Jowonews

Retakan Tanah Ancam Permukiman Warga, BPBD Temanggung Berkoordinasi dengan Badan Geologi

Retakan Tanah Ancam Permukiman Warga, BPBD Temanggung Berkoordinasi dengan Badan Geologi

TEMANGGUNG – Di Dusun Kedopokan RT 02, RW 01, Desa Tlogopucang, Kandangan, Kabupaten Temanggung, sebuah kejadian tanah bergerak telah menarik perhatian Badan Geologi setelah dilaporkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lokal. Menurut Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Temanggung, Yuli Krisna, dua kali retakan terjadi di lokasi tersebut. Retakan pertama pada tanggal 4 Januari 2024 dengan kedalaman 50 centimeter, diikuti oleh retakan susulan pada 5 Februari 2024 yang membentuk tapal kuda sepanjang 120 meter. Retakan tersebut berjarak satu meter dari permukiman warga dan berpotensi mengancam lahan kebun kopi seluas satu hektare. Yuli Krisna menjelaskan bahwa kondisi tersebut telah dilaporkan ke Badan Geologi karena lembaga tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan kajian mendalam terkait fenomena tersebut. Sementara itu, BPBD juga menyosialisasikan kepada masyarakat setempat untuk selalu waspada dan tidak melakukan aktivitas di sekitar lokasi kejadian. Mereka diminta untuk memantau perkembangan situasi dengan cermat. Perlu dicatat bahwa sebelumnya telah terjadi kejadian serupa di Ngemplak, Kandangan pada tahun 2022. Analisis Badan Geologi menyebutkan bahwa penyebabnya adalah curah hujan tinggi, pelapukan, dan kemiringan lahan. Sebagai langkah pencegahan, Badan Geologi merekomendasikan penutupan retakan dengan tanah lempung yang dipadatkan agar air hujan tidak meresap.

Tradisi Perang Cendol Dawet, Tradisi Unik Desa Kemiriombo dalam Meminta Hujan

Perang Cendol Dawet

TEMANGGUNG – Di Kabupaten Temanggung, terdapat sebuah desa yang memiliki tradisi Perang Cendol Dawet. Walaupun mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga desa. Pada Jumat (6/10), warga Desa Kemiriombo berkumpul untuk melaksanakan acara tahunan ini. Mereka memulainya dengan Salat Istisqa, sebuah ritual khusus yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan. Tempat yang mereka pilih untuk berdoa juga tak kalah menarik, berada di tengah kebun kopi yang hijau, berdekatan dengan makam pepunden desa. Tempat ini memberikan sentuhan alam yang unik pada upacara suci ini. Nur Wahyu, Kepala Desa Kemiriombo, menceritakan sejarah panjang tradisi ini. “Ini sudah menjadi warisan turun-temurun. Hari ini kita melaksanakan Salat Istisqa di hari Jumat Kliwon, berdoa dan berusaha semoga Allah memberikan hujan,” ujar Nur Wahyu. Setelah selesai berdoa, warga desa bergegas menuju area perang cendol dawet. Mereka membawa ember dan berbagai wadah yang berisi dawet, minuman manis yang menjadi ikon acara ini. Sebelum memulai “perang,” aroma dawet yang menggoda telah memenuhi udara, dan beberapa orang tidak bisa menahan godaan untuk mencicipi dawet tersebut. Perang cendol dawet adalah puncak acara ini. Dengan riang gembira, warga melemparkan dawet satu sama lain, disertai dengan tawa dan senyum yang menghiasi wajah mereka. “Setiap tahun nggak ada hujan, kita lakukan Salat Hajat dan Perang Dawet,” kata salah satu warga, Wiwik Siswanto, sambil tertawa. “Tradisi ini dimaksudkan untuk meminta agar hujan segera turun. Dawet ini kami buat sendiri karena rasanya lebih enak dibandingkan yang dibeli. Pasti manis rasanya,” tambahnya. Tradisi Perang Cendol Dawet di Desa Kemiriombo adalah contoh nyata tentang kekuatan persatuan dan tradisi dalam menjaga dan merayakan budaya lokal. Di tengah kesibukan dunia modern, tradisi seperti ini adalah peluang langka untuk merawat nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kirab 1.000 Tumpeng di Masjid Gede Kauman, Semangat Kebersamaan di Kaloran Temanggung

Kirab Tumpeng 1.000

TEMANGGUNG – Ribuan warga dari 15 dusun di Desa Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, turut serta dalam kirab 1.000 tumpeng yang meriah dalam rangka Gerebek Maulid di Masjid Gede Kauman pada hari Kamis. Kirab ini menampilkan sekitar 1.000 tumpeng beserta hidangan tradisional seperti ingkung dan lauk-pauk lainnya, di mana pesertanya mengenakan busana adat Jawa. Camat Kaloran, Juli Riastiana, mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi panitia Gerebek Maulid atas penyelenggaran kegiatan pertama kali ini di Kecamatan Kaloran. Riastiana berharap acara ini akan berjalan dengan lancar dan menggambarkan semangat persatuan warga Desa Kaloran dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Gede Kauman Kaloran. “Semoga kirab ini dapat memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah dan menyatukan warga dari berbagai latar belakang agama dalam semangat persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucapnya. Pelaksana Harian Sekda Temanggung, Eko Suprapto, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari tradisi masyarakat Kaloran yang penting untuk dilestarikan karena mencakup unsur-unsur lokal, kearifan lokal, seni, budaya, dan pengembangan ekonomi. Dia menegaskan pentingnya menjadikan Gerebek Masjid Gede Kaloran sebagai ajang silaturahmi, persatuan, dan kesatuan dalam memajukan Kaloran menjadi lebih baik dan maju. Ketua Panitia Gerebek Maulid Masjid Gede Kauman, yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Temanggung, Ahmad Syarif Yahya, menjelaskan bahwa kirab 1.000 tumpeng ini bertujuan untuk mempertahankan tradisi lama masyarakat Jawa dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. “Kegiatan ini sekarang semakin kurang diminati dan semangatnya semakin meredup, sehingga penting untuk menghidupkannya kembali,” tandasnya. Selain itu, ia mencatat keunikan Kecamatan Kaloran, di mana masyarakatnya memiliki latar belakang agama yang beragam seperti Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu, namun hidup dalam damai. Oleh karena itu, Gerebek ini juga menjadi wadah untuk memperkuat ukhuwah wathaniyah, di mana tidak hanya masyarakat Muslim yang merayakannya, tetapi juga warga dari agama lain seperti Kristen dan Buddha turut serta dalam memeriahkan acara tersebut.

