran pada umumnya. Desa Kangkung Desa Kangkung terletak di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Desa ini luasnya sekitar 515,00 hektar. Desa Kangkung sebagian besar merupakan area persawahan. Jarak dari desa Kangkung ke pusat kecamatan sekitar 28 km dengan waktu tempuh 90 menit. Dalam kehidupan sehari-hari, kangkung merupakan sayuran yang populer. Desa Jambu Nama sebuah desa di Jawa Tengah dari sayuran dan buah-buahan, Desa Jambu adalah salah satu desa di Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Letak geografis wilayah desa Jambu berada di sebelah utara ibu kota Kabupaten Jepara. Jarak ke ibukota kabupaten sekitar 10 km atau 30 menit. Secara topografi, Desa Jambu merupakan desa pesisir. Desa Pelem Desa Pelem adalah sebuah desa di Kabupaten Simo, Kabupaten Boyolali. Jarak dari desa Pelem ke ibukota kabupaten sekitar 25 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Luas desa ini sekitar 75% datar sampai berbukit, sementara 25% lainnya berombak sampai berbukit. Desa Belimbing Nama desa Jawa Tengah dari sayur dan buah lainnya adalah Desa Blimbing. Desa ini terletak di Kabupaten Mandiraja, Provinsi Banjarnegara. Secara geografis Desa Blimbing berbatasan dengan Desa Panggisari, Desa Candiwulan dan Desa Kertayasa, Desa Purwasaba. Desa Kedondong Nama desa di Jawa Tengah yang berasal dari sayur dan buah-buahan ini adalah Desa Kedondong di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Desa ini terletak di kaki gunung Slamet dengan pertanian yang sangat subur. Sungai Pelus mengalir sebagai sumber air. Desa Kedondong juga berada di Kabupaten/Kecamatan Demak. Desa Manggis Desa Manggis terletak di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes. Desa Manggis letaknya strategis karena berada di jalur menuju Bumiayu dan kota besar lainnya, sehingga desa ini menjadi desa yang populer di kalangan wisatawan. Desa Manggis juga berada di Kabupaten Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa Manggis juga berada di Kecamatan Tulis, Provinsi Batang. Desa Jeruk Nama sebuah desa di Jawa Tengah dari sayuran dan buah-buahan, Desa Jeruk di Kabupaten Bogorejo, Kabupaten Blora. Desa terkecil kedua di kabupaten Bogorejo setelah desa Karanganyar, desa Jeruk memiliki dua RW. RW 1 utara Jalan Jatirogo. Sedangkan RW 2 terletak di selatan Jalan Jatirogo. RW 1 terdiri dari 5 RT dan RW 2 terdiri dari 3 RT Desa Gayam Desa Gayam terletak di Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora. Berdasarkan cerita turun temurun, nama desa Gayam diambil dari nama pohon Gayam di dekatnya 

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran, Teksturnya Lembut dan Gurih

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran, Teksturnya Lembut dan Gurih

Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran merupakan salah satu kuliner legendaris Ungaran yang masih bertahan hingga saat ini. Bahkan kuliner ini dari waktu ke waktu semakin berkembang dan diminati pelanggan. Terdapat berbagai jenis sate di Indonesia, setiap daerah memiliki khas sendiri dalam pengolahan satenya. Ada sate meranggi dari Purwakarta, sate suruh di Salatiga, sate taichan dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu, zaman yang semakin modern namun terdapat olahan sate yang sudah lebih dari setengah abad memanjakan lidah para pengunjungnya yang masih bertahan hingga kini. Sate Sapi Pak Kempleng Bu Hartini sangat legendaris, rasanya cenderung manis dan sedikit gurih khas sate sapi yang manis. Dagingnya disajikan dengan potongan besar namun tidak keras, bahkan sangat jarang daging yang terselip di gigi. Tingkat kematangannya medium well yang masih terasa juicy. Sate sapi Pak Kempleng disajikan dengan saus kacang, isrisan lombok, serta bawang merah yang ditempatka secara terpisah (tidak lagsung disiram pada satenya). Seporsi sate sapi Pak Kempleng dapat dinikmati dengan sepiring nasi atau lontong, dapat dipilih sesuai selera. Sudah banyak pesohor negeri ini yang berkunjung ke Sate Sapi Pak Kempleng, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengatakan bahwa sate sapinya spesial. Sejarah Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran Sate Sapi Pak Kempleng dimulai oleh Pak Kempleng yang memiliki nama asli Sakimin pada tahun 1946. Pada saat itu, Sakimin berjualan berkeliling dengan pikulan di pemukiman sekitar Ungaran dan Babadan pada malam hari dan berakhir di alun-alun Ungaran yang saat ini sudah menjadi Gedung DPRD Ungaran. Asal usul nama “Kempleng” yang saat ini sudah dipatenkan, konon berasal dari kebiasaan Sakimin memiringkan kepala (kempleng) saat menjual sate sapi dengan berkeliling di sekitaran alun-alun Ungaran. Pada buku Peta 100 Tempat Makan Khas Daerah di Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang (2008) menyatakan, sate sapi Pak Kempleng adalah hasil rintisan puluhan tahun Pak Kempleng menjajakan sate sapi di Ungaran dengan angkringan. Pak Kempleng keluar masuk gang di kota kecil berhawa dingin itu untuk menawarkan sate sate sapi kepada pelanggannya. Setiap malam, perjalanan Pak Kempleng selalu berakhir di alun-alun Ungaran hingga akhir hayatnya. Semenjak Pak Kempleng tiada, sempat terjadi kekosongan alias tidak ada generasi penerus yang meneruskan usaha Pak Kempleng berjualan sate sapi. Padahal saat itu sate sapi Pak Kempleng sudah cukup populer dan memiliki banyak pelanggan. Sakimin wafat meninggalkan nama besar sate sapi Pak Kempleng. Namun, salah satu anak Sakimin bernama Sumorejo berinisiatif untuk meneruskan usaha ayahnya. Sumorejo mulai berjualan sate sapi dan memulainya dari nol alias berjualan keliling seperti ayahnya dengan modal nama besar sate sapi Pak Kempleng yang sudah terkenal. Hadirnya Sumorejo berjualan sate sapi, mengobati rindu orang-orang yang selama ini telah menjadi pelanggan sate sapi Pak Kempleng. Sekitar 1986 Sumorejo menyewa sebidang lahan di pinggir jalan raya Ungaran untuk berjualan sate sapi, setelah sempat membuat warung tenda di alun-alun Ungaran. Hingga saat ini sate sapi Pak Kempleng 1 yang dirintis Sumorejo diteruskan oleh anaknya, Hamzah. Hingga saat ini, eksistensi sate sapi Pak Kempleng duteruskan oleh anak, cucu, dan keponakannnya. Terdapat rumah makan 1, 2, 3, 4, yang menjual sate sapi Pak Kempleng dan semua berada di ruas jalan Diponegoro, Ungaran, serta ada juga cabang di Jakarta. Keunikan Sate Sapi Kempleng Wajar saja jika sate sapi Pak Kempleng bisa bertahan hingga saat ini. Salah satu rahasianya adalah tetap mempertahankan kualitas bahan dan rasa. Pada dasarnya, metode pembuatannya biasa saja. Daging diungkep di bumbu-bumbu rempah ketumbar, merica, gula aren. Bahan yang digunakan hanyalah bagian has dalam, sama dengan penggunaan daging dalam hidangan steak. Daging segar dipotong pagi, bagian has dalam saja, pisah dengan lemak. Kemudian daging tersebut tidak langsung dicuci bersih agar tidak merusak aliran darah di pembuluhnya dan dipotong secara menyamping, mengikuti serat-serat atau urat daging. Inilah rahasianya agar daging tidak alot dan mudah digigit. Setelah pemotongan, barulah sate diungkep dalam bumbu yang mengandung gula aren asli. Ramuan inilah yang membuat dagung bercita rasa khas. Jika sedang berkunjung ke Ungaran, jangan sampai melewatkan untuk mencicipi sate sapi Pak Kempleng ini di Jalan Diponegoro No. 274, Ungaran, Kabupaten Semarang mulai pukul 09.00 – 21.00 WIB. Untuk satu porsi sate sapi Pak Kampleng berisi 10 tusuk dijual seharga Rp 55.000. Juga bisa dipesan satuan dengan harga Rp 5.500 per tusuk untuk tiap jenis sate. Terdapat juga menu olahan lain seperti sate kambing dengan sambal kecap, sate ayam, gulai sapi, gulai kambing, tongseng sapi, tongseng kambing, dan sup iga, juga gongso.

