Jowonews

Logo Jowonews Brown

Harga Kedelai Impor Melonjak, Produsen Tahu Tempe Kurangi Pembelian

KUDUS, Jowonews.com –– Permintaan kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menurun menyusul tingginya harga jual komoditas tersebut seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

“Sejak terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, harga jual kedelai impor memang berfluktuasi,” kata Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma`ruf di Kudus, Jumat.

Pada akhir Agustus 2018, kata dia, harga jual kedelai impor masih Rp7.000 per kilogram.

Namun, lanjut dia, seiring terjadinya fluktuasi nilai tukar dan saat ini nilai tukar rupiah melemah hingga mendekati Rp15.000 per dolar, harga jual kedelai juga ikut naik menjadi Rp7.500/kg.

Akibatnya, kata dia, sejumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus mengurangi jumlah pembelian kedelai impor karena harga jual tahu maupun tempe di pasaran juga belum naik.

“Jika sebelumnya permintaan bisa mencapai 20 ton per hari, kini hanya berkisar 15 ton per hari,” ujarnya.

Meskipun terjadi lonjakan harga, katanya, stok kedelai impor tidak ada permasalahan.

Untuk stok kedelai impor yang tersimpan di gudang saat ini berkisar 50 ton dan masih bisa ditambah sesuai kebutuhan.

Pengrajin tahu dan tempe juga bisa membeli kedelai lokal yang saat ini sudah tersedia.

Stok kedelai lokal yang tersedia saat ini berkisar 20 ton, namun harga jualnya juga tinggi karena mencapai Rp7.300 per kilogram.

Akibatnya, lanjut dia, permintaan kedelai lokal juga minim karena harganya hampir sama dengan kedelai impor.?

Daerah yang selama ini menjadi pemasok kedelai lokal, yakni Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, Kabupaten Jember dan Lamongan.

Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kudus.(jwn5/ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...