Jowonews

Sragen Menambah 40 Inovasi Layanan Publik Digital dan Non Digital

Inovasi Layanan Publik Sragen

SRAGEN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menambah 30 inovasi pelayanan publik. Hal tersebut dicapai pada Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Batch IV tahun 2022. Asisten Sekretariat Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Daerah (Kesra) Sragen, Joko Suratno mengatakan, pihaknya mengapresiasi keberadaan pelatihan PKP karena berpotensi menghasilkan inovasi layanan hingga 30 mata pelajaran. “Semoga inovasi ini dapat terealisasi dalam bentuk program dan dapat didorong untuk mengikuti lomba inovasi yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri setiap tahunnya,” ujarnya dikutip sragenkab.go.id, Selasa ( 22/11/2022). Ia berharap setelah menyelesaikan pelatihan PKP, para peserta akan memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik. “Saya titipkan ke Sragen. Pesan saya, jaga amanah yang sudah saya berikan. Jaga Integritas. Jaga Kabupaten Sragen yang kita sayangi. Terima kasih dan selamat menjadi pemimpin yang hebat. Saya yakin bisa,” kata bupati. Sementara itu, Kepala Litbang Bappeda Sragen, Aris Tri Hartanto menjelaskan, 30 usulan peningkatan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan. Organisasi perangkat internal daerah (OPD) untuk meningkatkan pelayanan publik sangat minim. Menurutnya, inovasi manajer fungsional terbagi menjadi 2 kategori, yaitu digital dan non digital. “Inovasi merupakan loncatan yang dapat menggerakkan ASN lainnya. Semua inovasi ini kemudian akan dimasukkan ke dalam Risma R&D milik Bappeda untuk dipelihara dan didukung dengan baik,” ujar Aris.Ia berharap hal ini bisa dilakukan dan dikembangkan. Dalam jangka pendek, inovasi ini dapat dicapai setidaknya di dalam OPD. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah dapat direplikasi oleh DPO lainnya. Kepala Badan Litbang Bappeda Sragen Agus Suwondo menambahkan sebanyak 278 inovasi telah didaftarkan di Si Risma antara tahun 2019 hingga awal tahun 2022.

Batik Desa Kliwonan Sragen, Bermula Dari Kampung Buruh Batik

Batik Kliwonan Sragen

Desa Kliwonan, di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen dikenal sebagai salah satu sentra industri batik. Selama lebih dari satu abad, penduduk desa telah terbiasa bergelut dengan canting dan malam hari untuk membuat Batik Kliwonan Sragen atau juga dikenal dengan Batik Sukowati. Dikutip dari artikel Keberadaan Batik Kliwonan di Kabupaten Sragen yang dimuat di Majalah Dewa Ruci (Volume 6, Edisi 1, 2009), batik desa Kliwonan berkembang sebelum tahun 1880. Dalam jurnal ini, Tiwi Bina Affanti menulis bahwa pertumbuhan Batik di Kliwonan tidak terlepas dari keberadaan Bengawan Solo yang melewati desa tersebut. Pada masa pemerintahan Keraton Surakarta Hadiningrat, wilayah Laweyan menjadi salah satu sentra industri batik yang besar. Mereka harus mendatangkan pekerja batik dari berbagai daerah untuk dapat memenuhi permintaan tersebut. Desa Kliwonan merupakan daerah yang menyediakan banyak pekerja batik. Selain kegiatan pertanian, mereka datang ke Laweyan untuk menjadi pekerja batik. Keberadaan Bengawan Solo sangat mendukung kegiatan tersebut. Saat itu, sungai terpanjang di Jawa menjadi pusat transportasi. Para pekerja melakukan perjalanan ke pedagang batik di Laweyan melalui sungai. Namun, keterbatasan lahan untuk pabrik batik di Laweyan sendiri menjadi kendala. Sebagian besar pabrik tidak lagi mampu menampung pekerja batik dalam jumlah besar. Sebagai solusi, pekerja batik Kliwonan memilih bekerja dari rumah sendiri. Kondisi ini menjadikan Bandar Juragan di desa Kliwonan menjadi salah satu bandar tersibuk. Bandar itu menjadi tempat para pedagang mengirimkan bahan-bahan untuk membuat kain batik. Di sisi lain, bandar juga menjadi tempat para pembatik di Kliwonan mengirimkan barang dagangannya ke Kota Praja. Kepiawaian para pekerja Kliwonan dalam membuat batik halus khas Surakarta telah meningkat pesat. Lebih lanjut, keberadaan Bengawan Solo membuat proses pembatikan yang membutuhkan banyak suplai air tidak memiliki kendala. Setelah era kemerdekaan, banyak pekerja yang mulai mengembangkan usaha sendiri. Mereka memilih menjadi saudagar di desanya sendiri. Pola-pola batik yang dikembangkan juga selalu menyerupai pola-pola gaya Surakarta klasik, seperti parang, truntum, Wahyu tumurun, sidamukti dan lain-lain. Pemerintah daerah juga terus mempromosikan batik Kliwonan dengan brand Batik Sukowati, julukan Kabupaten Sragen.

