Desa Purworejo Bertransformasi Jadi Pusat Penghasil Rumput Laut dengan Pasar Ekspor yang Menjanjikan
Desa Purworejo di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, kini dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut yang memiliki potensi pasar ekspor.
Desa Purworejo di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, kini dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut yang memiliki potensi pasar ekspor.
eraton Kesultanan Demak, meski merupakan bagian penting sejarah Islam di Indonesia, masih menyimpan banyak misteri dan belum ditemukan sisa-sisa fisiknya.
DEMAK – Salah satu upaya untuk meningkatkan pariwisata di Demak adalah melalui Pemilihan Duta Wisata Kabupaten Demak tahun 2024. Acara ini tidak hanya berfokus pada penampilan fisik, melainkan juga mengedepankan tiga kriteria penting yang harus dimiliki oleh setiap duta wisata: brain, beauty, dan behavior. Menurut Dra Endah Cahyarini, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, “Mas Mbak Demak harus mampu mencerminkan kepribadian masyarakat Demak yang religious, mengingat duta wisata adalah lambang keseharian dari masyarakat Demak yang selalu ingin lebih maju namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai, norma serta budaya yang diyakini dan dilaksanakan oleh masyarakat.” Dikutip dari Tribun Jateng, pernyataan ini menekankan pentingnya duta wisata sebagai representasi nilai dan budaya lokal yang kental. Kepala Dinas juga mengharapkan bahwa mereka yang terpilih akan mampu menjadi teladan bagi generasi muda lainnya. Duta wisata diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik serta pergaulan yang luwes, sehingga dapat menginspirasi masyarakat dan mempromosikan keindahan serta kekayaan Kabupaten Demak secara efektif. Dalam proses pemilihan, sebanyak 47 peserta mengikuti berbagai tahapan seleksi, mulai dari uji fisik, ujian tertulis, hingga penilaian minat dan bakat. Akhirnya, terpilihlah 20 finalis yang akan dibawa ke desa wisata di Demak. Kegiatan ini bertujuan agar para finalis dapat lebih mengenal potensi pariwisata daerahnya, serta berpartisipasi dalam podcast yang diadakan oleh Dinas Pariwisata. “Hal ini sebagai proses public speaking untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mengenal wisata dan branding diri sebagai Duta Wisata Demak,” jelas Endah. Dengan diadakannya pemilihan ini, diharapkan generasi muda dapat lebih mencintai daerahnya dan berkontribusi dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Demak. Melalui upaya ini, diharapkan terlahir sosok-sosok duta wisata yang tidak hanya menarik secara fisik, tetapi juga memiliki wawasan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat. Sebagai penutup, Mas dan Mbak Yu, mari kita ambil pelajaran dari inisiatif ini. Setiap individu memiliki peran penting dalam mempromosikan daerahnya, dan melalui Duta Wisata, kita bisa bersama-sama menunjukkan potensi luar biasa dari Kabupaten Demak.
DEMAK – Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, mengungkapkan bahwa sebanyak 22 unit mesin pompa penyedot air telah dikerahkan untuk mempercepat proses surutnya genangan banjir di Kabupaten Demak, terutama di Kecamatan Karanganyar. Kapasitas mesin pompa tersebut mencapai 11.000 liter per detik untuk menyedot air genangan banjir. Selain menyurutkan air banjir yang menggenangi permukiman warga, air yang menggenangi akses jalan di Jalur Pantura Demak-Kudus juga mulai surut, sehingga kendaraan dapat dilalui. Meskipun saat ini belum dibuka, dalam waktu dekat diharapkan kendaraan sudah dapat melintas dari arah Kudus maupun Demak. Nana Sudjana menekankan bahwa hal terpenting adalah agar warga yang terdampak banjir dapat segera pulang dan merayakan Lebaran di rumah. Jumlah pengungsi juga telah berkurang dari sebelumnya mencapai 24.000 jiwa menjadi sekitar 12.000-an pengungsi. Selain itu, Nana Sudjana juga berencana untuk mengadakan rapat koordinasi dengan Kementerian PUPR, BNPB, TNI/Polri pada Rabu, 27 Maret atau Kamis, 28 Maret. Rapat tersebut akan membahas penguatan tanggul agar kejadian tanggul sungai jebol yang dapat menyebabkan banjir di pemukiman warga tidak terulang di tahun depan. BPBD Kabupaten Demak mencatat bahwa per tanggal 24 Maret 2024 pukul 15.00 WIB, puluhan tempat pengungsian sudah kosong karena pengungsi mulai pulang ke rumah. Beberapa tempat pengungsian yang kosong terdapat di Kecamatan Mijen, Karangtengah, Sayung, Karanganyar, Wonosalam, dan Gajah. Dalam upaya mempercepat surutnya genangan banjir, pihak terkait juga melakukan penyekatan dan mapping pompa agar genangan banjir segera surut. Setelah genangan di lokasi tertentu surut, pompa akan dipindahkan ke genangan lain yang masih ada.