Jateng Harus Raih Target Opini WTP dari BPK

Jateng Harus Raih Target Opini WTP dari BPK

JAKARTA – Pemprov Jateng mampu meraih 11 kali opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas laporan keuangannya. Untuk itu, pemprov perlu menyiapkan kembali secara serius agar opini WTP tersebut dapat terus diraih. Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Sukirman usai mengikuti acara ‘Entry Meeting Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah 2022’ di Kantor BPK RI, Jakarta Pusat, Kamis (9/2/2023). Disana, ia hadir bersama Sekda Provinsi Jateng Sumarno. Ia mengatakan, saat acara berlangsung, BPK RI memberikan beberapa arahan berupa sinkronisasi regulasi yang diterapkan BPK ke pemerintah daerah. Selain itu, BPK juga menyerahkan surat tugas pemeriksaan laporan keuangan Tahun Anggaran 2022 yang harus dilaksanakan pemerintah daerah. “Acara ini dilakukan BPK agar saat pemeriksaan ke daerah nantinya lebih terkonsolidasi dan rapi. Daerah pun mendapat arahan yang jelas saat menyiapkan dokumen-dokumen dalam pemeriksaan nantinya,” terangnya. Sebelumnya, saat memberikan sambutan, Auditor Utama Keuangan Negara V BPK Slamet Kurniawan menjelaskan ‘entry meeting’ itu sebagai penanda dimulainya pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2022. Pertemuan tersebut merupakan bentuk komunikasi pemeriksaan yang bertujuan untuk menjalin komunikasi awal antara tim pemeriksa dengan entitas yang diperiksa dan mewujudkan kesamaan persepsi terhadap pelaksanaan pemeriksaan. “BPK berharap komunikasi antara pemeriksa dan pihak yang diperiksa dapat terlaksana secara efektif. Auditur berhak mendiskusikan temuan dengan tim pemeriksa dan memberikan klarifikasi atas bukti-bukti sehingga jelas dan valid agar tidak ada perbedaan pendapat terkait temuan pemeriksaan untuk memudahkan tindak lanjutnya,” kata Slamet dalam sambutannya. “Tujuan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Adapun output yang dihasilkan dari kegiatan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah Laporan Hasil Pemeriksaan BPK yang akan disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD selambatnya-lambatnya dua bulan setelah BPK menerima laporan keuangan dari Kementerian, Lembaga, atau pemerintah daerah,” paparnya.

Kemiskinan Jateng Jadi Sorotan DPRD

Kemiskinan Jateng Jadi Sorotan DPRD

SEMARANG – Penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah menjadi sorotan DPRD dalam acara ‘Musrenbang 2023 untuk penyusunan Rencana Pembangunan Daerah 2024 – 2026.’ Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua DPRD Sukirman saat memberikan sambutan, Jumat (3/2/2023) di Gedung Gradhika Bhakti Praja.  “Dalam konteks kemiskinan, dalam program yang sudah dicanangkan oleh Gubernur Jateng, kepala daerah bisa lebih detail mendata seluruh warga-warga yang miskin. Mungkin memang agak sedikit kerepotan, harapannya angka kemiskinan dapat kita turunkan,” ungkap politikus PKB itu. “Kami berharap soal kemiskinan dan keamanan wilayah menjelang Pilkada serentak dapat menjadi isu strategis dan menjadi kebijakan prioritas pembangunan dalam RPD 2024 – 2026. Jadi hal tersebut bisa benar-benar menjadi kerangka pikir perjuangan kita bersama,” tandasnya. Dalam acara musrenbang tersebut, dia juga menyampaikan dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024 – 2026 masih ditemukan beberapa target sama, bahkan ada yang menurun dari tahun sebelumnya. Untuk itu beberapa masih harus dikoreksi supaya menjadi semakin baik lagi. “Sebagai contoh, kemiskinan tahun 2024 dan 2025 ditargetkan sama dalam dokumen RPD di tahun 2024-2026 yaitu 9,06 sampai 8,96%. Selanjutnya indeks kualitas lingkungan hidup ditargetkan sebesar 66,28 sampai 66,30. Dimana target tersebut lebih rendah dari capaian tahun 2022 sebesar 67,53,” ungkapnya. Selain itu, dalam bidang politik, DPRD juga telah memfokuskan untuk pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2024 baik pemilu Presiden, DPR-RI, DPRD maupun Kepala Daerah. Sehingga kondusivitas salah satu wilayah menjadi perhatian untuk RPD 2024 – 2026, RKPD Provinsi Jateng 2024 untuk menjadikan kehidupan masyarakat aman, damai, dan bersatu. Beberapa permasalahan masih perlu didiskusikan kembali dalam forum-forum berikutnya. Sehingga penyampaian kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2024 dapat terlaksana semaksimal mungkin.