Petani Temanggung Bentangkan Kain Merah Putih Sepanjang 1 Kilometer Di ladang Tembakau

Petani Temanggung

TEMANGGUNG – Para petani di Desa Wonosari, Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah membentangkan kain merah putih sepanjang satu kilometer di antara ladang tembakau di lereng Gunung Sumbing untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. “Selain partisipasi masyarakat Desa Wonosari, kegiatan ini juga melibatkan beberapa masyarakat dari berbagai daerah,” kata Kepala Desa Wonosari Agus Parmuji di Temanggung, Kamis (17/8/2023). Sebelum melakukan pembentangan kain merah putih tersebut, mereka menggelar Upacara Peringatan HUT RI pada tempat Bumi Makukuhan Desa Wonosari, Kecamatan Bulu. Agus mengungkapkan aktivitas ini menjadi wujud konkret perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat Desa Wonosari dengan berbagai komunitas satu bulan lalu telah merancang agenda ini dengan membentangkan kain merah putih sepanjang satu kilometer di antara tanaman tembakau di lereng Gunung Sumbing. “Di samping itu, kami mendoakan para pejuang yang sudah mendahului kita yang telah memperebutkan kemerdekaan,” katanya. Menurutnya, sudah menjadi keharusan bagi masyarakat untuk merayakan HUT RI dengan suka cita, doa dan harapan masyarakat. “Kita berharap ke depan kita memiliki kedaulatan ekonomi sehingga makna dari terwujudnya kemandirian adalah ekonomi rakyat,” ujarnya. Ia menyebutkan aktivitas ini mempunyai makna bahwa kemerdekaan merupakan proses berdasarkan perjuangan, maka membentangkan kain merah putih sepanjang satu kilometer adalah sebuah proses perjuangan. “Dari menjahitnya, perencanaannya, dan di sini memang yang kita angkat adalah nilai kemerdekaan dengan persatuan dan gotong royong. Jadi kain merah putih satu kilometer ini tidak mungkin dibentangkan sendirian tetapi harus dibentangkan secara bersama-sama dengan persatuan, kesatuan, dan gotong royong,” katanya. (JN/Antara)

ILDI Temanggung Kenalkan Olahraga Langkah Dansa

ILDI Temanggung Kenalkan Olahraga Langkah Dansa

TEMANGGUNG – Ikatan Langkah Dansa Indonesia (ILDI ) Kabupaten Temanggung mengenalkan olahraga Langkah Dansa kepada masyarakat. Pada Sabtu (4/3/2023) kemarin, ILDI Temanggung menggelar Festival Langkah Dansa dalam rangka menyambut HUT ke-3 DPW ILDI Temanggung, di Halaman Gedung Pemuda. Ketua DPW ILDI Kabupaten Temanggung Friska Noormatin mengatakan, dansa merupakan olahraga langkah yang banyak memberikan manfaat. Tidak hanya menyehatkan tubuh, melainkan juga dapat meningkatkan daya ingat, menghilangkan stres, serta kepikunan, karena banyak mengingat langkah-langkah dansa. “Meski sudah memasuki usia senja, jangan sampai kita pikun. Makanya, jangan sampai di hari tua nanti tidak sehat. Ayo kita sehat bersama dengan langkah dansa,” katanya. Friska berharap, dansa semakin diterima masyarakat Temanggung sebagai olahraga yang menyehatkan, sekaligus menyenangkan. Bahkan, lanjutnya, khusus bagi perempuan bisa menciptakan generasi sehat dan kuat di masa yang akan datang. Langkah Dansa merupakan salah satu cabang olahraga di bawah naungan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI), dengan tujuan untuk mengembangkan seni budaya yang menjunjung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, dengan langkah indah diiringi Instrumen lokal. “Kita ingin mengubah imaji langkah dansa ini, bukan hanya untuk kalangan orang kaya atau lansia saja. Tetapi semua masyarakat, termasuk anak-anak juga bisa melakukan dansa,” katanya. Ia menambahkan, yang membedakan Langkah Dansa dengan dansa yang lain, yakni dari musik instrumen yang digunakan berasal dari budaya lokal. Sehingga, olahraga itu mengangkat budaya Indonesia, dengan membuat koreografi yang memakai lagu nusantara. “Ulang tahun DPW ILDI Temanggung ini menjadi momentum istimewa dan konsolidasi pengurus, menjelang digelarnya Festival Olahraga Nasional (Fornas) pada Juli 2023 di Jawa Barat,” pungkasnya.