Jowonews

Luapan Banjir Bercampur Tanah Resahkan Masyarakat di Karangtengah Cilongok

Banjir Desa Karangtengah

PURWOKERTO – Hujan dengan intensitas yang lumayan tinggi menimbulkan banjir di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Beruntung walaupun banjir lumayan deras, luapan air tidak masuk ke dalam rumah penduduk. Akan tetapi, masyarakat berharap segera ada tindakan dari pemerintah terkait peristiwa tersebut, Kamis( 22/ 9/ 2022). Ripto Sudarmo, salah seorang warga Desa Karangtengah menarangkan, sesaat sebelum terjadi banjir, hujan dengan intensitas yang lumayan tinggi berlangsung sejak pukul satu siang.“ Sesudah hujan deras, air meluap dari selokan itu, hingga saat ini hujan masih cukup deras di sini,” terangnya, dikutip dari serayunews.com. Walaupun banjir yang bercampur dengan tanah tersebut, tidak masuk hingga ke dalam rumah. Tetapi, masyarakat berharap terdapat tindakan dari pemerintah terhadap perihal tersebut. “Baru kali ini terjadi, dari dulu di sini tidak pernah banjir,” ungkapnya. Sementar itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho mengatakan, saat ini timnya tengah mengarah ke lokasi bencana guna melihat banjir tersebut. “Sedang ada perbaikan embung di sana, tim kami sedang menuju ke lokasi kejadian,” katanya melalui pesan singkat. Budi juga menarangkan, jalan mengarah tempat wisata Air Terjun CIpendok tersebut sebelumnya juga pernah mengalami banjir pada Rabu( 21/ 9/ 2022). Hal ini merupakan dampak dari rusaknya embung di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak ( BPTU HPT ) yang hingga sekarang masih dalam proses perbaikan.

Curah Hujan dan Penurunan Tanah Akibatkan Banjir

PURWOKERTO, Jowonews- Tingginya curah hujan dan penurunan tanah (land subsidence) menjadi dua faktor penyebab tingginya genangan air hingga menggenangi rumah. “Tingginya genangan hingga masuk ke dalam rumah dapat disebabkan oleh dua faktor,” kata pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto, Ph.D. mengatakan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ahad (28/2). Pertama, kata dia, karena tingginya curah hujan akibat cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim yang turun pada daerah yang semakin kecil tutupan vegetasinya. Kedua, penurunan tanah atau “land subsidence” yang diakibatkan oleh pembangunan yang masif dan eksploitasi air tanah dangkal secara terus-menerus. “Hal itu dapat menyebabkan pori-pori tanah yang sebelumnya terisi oleh air menjadi terbuka. Akibatnya tanah memadat dan turun,” katanya sebagaimna dilansir Antara.. Dengan kedua faktor tersebut, kata dia, rumah yang sebelumnya tidak kebanjiran pada saat dibangun dapat memiliki kemungkinan kebanjiran pada masa yang akan datang. Guna menyikapi hal itu, kata dia, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah meninggikan elevasi lantai dasar bangunan. “Untuk rumah yang sudah terbangun, alternatif solusi yang paling mungkin adalah peninggian lantai bangunan,” katanya.Sementara itu, dia juga kembali mengingatkan pentingnya membuat protokol banjir sebagai acuan yang dapat diterapkan oleh masyarakat saat terjadinya bencana tersebut. “Menurut saya pemerintah perlu membuat protokol banjir, yaitu langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh penduduk jika terjadi banjir,” katanya. Dia menjelaskan protokol banjir tersebut perlu dikemas dengan pesan yang padat dan mudah diingat. “Contohnya bisa seperti protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan menerapkan 3M, pesan yang disampaikan sangat kuat dan mudah diingat masyarakat, hal yang sama dapat dilakukan untuk protokol banjir dan disosialisasikan kepada masyarakat khususnya yang tinggal di daerah rawan banjir,” katanya. Untuk penduduk yang tinggal di daerah banjir, misalnya, penerapan prokes dengan menyediakan peralatan pengungsian, seperti tenda, peralatan masak, makanan instan, dan pakaian untuk 2—3 hari. Kedua adalah langkah untuk penyelamatan dokumen-dokumen penting ketika ada peringatan banjir. Ketiga adalah persiapan untuk mengungsi ke tempat pengungsian yang disediakan pemerintah. “Atau jika belum ada tempat pengungsian yang disediakan maka bisa mencari area publik yang lebih tinggi lokasinya untuk mengungsi sementara menggunakan peralatan pengungsian yang telah disediakan,” katanya.