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga, Kelezatan Rasa Dari Tampilannya Yang Sederhana

Getuk Kethek Salatiga merupakan kuliner tradisional yang terbuat dari adonan singkong yang kini menjadi salah satu komoditas saat orang berkunjung ke kota berhawa sejuk ini. Nama Getuk Kethek lebih kondang ketimbang nama/merek aslinya, yakni Getuk “Satu Rasa”. Getuk yang diproduksi di sebuah rumah di Jl. Agrotunggal, Kampung Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah itu tetap kondang sebagai salah satu kekayaan kuliner khas Salatiga. Sejarah Getuk Kethek Salatiga Gethuk Kethek Satu Rasa Salatiga sudah ada sejak tahun 1980. Gethuk yang diproduksi secara tradisional ini masih bertahan hingga saat ini. Disebut gethuk kethek, karena pembuat gethuk ini memiliki seekor monyet peliharaan di depan rumah. Maka orang menamakannya gethuk kethek sebagai penanda lokasi. Saat awal produksi, getuk kethek dikemas menggunakan daun pisang. Kemudian menjadi kertas koran, kertas minyak, dan sekarang menggunakan kardus yang sudah ada mereknya. Kesan tradisional inilah yang selalu dicari pelanggan. Cara membuat/resep Getuk Kethek Pada umumnya bahan utama gethuk kethek ini adalah singkong. Cara pembuatannya sangat sederhana. Singkong yang sudah dikukus kemudian ditumbuk dengan parutan kelapa dan gula hingga tercampur rata. Tambahkan juga sejumput garam dan vanila untuk menambah rasa dan aromanya. Adonan getuk kemudian dicetak menjadi balok-balok kecil. Balok-balok yang sudah dipotong-potong itu kemudian ditempatkan di dalam kotak kardus kecil. Sebuah kotak berisi 20 balok, satu seukuran ibu jari orang dewasa. Keunikan Getuk Kethek Gethuk Kethek dikenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Hal inilah yang membedakan dengan getuk lainnya. Sebab getuk pada umumnya tidak mencampurkan kelapa dengan singkong yang sudah pulen. Biasanya kelapa ditabur di atas getuk. Ratusan kotak setiap hari Biasanya produsen mampu memproduksi ratusan kotak dalam setiap hari. Rata-rata menghabiskan sekitar 150 kg singkong ditambah gula dan kelapa. Penjual mengatakan bahwa musim hujan dan kemarau tetap sama, tidak ada pengaruh Salah satu alasannya adalah cara pembuatan getuk masih dengan cara tradisional, tanpa menggunakan bahan pengawet. Jadi dalam sehari, getuk hanya bisa bertahan hingga enam jam. Getuk yang lebih mudah basi membuat pelanggan hanya membeli dalam jumlah kecil. Rata-rata pelanggan hanya membeli dua kotak. Alamat Getuk Kethek Salatiga Lokasi produksi rumah tangga ini cukup mudah dijangkau. Tepatnya berada di Jalan Argo Tunggal Nomor 9 Salatiga, tak jauh dari Hotel Laras Asri. Masuk lewat jalan kecil setelah lampu merah pertigaan ABC atau di seberang Bakso ABC.