Para Pemuda Di Pinggiran Sragen Bentangkan Bendera Raksasa

Bendera Raksasa Sragen

SRAGEN – Karang taruna di sebuah desa ujung perbatasan Kabupaten Sragen membuat sejarah dengan mengibarkan bendera merah putih raksasa. Pengibaran bertepatan dengan momentum Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia. Para pemuda Desa Bagor, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen tersebut mengibarkan bendera berukuran 6×10 meter di ketinggian 23 meter di lapangan desa setempat. Perwakilan karang taruna, Dwi Bagas Yuliyanto mengungkapkan, ide pengibaran bendera raksasa dicetuskan rekannya bernama Muh Mqy Mariman alias Bagong. Ide tersebut kemudian disepakati dalam rapat dan direalisasikan bersama. “Secara gotong royong, menara setinggi 23 meter itu lantas dibuat untuk pengibaran bendera raksasa,” kata Bagas, dikutip dari joglosemarnews.com, pada Rabu (25/8/2022). Dengan dukungan semua elemen, lanjutnya, bendera raksasa itu akhirnya berhasil dikibarkan di menara tengah lapangan. “Ide tersebut direalisasikan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan bersatu dalam perbedaan untuk kemajuan Indonesia,” tandasnya. Ia berharap pembuatan menara dan bendera raksasa itu diharapkan bisa menginspirasi seluruh warga Kaliapang dan warga negara Indonesia pada umumnya. Foto: doc. joglosemarnews.com/wardoyo

Jadi Langganan Bunuh Diri, Jembatan Sapen Akan Dipasangi Ayat-ayat Alquran

Jadi Langganan Bunuh Diri, Jembatan Sapen Akan Dipasangi Ayat-ayat Alquran

SRAGEN – Seakan sebagai langganan untuk mengakhiri hidup hingga percobaan bunuh diri, Jembatan Sapen Sragen akan dipasangi tulisan ayat-ayat Alquran agar pelaku membatalkan niatnya untuk mengakhiri hidup. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mentakan, agar kejadian warga melompat dari Jembatan Sapen tak terulang, selain pasang tulisan ayat-ayat Alquran, pihaknya juga akan memasang tulisan yang dapat membangkitkan semangat. Selain itu Bupati Yuni juga menghimbau kepada warga Sragen, terutama ketua RT agar lebih memperhatikan warganya sekiranya mengalami permasalahan. “Saya imbau setiap warga untuk lebih memperhatikan warga yang sekiranya bermasalah, terutama Ketua RT,” ujarnya, dikutip dari iNews Jateng, Selasa (16/8/2022). Bupati Yuni mengungkapkan, sebelumnya pihaknya sempat menganggarkan pemasangan jaring pengaman secara permanen di jembatan Sapen, namun hingga sekarang belum bisa terealisasi. “Sebenarnya dulu pernah dianggarkan untuk jaring pengaman, tapi ini sudah kembali tidak dianggarkan (RAPBD tahun 2023),” ujarnya. Perlu diketahui, beberapa waktu lalu seorang warga nekat terjun ke Sungai Bengawan Solo dari jembatan Sapen. Warga itu diketahui bernama Sastro Utomo Sugiman (53) asal Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Dia melompat dari jembatan Sapen pada Minggu (14/8/2022). Hingga Senin (15/8) masih dalam pencarian tim SAR gabungan. Berdasarkan informasi, Sastro diduga hendak membuang pusakanya yang mengamuk dan dia tiba-tiba melompat ke Sungai Bengawan Solo. Foto: iNews Jateng/Joko Piroso

Sentra Kuliner Veteran Sragen Akan Di Rebranding Untuk Menarik Lebih Banyak Pengunjung

Sentra Kuliner Veteran Sragen Akan Di Rebranding Untuk Menarik Lebih Banyak Pengunjung