DEMAK – Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, mengumumkan bahwa operasi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi dampak banjir di Provinsi Jateng akan diperpanjang hingga tanggal 27 Maret 2024. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya penutupan dan penguatan tanggul sungai yang rusak. Dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Demak, Nana Sudjana menjelaskan bahwa operasi TMC telah memberikan hasil yang positif, terlihat dari tidak adanya hujan beberapa hari terakhir. Perpanjangan operasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa cuaca tidak akan mempengaruhi proses perbaikan tanggul yang jebol. Selain penutupan, tanggul yang telah berhasil diperbaiki juga akan diperkuat guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Nana Sudjana mengungkapkan bahwa banjir yang terjadi di Kabupaten Demak dan sekitarnya disebabkan oleh cuaca ekstrem pada tanggal 8-18 Maret 2024. Kondisi geografis Kabupaten Demak yang berada di dataran rendah membuatnya lebih rentan terhadap banjir saat hujan deras terjadi di Pegunungan Kendeng di wilayah Blora, Rembang, dan sekitarnya. “Ketika hujan deras di Pegunungan Kendeng, air mengalir ke sungai dan masuk ke Sungai Wulan. Kabupaten Grobogan juga terdampak cuaca ekstrem, dengan kota tergenang banjir, dan Demak serta Kudus juga ikut terdampak,” jelas Nana Sudjana. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kenaikan volume air sungai, terutama di Sungai Wulan, yang menyebabkan tanggul jebol. Sayangnya, sebagian besar permukiman warga berada di bawah tanggul tersebut. Pemerintah provinsi dan kabupaten telah mengambil langkah-langkah evakuasi dan menyiapkan tempat pengungsian untuk masyarakat terdampak. Pemerintah pusat juga memberikan perhatian yang serius terhadap masalah ini. Upaya pencegahan tanggul jebol di masa depan juga akan diambil. Nana Sudjana mencatat bahwa terdapat empat titik tanggul sungai yang jebol dengan dampak yang cukup besar. Tiga titik tanggul jebol terletak di Kabupaten Grobogan, sementara satu titik berada di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Saat ini, Kementerian PUPR telah menangani semua tanggul yang jebol dan berhasil menutupnya, sehingga banjir mulai surut. Selama proses penguatan tanggul, upaya dilakukan agar tidak ada hujan yang mengganggu pekerjaan, termasuk melalui modifikasi cuaca. Letjen TNI Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam kunjungannya ke tanggul Sungai Wulan yang jebol, menyatakan bahwa operasi TMC telah diperpanjang hingga tanggal 20 Maret 2024 karena dinilai berhasil. Namun, berkat keberhasilannya, operasi TMC akan diperpanjang hingga tanggal 27 Maret 2024.
DEMAK – Wilayah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terus dihantam oleh bencana banjir yang meluas hingga ke Kecamatan Mijen dan Bonang. Menurut laporan terbaru dari Pos Komando Penanganan Bencana Banjir Kabupaten Demak, sudah ada 13 kecamatan yang terdampak banjir pada Jumat (22/3/2024) lalu. Genangan air dari Kecamatan Karanganyar terus meluap, merendam lahan pertanian di sepanjang perjalanan hingga mencapai Kecamatan Mijen. Sementara itu, Kecamatan Bonang terkena dampak dari limpahan air dan banjir rob yang datang dari sekitarnya. Meskipun demikian, ada sedikit kabar baik bahwa jumlah pengungsi mulai menurun. Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Demak mencatat bahwa masih ada sekitar 17.078 jiwa yang mengungsi di 97 titik pengungsian. Delapan kecamatan masih tergenang air hingga hari ini, termasuk Kecamatan Karanganyar, Sayung, Demak, Wonosalam, Karangtengah, Gajah, Mijen, dan Bonang. Namun, ada juga kecamatan seperti Mranggen, Karangawen, Guntur, dan Dempet yang telah berhasil meniadakan jumlah pengungsi. BPBD Kabupaten Demak terus berupaya keras dalam penanganan banjir dengan melibatkan bantuan dari berbagai daerah, termasuk mobil pompa dari BPBD Kota Pekalongan, BPBD Kabupaten Jepara, dan BPBD Kabupaten Pemalang. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dan Bupati Demak Eisti’anah turut serta meninjau kondisi banjir di Demak. Presiden mengunjungi pos pengungsian di SMK Ganesha Kecamatan Gajah dan Wisma Halim di Kecamatan Wonosalam, sambil memberikan apresiasi atas kerja keras para petugas dan instansi terkait dalam upaya penanganan bencana tersebut.
