SEMARANG,Jowonews.com – Gagal mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP, sejumlah bakal calon (balon) walikota/wakil walikota Semarang dikabarkan mulai bangrut. Pasalnya, untuk melakukan sosialisasi dan proses penjaringan, penyaringan, balon walikota/wakil walikota dikabarkan telah menghabiskan ratusan juta rupiah.
Namun dekikian, kabar itu dibantah keras oleh Widhi Handoko dan Dewi Budiharjo. Dimana keduanya memang ikut proses penjaringan dan penyaringan di PDIP dan akhirnya ngagal mendapatkan rekomendasi.
“Tidak benar jika saya mengeluarkan dana sosialisasi sebesar Rp.800 juta. Itu salah. Yang benar adalah Rp.80 juta,” tegas Widhi Handoko, Kamis (30/7)
Menurutnya, diawal masa pencalonan untuk mendapat rekomendasi dari DPP PDIP, dirinya memang sempat didekati oleh beberapa Event Oragnizer (EO). Dengan proposal lengkap beserta nilai nominal yang harus ia bayarkan. Salah satu EO menawarkan anggaran mencapai Rp.800 juta tersebut.
“Saya tolak karena nilainya sangat besar sekali. Sehingga saya memakai EO yang lebih terjangkau nilainya, yakni senilai Rp.80 juta,” tambahnya.
Nilai Rp.80 juta tersebut lantas dimanfaatkan untuk pemasangan beberapa baliho.
Sementara, balon wakil walikota Dewi Budiharjo yang juga gagal mendapat rekomendasi DPP PDIP juga mengaku tidak banyak mengeluarkan dana. “Saya malah lebih banyak dibantu oleh rekan media yang banyak meliput kegiatan saya dilingkup sosial kaum marjinal. Sehingga tak terlalu banyak mengeluarkan dana sosialisasi,” jelasnya.
Dana yang dikeluarkannya terpaut sedikit dibawah Widhi Handoko, yakni Rp.70 juta. Dana tersebut digunakan untuk aksi sosial yang memang bertepatan dengan pendaftaran rekomendasi balon. Baginya, itu hanya sebuah dana rutin yang biasa ia keluarkan ditiap kegiatan sosialnya.
“Saya tak pernah woro-woro atau memasang atribut sosialisi. Saya bersyukur sedikit banyak tetap masih ada yang mengenali saya,” tandasnya.
Widi dan Dewi sepakat tidak akan mempersoalkan, meski tidak dapat rekomendasi DPP PDIP. Kini Widhi Handoko malah dipercaya sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Hendi – Ita mendampingi Supriyadi. Sedangkan Dewi Budiharjo tetap konsisten dengan kegiatan sosialnya menangani pemasalahan kaum marjinal dari sisi pendidikan, sosial dan budaya. Terutama anak-anak yang ada di Kota Semarang. (JN01))