Banjir, Stasiun Tawang Semarang Belum Bisa Layani Penumpang

SEMARANG, Jowonews- – Stasiun Tawang Semarang belum bisa digunakan untuk melayani aktivitas naik dan turun penumpang kereta api karena masih tergenang banjir akibat hujan deras pada Selasa (23/2). Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro di Semarang, Rabu (24/2) mengatakan, banjir yang menggenangi stasiun di kawasan Kota Lama Semarang itu sudah surut jika di banding hari sebelumnya. “Ketinggian air di peron yang kemarin mencapai 75 cm, hari ini sudah turun jadi 50 cm,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ketinggian air di akses masuk menuju Stasiun Tawang, lanjut dia, juga sudah berkurang di banding sehari sebelumnya. Menurut dia, aktivitas naik dan turun penumpang masih dialihkan di Stasiun Poncol Semarang. “Pelayanan penumpang yang naik atau turun, serta layanan bebas Covid-19 untuk sementara dilayani di Stasiun Poncol,” katanya. Ia menuturkan jadwal perjalanan KA tetap berjalan seperti biasa meski masih ada titik rel yang terendam banjir dengan ketinggian antara 14 hingga 23 cm. “KA tetap beroperasi dengan ditarik lokomotif hidrolik yang khusus digunakan untuk melewati genangan air,” katanya. Ia menjelaskan upaya penanganan banjir ini terus dilakukan dengan mengoperasikan 9 pompa pengendali banjir.

Banjir di Pekalongan, Ketinggian Air Hingga 90 Sentimeter

PEKALONGAN, Jowonews- Banjir melanda Pekalongan akibat hujan deras yang terus mengguyur kota batik itu sejak Jumat pagi hingga petang. Sebanyak 17 kelurahan di tiga kecamatan terendam air dengan ketinggian 30 hingga 90 sentimeter. Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha di Pekalongan, Jumat (19/2), mengatakan saat ini 2.672 warga telah diungsikan ke lokasi yang aman. “Banjir yang melanda Kota Pekalongan memang makin meluas yaitu semula hanya melanda dua kecamatan kini menjadi tiga kecamatan,” katanya. Beberapa lokasi terdampak banjir, antara lain Kecamatan Pasirkratonkramat dengan ketinggian air mencapai 30-90 cm, Tirto (60-80 cm), Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat, Klego, Setono, Poncol, Kauman, Gamer, Kalibaros, Noyontaan (Kecamatan Pekalongan Timur), Panjang Wetan, Panjang Baru, Kandang Panjang, Padukuhan Kraton, Krapyak, Degayu, dan Bandengan (Pekalongan Utara). Dia mengatakan hampir selama tiga minggu terakhir ini banjir masih menggenang permukiman warga, bahkan saat ini makin meluas. Oleh karena itu, pihaknya terus memfokuskan evakuasi pada warga terdampak banjir, khususnya lansia dan balita. Dalam evakuasi terhadap warga terdampak, BPBD dibantu oleh tim SAR, relawan, TNI, dan Polri. “Kami mendapat informasi bahwa di Kelurahan Kandang Panjang ada dua titik yang harus kami bantu evakuasi yakni warga berusia lansia dan balita beserta ibunya. Saat ini mereka sudah dievakuasi dan diungsikan ke tempat pengungsian terdekat yang disediakan pemerintah,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Dimas mengatakan evakuasi yang dilakukan BPBD untuk meminimalkan risiko dampak bencana terhadap masyarakat. “Selama ini proses evakuasi kami prioritaskan untuk orang-orang rentan yakni wanita, ibu menyusul, balita, lansia, dan orang sakit,” katanya.

Pembangunan secara Massif Bukan Akar Masalah Banjir

SEMARANG, Jowonews- Pembangunan secara masif di kota-kota besar bukanlah akar masalah yang menyebabkan di suatu wilayah terjadi banjir sepanjang sesuai dengan RTRW dan memenuhi syarat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) atau UKL-UPL. “Yang menjadi pertanyaan apakah mereka ketika akan membangun, misalnya perumahan, pengurusan amdal atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak,” kata Pakar perumahan Dr.-Ing. Asnawi Manaf, S.T. di Semarang, Senin (15/2). Kepala Pusat Riset Teknologi Inclusive Housing and Urban Development Research Center (IHUDRC) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini mengemukakan hal itu ketika merespons sejumlah pemerhati kota yang berpendapat bahwa akar masalah banjir di sejumlah daerah akibat pembangunan secara masif dan perencanaan tata ruang. Sebelum kepala daerah memberi surat izin perumahan, lanjut Asnawi Manaf, terlebih dahulu melihat hasil evaluasi dokumen lingkungan hidup (DLH) yang disusun oleh pelaku usaha/pengembang perumahan, dalam hal ini adalah amdal atau UKL-UPL. Jika developer sudah mengantongi izin, menurut dia, berarti kegiatan usahanya tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup karena DLH ini menjabarkan pembangunan infrastruktur dan kondisi tanah atau aspek geologis. Selain itu, jenis dampak lingkungan yang mungkin terjadi, baik berupa limbah cair, padat, gas, suara, serta cara pengembang (developer) untuk mengelola dan memantau kegiatan usahanya agar dapat menekan potensi risiko kerusakan lingkungan akibat pembangunan perumahan itu. Asnawi mengemukakan bahwa setiap pembangunan tentu ada eksternalitas negatifnya, kemudian hal ini perlu ada hitung-hitungannya, misalnya membuat kolam retensi, membuat biopori, atau banyak sekali solusinya. “Itu semua ada di amdal atau UKL-UPL,” kata Asnawi sebagaimana dilansir Antara. Menurut dia, tidak hanya mengantisipasi banjir, tetapi juga terkait dengan kemacetan arus lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan perumahan. Kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan itu tertuang dalam bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas (amdal lalin). Ia menegaskan pembangunan itu tidak ada masalah. Akan tetapi, apakah proses perizinan melalui proses amdal atau UKL-UPL serta amdal lalin itu secara murni atau sebaliknya. “Mari kita cermati, kita audit seperti apa sih sistem implementasi pembangunan itu diterapkan di dalam perizinan kita,” kata Kepala IHUDRC Undip Asnawi Manaf.