DEMAK – Banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, beberapa hari belakangan ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dari warga sekitar. Salah satu pertanyaan menarik yang muncul adalah apakah Selat Muria, yang terletak di wilayah ini, mungkin terbentuk kembali dalam waktu dekat? Sejarah mencatat bahwa Selat Muria dulunya adalah jalur air yang memisahkan Gunung Muria dengan daratan Jawa. Namun, seiring berjalannya waktu, proses sedimentasi membuat Selat Muria semakin dangkal dan akhirnya tidak bisa dilewati oleh kapal. Kawasan yang dulunya dialiri Selat Muria kini telah menjadi dataran yang menjadi bagian dari wilayah Demak, Kudus, Pati, hingga Rembang. Pertanyaannya, apakah Selat Muria akan kembali terbentuk dalam waktu dekat? Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menanggapi hal ini dengan menyatakan bahwa meskipun terjadi penurunan tanah di sekitar Demak, bukan berarti Selat Muria akan segera terbentuk kembali. Menurutnya, proses tersebut memerlukan waktu yang sangat lama. Badan Geologi melalui penelitiannya menemukan bahwa daerah Demak didominasi oleh endapan kuarter, terutama endapan aluvial pantai atau aluvium. Hasil survei geofisika bawah permukaan juga mengindikasikan adanya sedimen lunak dan tebal di daerah tersebut. Faktor-faktor seperti curah hujan tinggi, kerusakan tanggul, dan kondisi lapisan tanah yang cenderung impermeable juga mempengaruhi banjir yang terjadi saat ini di Demak. Namun demikian, Wafid menyebutkan bahwa secara teori, Selat Muria mungkin saja terbentuk kembali akibat proses geologi yang sangat dahsyat, seperti gempa bumi tektonik berkekuatan besar. Namun demikian, penurunan tanah sendiri tidaklah cukup untuk menyebabkan terbentuknya kembali Selat Muria dalam waktu dekat. Proses tersebut membutuhkan waktu yang sangat panjang, bahkan ratusan hingga ribuan tahun. Selain itu, penurunan tanah harus merata dari Demak hingga Pati, yang menurut penelitian, belum sepenuhnya terpenuhi.
DEMAK – Petani-petani di Kabupaten Demak, terutama di Kecamatan Karanganyar, harus kembali menghadapi cobaan berat setelah wilayahnya kembali dilanda banjir. Banjir kali ini bahkan membuat area persawahan tampak seperti lautan yang luasnya tak terhingga. Salah satu yang merasakan dampaknya secara langsung adalah Nur Sadi (39), seorang petani yang sawahnya yang seluas hampir 1 hektare berada di sebelah selatan Balai Desa Cangkring Rembang. Baginya, kedatangan banjir bukan hanya sekadar mimpi buruk, tetapi juga sebuah kenyataan yang menyakitkan. “Di sawah, ketinggian air sampai 3 meter sampai 4 meter seperti lautan,” ujarnya dengan nada pilu ketika ditemui di lokasi pengungsian Desa Cangkring Rembang, Selasa (19/3/2024). Banjir kali ini terjadi pada saat musim tanam, yang membuat kerugian semakin besar bagi petani seperti Nur Sadi. Sawahnya sudah mulai ditanami, namun kini harus terendam air. “Karena sawah ini milik orang tua, saya mengalami kerugian sekitar Rp 5 jutaan karena sudah membeli bibit, pupuk, tenaga, dan berbagai keperluan lainnya,” tambahnya. Menurut Nur Sadi, kerugian terbesar dialami pada banjir pertama yang terjadi awal Februari lalu. Saat itu merupakan masa panen dan harga gabah sedang tinggi-tingginya. “Kemarin seharusnya saya bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp 25 juta hingga Rp 30 juta karena harga gabah sedang tinggi. Namun, itu hanya tinggal angan-angan karena terpaksa harus menghadapi banjir,” ucapnya. Meskipun demikian, dari hasil panen sebelumnya dia masih berhasil mendapat Rp 7 juta. Namun, dia mengakui kesedihannya karena ini adalah kali pertama dia merasakan dampak banjir selama bertani di Demak. “Banyak yang hilang, padinya hitam semua dan bukan untuk konsumsi manusia, tetapi untuk hewan. Saya tidak mendapat bantuan apa pun, ini adalah risiko dari pekerjaan ini,” kata Nur Sadi. Kepala Desa Cangkring Rembang, Asrofah, juga turut merasakan prihatin atas nasib para petani di wilayahnya. Sebagian besar penduduk di desanya adalah petani. “Fase pertama kita sudah bersiap untuk panen, namun karena musibah ini, petani mengalami kerugian yang signifikan,” jelasnya dengan nada prihatin. “Kita tahu harga padi sedang naik, tetapi karena bencana ini, rencana kita terhenti. Dari yang awalnya berharap bisa berinvestasi lebih banyak lagi, akhirnya semua itu pupus karena banjir,” pungkasnya.