Sentra Kuliner Veteran di Jalan Brigjen Katamso, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, akan dilakukan rebranding atau penataan ulang kembali. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat aura dan meningkatkan jumlah kunjungan ke sentra kuliner yang pernah digadang-gadang jadi ikon pusat kuliner papan atas itu. Asisten 2 Setda Sragen, Tugiyo mengatakan perlu ada strategi dan perubahan suasana agar sentra kuliner itu lebih menarik minat pengunjung. “Ada beberapa konsep perombakan yang akan dilakukan. Diantaranya menambah sarana seperti payung-payung tenda di halaman Sentra Kuliner Veteran”, terangnya, dikutip dari joglosemarnews.com, Kamis (28/7/2022). Payung-payung itu, lanjutnya, diharapkan pengunjung akan lebih leluasa singgah dan memilih menus sesuai keinginan dan kekuatan kantongnya. Menurutnya dengan adanya payung-payung itu juga dapat menambah kesan ramai dan kenyamanan pengunjung. “Untuk saat ini kan kursi berada di depan kios-kios. Maaf, kalau ada pengunjung yang sangunya agak mepet atau kadang mereka yang malu-malu akan sungkan duduk memilih kios,” terangnya. Menurutnya ketika tempat duduk ditarik ke tengah dan diberi payung, pengunjung dapat lebih leluasa duduk dan memilih menu sesuai seleranya. Selain itu, penataan juga akan akan dilakukan pada area taman dan parkir. “Kondisi taman depan kios yang dobel dengan pohon besar tidak efektif dan memberi kesan riweh bagi pengunjung yang membawa kendaraan,” ungkapnya. Untuk menambah minat pengunjung, ia berharap para pedagang dan paguyuban membuat terobosan. Baik itu dalam bentuk promosi atau menambah suasana hiburan seperti live music dan hiburan lainnya. “Kebutuhan dan ketegasan pengelola juga tak kalah penting. Perlu didorong agar semua kios buka, sehingga pilihan menu makin banyak dan saling melengkapi,” tandasnya.

Sragen Raih Predikat Kota Layak Anak Tingkat Nindya Tahun 2022

Sragen Raih Predikat Kota Layak Anak Tingkat Nindya Tahun 2022

Perundungan dan kekerasan terhadap anak adalah kasus yang kerap menghiasi telinga kita akhir-akhir ini. Permasalahan ini perlu menjadi perhatian seluruh pihak. Salah satunya adalah komitmen pemerintah daerah untuk memastikan anak-anak mendapatkan kenyamanan, dan dapat melakukan aktivitas dengan menyenangkan. Untuk itulah pemerintah senantiasa mendorong kota-kota di Indonesia menjadi Kota Layak Anak (KLA). Untuk menjadi KLA, suatu kota harus mampu merencanakan, menetapkan, serta menjalankan seluruh program pembangunannya dengan berorientasi pada hak dan kewajiban anak. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di Jawa Tengah, baru-baru ini Pemerintah Kabupaten Sragen meraih predikat Kabupaten Layak Anak tingkat Nindya tahun 2022. Penghargaan yang diberikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI ini langsung diterima Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pada (22/7/2022) lalu di Bogor. KLA tingkat Nindya ini baru diraih setelah lima tahun berturut-turut Sragen memperoleh penghargaan KLA tingkat Pratama. Ketua Gugus Tugas KLA, Aris Tri Hartanto mengatakan, sejak 2008 lalu Pemkab Sragen menginisiasi KLA ini secara mandiri. Baru pada 2009 Kabupaten Sragen mendapatkan KLA predikat Pratama untuk pertama kalinya. Pada 2012, 2013, 2018 dan 2019 Pemkab Sragen tetap bertahan di predikat Pratama. Baru 2021 penghargaan KLA predikat Madya dan pada 2022 ditingkat Nindya. Ia mengungkapkan Pemkab Sragen menjadi salah satu dari 66 Kabupaten/Kota se Indonesia penerima KLA tingkat Nindya. Sementara tingkat Pratama ada 122 Kabupaten/kota, Madya 117 dan delapan Kabupaten/Kota di predikat Utama. Ia menyatakan penghargaan ini bukan tujuan akhir, perlu bahu membahu dan kolaborasi berbagai pihak untuk memberikan perlindungan anak dan pemenuhan hak anak, tambahnya. Sementara itu, Bupati Yuni pada mengucapkan terima kasih pada semua yang telah terlibat dalam penghargaan KLA ini. Yuni menyebut untuk memperoleh KLA predikat Utama sangatlah sulit terlihat hanya ada delapan kota/Kabupaten yang memperolehnya tahun ini.