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga ini bisa menjadi salah satu kuliner yang dapat Anda coba saat berkunjung ke Kota di kaki Gunung Merbabu ini. Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan kita. Di beberapa tempat, singkong tak hanya direbus, tetapi juga diolah menjadi berbagai camilan yang enak dan menggugah selera. Salah satunya adalah Gemblong Cotot Salatiga. Sejarah Gemblong Cotot Gemblong Cotot merupakan salah satu produk olahan singkong. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, gemblong terbuat dari tepung beras ketan putih yang diuleni hingga halus dan dibentuk-bentuk seperti bola. Kemudian adonan bulat berbentuk bola tersebut digoreng dan setelah dingin dilumuri dengan larutan gula merah. Di Jawa Timur, gemblong itu disebut Getas. Meski rasanya mirip, Getas terbuat dari beras ketan hitam, sedangkan gembllong terbuat dari beras ketan putih. Namun di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Semarang dan Salatiga, gemblong juga bisa dibuat dari singkong dan biasa disebut dengan gemblong cotot. Dilihat dari namanya, kue tradisional ini memang unik karena kata cotot jika diterjemahkan dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia berarti muncrat atau keluar secara tiba-tiba. Hal ini mungkin karena bahan isi dari kue ini akan terasa keluar ketika kita mengggitnya sehingga kue ini dinamakan demikian. Keunikan Gemblong Cotot Gemblong Cotot khas Salatiga ini memiliki rasa manis karena isiannya adalah gula pasir yang larut/meleleh saat kue digoreng. Selain itu, makanan tradisional ini memang bisa menunda rasa lapar karena makan 4-5 potong saja sudah membuat Anda merasa kenyang seperti makan sepiring nasi utuh. Berdasarkan tinjauan literatur yang telah dilakukan, tidak jelas dari mana sebenarnya gemblong cotot berasal. Namun, dengan memahami nama makanan ini, dapat diasumsikan bahwa asal usul gemblong cotot ini adalah dari Jawa Tengah. Gemblong Cotot D9 Salatiga Saat berkunjung ke Salatiga, Anda dapat mengunjungi Singkong Keju D9 Salatiga untuk merasakan kelezatan gemblong cotot ini. Gemblong cotot ini dapat Anda nikmati langsung di lokasi atau pun dapat Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh. Singkong Keju D9 beralamat di Jl. Argowiyoto No.8A, Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50732. Kuliner ini juga sangat mudah di temui di pasar-pasar tradisional Salatiga. Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mencicipinya?

Sejarah Situs Liyangan, Jejak Mataram Kuno Yang Tertimbun Abu Sindoro

Sejarah Situs Liyangan, Jejak Mataram Kuno Yang Tertimbun Abu Sindoro

Sejarah Situs Liyangan Temanggung begitu menarik digali untuk melihat potret peradaban masa lampau. Situs tersebut diyakini sebagai pemukiman purba penduduk pada masa Mataram Kuno pada abad ke-9 Masehi, yang tertimbun lahar akibat letusan Gunung Sindoro. Situs kuno ini merupakan penemuan arkeologi yang spektakuler dengan area yang luas. Di tempat ini, para arkeolog telah menemukan sisa-sisa rumah, talud, candi, barang rumah tangga kuno, hingga fosil padi. Menurut penelitian Menggali Nilai Kehidupan dalam Situs Liyangan Berbasis Media Audio Visual oleh Dita Apriliya dkk, situs bersejarah ini saat ditemukan berbentuk pelataran atau teran dengan arca-arca bergaya Polinesia. Penemuan ini membuktikan bahwa kawasan tersebut merupakan bekas pemukiman kuno. Setidaknya diyakini terjadi pada abad ke-2 Masehi atau lebih tepatnya sebelum mereka menganut kepercayaan Budha-Hindu. Hingga akhirnya tempat ini terkubur akibat letusan lahar dari Gunung Sindoro yang meletus pada abad ke-11. Beruntung tidak ada korban jiwa dari letusan gunung ini, karena diduga warga setempat menyelamatkan diri dengan membawa harta benda dan ternaknya ke tempat lain. “Mereka dievakuasi sebelum erupsi. Karena kalau mereka terkubur, seharusnya kita bisa menemukan tulang belulang korban erupsi,” kata Joko Dwiyanto, mantan Guru Besar Arkeologi UGM. Ditemukan kembali pada tahun 2008 Tahukah Anda, tempat ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 2008 oleh penduduk setempat. Saat itu, kawasan tersebut tertimbun puing-puing vulkanik akibat letusan dahsyat Gunung Sindoro yang terjadi. Sebelum abu vulkanik letusan menimbung Liyangan, diperkirakan warga sempat memperbaiki bangunan tersebut. Karena saat itu gunung tersebut tidak meletus sekali tetapi berkali-kali. Terlihat adanya perbaikan bentuk pagar batu andesit yang sebelumnya berbentuk persegi menjadi batu bulat. Ada juga tanggul tua untuk mencegah longsoran. “Kemudian ada juga bangunan tua yang rusak diperbaiki dengan material yang sedikit berbeda. Itu kemungkinan rusak akibat bencana alam sehingga perlu diperbaiki berulang-ulang,” jelas Joko. Alat-alat yang ditemukan di situs web Liyangan Sampai saat ini, kawasan bersejarah ini dianggap sebagai peninggalan paling lengkap dari kompleks pemukiman Mataram kuno. Karena tempat ini masih menyimpan jejak-jejak peninggalan masyarakat Mataram kuno mulai dari aktivitas sehari-hari masyarakat, tempat ibadah, hingga areal pertanian penduduk disini saat itu. Selain itu, ditemukan pula bangunan candi, antara lain relief dan beberapa peralatan rumah tangga yang terbuat dari tanah liat, keramik, logam, batu, dan serat kain. Ada kemungkinan keramik-keramik yang ditemukan ini berasal dari ilmuwan China dari Dinasti Tang. “Beberapa perkakas yang kita temukan itu merupakan alat memasak seperti periuk, pecahan tungku, selain itu ada pula mangkuk, kendi, dan lain sebagainya,” kata Kepala Balai Arkeologi Jateng – DIY, Sugeng Riyanto.