Pascabanjir, Listrik di Semarang Pulih 100 %

SEMARANG, Jowonews- PLN telah berhasil memulihkan aliran listrik masyarakat yang terdampak banjir di Kota Semarang 100 persen. Sebelumnya, hujan lebat pada Sabtu (6/2) dini hari menyebabkan banjir di beberapa titik di Kota Semarang. Akibatnya sebanyak 1.069 gardu distribusi terdampak, sehingga dengan alasan keselamatan, PLN terpaksa menghentikan sementara aliran listrik warga yang terdampak banjir. “Kami mohon maaf kepada warga yang sempat terdampak aliran listriknya. Alhamdulillah, hari ini (13/2), pukul 12.00 WIB listrik sudah kembali normal 100 persen berkat kerja keras petugas PLN, 64.840 pelanggan yang terdampak sudah dapat kembali menikmati listrik,” kata General Manager PLN UID Jateng & DIY Feby Joko Priharto. Feby menjelaskan pemulihan aliran listrik dilakukan setelah petugas PLN di lapangan memastikan keadaan di sekitar instalasi sudah kering dalam kondisi aman. Dalam beberapa hari ke depan, PLN akan terus memantau kondisi di daerah tersebut guna mengantisipasi kemungkinan naiknya kembali debit air. “Meskipun sudah surut, kita tetap perlu siaga akan adanya banjir susulan yang berpotensi membahayakan, kami tetap meminta warga tetap waspada dan memastikan instalasi di rumah maupun peralatan elektronik betul-betul kering dan bersih sebelum digunakan demi menjaga keselamatan dan keamanan bersama,” tutup Feby sebagaimana dilansir Antara.

Atasi Banjir Semarang, Pompa Air Pengendali Banjir Harus Ditambah

SEMARANG, Jowonews- Kapasitas pompa-pompa air pengendali banjir di Semarang dinilai sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan iklim yang luar biasa. “Kapasitas yang dipunyai saat ini hanya cukup untuk mengantisipasi limpahan air kalau curah hujannya seperti 2013 lalu,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ahad (7/2). Perkembangan iklim yang luar biasa, kata dia, terlihat dari curah hujan ekstrem yang menyebabkan banjir pada Sabtu (6/2). “Harus ditambah supaya mampu membuang air yang berada di kawasan perkotaan,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Evaluasi lain dari banjir yang melanda Semarang, menurut dia, rehabilitasi drainase yang dinilai sudah tidak mampu menampung air dengan curah hujan ekstrem. Ia mengatakan bahwa hal tersebut akan menjadi program prioritas ke depan, di samping normalisasi sungai dan pembangunan tanggul laut yang dilaksanakan Kementerian PUPR. Ia menambahkan kondisi terkini banjir yang melanda Kota Semarang, sejumlah kawasan dipastikan sudah surut. Adapun wilayah yang masih tergenang, kata dia, ketinggiannya sudah tidak setinggi pada Sabtu (6/2). Pemkot Semarang mencatat 27 titik tanah longsor dan 29 titik banjir akibat cuaca buruk itu.

Banjir Masih Genangi Sejumlah Wilayah di Semarang

SEMARANG, Jowonews- Banjir masih menggenangi sejumlah wilayah di Kota Semarang, Jawa Tengah, Ahad (7/2). Meskipun demikian, wilayah yang terdampak tidak seluas hari sebelumnya. Sekretatis BPBD Kota Semarang Winarsono mengatakan genangan banjir di beberapa titik di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu sudah surut. Nanun lanjut dia, masih terdapat beberapa daerah yang tergenang banjir. Seperti Muktiharjo Lor, Gajahbirowo, Banjardowo, Semarang Indah, Citarum, Bundaran Bubakan, serta kawasan Kaligawe. Ia menyebut ketinggian air untuk daerah yang masih tergenang itu antara 30 hingga 50 cm, lansir Antara. Sementara beberapa titik yang sudah tidak lagi tergenang banjir, antara lain di kawasan Kota Lama Semarang. Sementara itu, cuaca Kota Semarang pada Ahad siang masih diguyur hujan berintensitas ringan hingga sedang dengan durasi tidak terlalu lama. Sebelumnya diberitakan, hujan yang mengguyur Kota Semarang sejak Jumat (5/2) hingga Sabtu (6/2) mengakibatkan banjir melanda berbagai wilayah di 10 kecamatan di Ibu Kota Jawa Tengah itu.