SALATIGA, Jowonews.com– Potensi pasar tradisional di Kota Salatiga yang selama ini ikut andil besar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat ternyata belum digarap secara serius oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi B, M. Miftah saat dihubungi wartawan, Rabu (30/12).
Menurut dia, kondisi pasar-pasar tradisional di Salatiga masih belum representatif. “ Banyak pasar tradisional di Salatiga yang kondisinya merana. Sebagai contoh Pasar Jetis, Pasar Rejosari, Pasar Andong dan sebagainya. Hal ini membuktikan belum mendapat perhatian yang serius dari Pemkot,” ungkap politisi PKB ini.
Bahkan Pasar Rejosari yang terbakar sejak tahun 2008 silam, lanjut diam hingga kini juga tidak ada kemajuan. Bila pemerintah daerah serius dengan program kemandiriannya, maka pembangunan pasar itu mestinya sudah selesai dibangun.
Ia mencontohkan, pasar-pasar tradisonal di Kabupaten Boyolali yang kondisnya jauh lebih baik dari Salatiga.
Menurut Miftah, melihat kondisi pasar tradisional yang ada saat ini, maka secara bertahap pasar-pasar itu harus direvitalisasi dengan dana APBD, sehingga membuktikan keberpihakan Pemkot terhadap masyarakat ( pedagang) kecil. Dan juga mendukung program Pemkot Salatiga sebagai kota perdagangan dan jasa.
“Keberadaan pasar dan pedagang tradisional tersebut harus dipandang sebagai aset, bukan sebagai masalah,” ujarnya.
Pembangunan pasar tradisional tidak hanya fisiknya belaka, melainkan juga manajerial. “Bagaimana menciptakan pasar tradisional yang bersih, nyaman, dan aman. Jika itu tercapai, maka bisa bersaing dengan pasar-pasar modern yang kini sudah menjamur,” imbuhnya.
Bila pasar tradisonal dibiarkan begitu saja, maka bisa dikatakan mentelantarkan dan akan membunuh pasar itu secara perlahan. “Kita harus menghidupkan ekonomi masyarakat melalui pasar tradisonal, bukan hanya pemilik modal saja. Karena justru pasar tradisonal itulah yang kebal dari segala krisis ,” tadasnya. (JN01/JN03)