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng diambil dari bahasa Jawa kawi yang berarti tempat para dewa berada. Dieng merupakan dataran tinggi yang memiliki banyak kawah aktif hingga saat ini. Dataran Tinggi Dieng yang membentang di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah, merupakan kawasan pegunungan dengan sejarah geologis yang panjang. Proses geologis yang terjadi di sana telah menciptakan kawah dan danau yang tersebar di beberapa tempat. Meski kini dijadikan objek wisata, Dieng sebenarnya merupakan gunung api aktif yang rutin dipantau oleh Badan Geologi. Ahli vulkanologi melaporkan bahwa Dataran Tinggi Dieng terjadi 3,6 juta tahun yang lalu sekitar 2.500 tahun yang lalu. Di Dieng, terjadi fase letusan Gunung Prau yang disusul letusan di kawasan kaldera. Serta yang termuda dimulai 8.500 tahun yang lalu ketika terjadi letusan gunung api berbentuk kerucut di selatan Dieng. Masyarakat umum mengenal Dieng sebagai tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah bak surga. Dihimpun dari berbagai sumber, asal usul nama Dieng berasal dari bahasa Jawa Kawi yang terdiri dari dua kata. Yaitu, Di berarti tempat atau gunung dan Hyang berarti Tuhan. Jadi, Dieng secara harfiah berarti Gunung tempat para Dewa berada. Para ahli mengatakan bahwa Dieng bukanlah gunung api yang mengacu pada satu gunung api. Namun kompleks vulkanik yang mengarah ke kawasan Dieng ini merupakan rangkaian gunung api yang tercipta dari magma bawah tanah dalam jumlah besar. Dari citra satelit, kawasan Dieng terlihat seperti massa vulkanik besar yang hancur akibat letusan. Ini kemudian membentuk puncak gunung api baru di sekitar gunung api tua di tengah Cekungan Dieng. Gunung Api Dieng terbentuk dari subduksi lempeng samudera Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Sundaland. Gunung api Dieng terbentuk dari masa Pleistosen (2,58 juta tahun yang lalu) hingga Holosen. Meski merupakan gunung api, potensi bencana tidak terjadi berupa letusan, lelehan lahar, maupun hujan abu. Ancaman utama terletak pada rangkaian kawah aktif yang mengeluarkan gas belerang dengan konsentrasi tinggi. Kawah Dieng Beberapa kawah yang masih aktif di Dieng adalah kawah Sinila, Sikidang, Sileri dan Timbang. Dari sederet kawah, Dinas Geologi menyebut Timbang adalah yang paling berbahaya karena mengandung gas beracun dalam jumlah besar. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Kawah Timbang memiliki retakan berisi gas berbahaya. Jika aktivitas meningkat, kawah akan mengeluarkan gas berupa hidrogen sulfida dan karbon dioksida yang bersifat racun dan membahayakan kehidupan organisme. Lokasi kawah ini cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, aktivitasnya saat ini terus mendapatkan perhatian.