Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

Banyak Jamaah Haji Tertunda, Pemprov Harus Proaktif

DPR: Sulitnya Turunkan Biaya Haji
DPR: Sulitnya Turunkan Biaya Haji
DPR: Sulitnya Turunkan Biaya Haji

SEMARANG, Jowonews.com – Banyak persoalan masih mengiringi pemberangkatan calon jamaah haji dari jateng ke tanah suci Mekah. Mulai dari masalah visa, hingga penggabungan kloter yang menyebabkan kehilangan barang bagi jamaah yang diberangkatkan di Mekah. Pemprov Jateng melalui Biro Bina Mental (Bintal) Setda Jateng diimbau proaktif dalam membantu kesulitan tersebut.

Anggota Komisi A DPRD Jateng Ali Manshyur yang langsung mengawal di Mekah mengatakan, dampak dari tertundanya visa mengakibatkan banyak kekacauan. Sampai jadwal pemberangkatan jamaah haji ke Mekah, karena adanya perubahan sistem oleh pemerintah Arab Saudi, banyak visa yg belum jadi.

Politikus Partai Nasdem itu mengatakan dampaknya antara lain jamaah haji yang visanya belum keluar ditinggal di asrama haji sampai visa kelua. Kemudian, kekosongan kursi pesawat digantikan oleh jamaah kloter berikutnya yakni pada Kloter I terdapat ada 18 orang yang visanya belum keluar. Bahkan, ada yang suaminya sudah dapat visa namun isterinya belum, dan terpaksa harus berangkat secara terpisah.

“Total ada 25 orang yang harus ditinggal, dan diisi oleh jamaah dari kloter 2. Kloter 2 digabungi dari Kloer 3 sekitar 40 orang, karena sudah berangkat bersama Kloter 1, dan karena juga jamaah visanya belum keluar. Selanjutnya pemberangkatan Kloter 3 juga demikian,” ungkap Ali.

Kebijakan Kemnterian Agama, lanjutnya, jamaah yang digabungkan ke Kloter lain, baru akan dikembalikan ke Kloter aslinya pada saat di Mekah. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan agar setiap jamaah haji dapat melaksanakan sholat arbain di Masjid Nabawi yang membutuhkan sekitar sembilan hari tinggal di Madinah.

Kemunculan masalah lain dari keterlambatan visa, kata Ali, penggabungan jamaah dengan bukan kloter aslinya berdampak pada hubungan antar jamaah. Jamaah harus beradaptasi secara sosial maupun dalam amal ibadah karena sebelumnya sudah bermanasik haji bersama.

BACA JUGA  Jateng Borong 22 Penghargaan Awarding Top 99 Inovasi Pelayanan Publik

“Karena berubah kelompoknya, yang sudah direncanan secara matang di tanah air, menyangkut regu dan rombongan jadi harus beradaptasi lagi,” tegas Ali.

Pemberangkatan jamaah yang mengalami perubahan itu, terang Ali, juga mengakibatkan beberapa tas koper jamaah  ada yang tertinggal, dan terkirim ke pemondokan kloter lainnya. Bahkan, ada juga jamaan yang tas kopernya sudah tiba di Madinah, namun jamaah tersebut masih di Asrama Donohudan. “Karena visanya belum turun,” timpal Ali.

Berkaitan dengan pemondokan di Madinah, Ali memantau secara umum cukup representatif. Jarak tempuh pemondokan di Madinah cukup dekat antara 200 meter hingga 1,5 Km dari Masjid Nabawi.

“Permasakahannya adalah satu kloter, tidak mesti ditempatkan dalam satu pemondokan. Misalnya Kloter 1 dibagi dua maktab (pemondokan), bahkan ada satu kloter yg dipisahkan dalam 3 maktab yang berjauhan. Hal ini menyulitkan koordinasi Petugas Haji yakni Ketua Kloter dan lainnya,” urai Ali.

Ali mendapati ada satu jamaah dari Kloter 6 yang kehilangan tas paspor, dan kehilangan seluruh living cost. Pada tahun sebelumnya, jamaah yang kehilangan barang mendapat santunan dari Pemprov Jateng. Namun, tahun ini rupanya Biro Bintal Setda Jateng tak menganggarkan untuk hal tersebut.

“Kata salah satu staf, karena kesulitan untuk menempatkan anggaran itu dalam nomenklatur APBD Provinsi. Bahkan Biro Bina Mental menyampaikan, bahwa ada dana santunan untuk membantu jamaah yang kehilangan living cost, namun ternyata kebijakan tersebut dipending. Untuk itu kami minta Kepada Bapak Gubetnur memberikan solusi terhadap masalah tersebut,” tandas Ali. (JN01)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...