Jowonews

Menikmati Sensasi Dawet Telasih Hj. Sipon di Pasar Gede Solo

Menikmati Sensasi Dawet Telasih Hj. Sipon di Pasar Gede Solo

SURAKARTA – Mas dan Mbak Yu, jika kalian sedang berkunjung ke Solo, jangan lewatkan kesempatan untuk menyambangi Pasar Gede. Di sini, terdapat sebuah tempat kuliner yang sangat menarik dan telah menjadi favorit banyak orang: Dawet Telasih Bu Hj Sipon. Terletak di Los Makanan Nomor 9, Gedung Timur Pasar Gede Solo, kedai ini buka dari pagi hingga sore, menawarkan kesegaran dalam setiap mangkuk dawetnya. Sebenarnya ada banyak pedagang dawet telasih lain di Pasar Gede. Tapi yang paling populer adalah Bu Hj. Sipon Saat memasuki kedai ini, kalian akan disambut dengan suasana yang hangat dan bersahabat. Dekorasi yang sederhana namun bersih menciptakan atmosfer nyaman untuk menikmati hidangan. Begitu kalian duduk, ekspektasi akan kesegaran dawet yang ditawarkan semakin meningkat, terutama karena bahan-bahan yang digunakan dibuat sendiri oleh Hj Sipon sejak dini hari. “Saya buka dari pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. Bahan-bahan dawetnya saya buat sendiri sejak pukul 02.00 WIB agar kualitas dan kesegarannya tetap terjaga,” ungkap Hj Sipon, dikutip dari Rri. Menu yang Menggoda dan Rekomendasi Spesial Dawet Telasih Bu Hj Sipon menawarkan variasi menu yang menggugah selera. Menu andalan mereka, tentunya, adalah dawet telasih yang terdiri dari santan, dawet, cairan gula aren, ketan hitam, tapai ketan, bubur sumsum, dan biji selasih. Kalian juga bisa mencoba varian dawet telasih durian yang semakin menambah cita rasa. Dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp8 ribu hingga Rp15 ribu, kedai ini berhasil menjual sekitar 100 mangkuk setiap harinya. Rasa yang Memikat dan Membuat Ketagihan Rasa dawet di sini sangat seimbang—tidak terlalu manis, sehingga setiap suapan terasa segar dan memuaskan, terutama saat cuaca panas. Beberapa pengunjung bahkan mengungkapkan bahwa mereka bisa meminta gula yang lebih sedikit sesuai selera. “Wajib datang kalau sedang di Solo. Apalagi pas cuacanya panas. Segar banget. Rasanya pas, nggak terlalu manis,” tulis Shark Oks, seorang pengulas di Google. Presentasi yang Menarik dan Porsi Memadai Setiap sajian dawet disajikan dengan tampilan yang menarik, memikat mata dan menggugah selera. Porsinya cukup untuk membuat kalian merasa puas tanpa berlebihan. Kombinasi warna dan tekstur dalam semangkuk dawet membuat pengalaman kuliner semakin menarik. Dari segi pelayanan, para pelayan di sini sangat ramah dan cepat dalam menyajikan pesanan. Sistem pembayaran yang fleksibel, baik cash maupun QRIS, memudahkan pengunjung untuk melakukan transaksi. Hal ini menjadikan pengalaman bersantap di Dawet Telasih Bu Hj Sipon semakin menyenangkan. Secara keseluruhan, Dawet Telasih Bu Hj Sipon adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin merasakan kelezatan dawet telasih Solo. Dengan harga terjangkau, rasa yang nikmat, dan pelayanan yang ramah, kedai ini layak mendapat rating bintang lima. Jangan ragu untuk singgah dan nikmati kesegaran dawet yang legendaris ini! Foto Dok. Kompasiana/Christina Ameita Carolina

Selat Solo, Steak Ala Eropa Khas Jawa

Selat Solo, Steak Ala Eropa Khas Jawa

Selat Solo adalah hidangan khas Solo yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Selat Solo merupakan salah satu dari banyak kuliner khas Kota Surakarta yang terkenal di kalangan wisatawan. Di balik kelezatannya, ternyata hidangan ini adalah perpaduan antara masakan Eropa dan Indonesia yang dikenal dengan nama Bistik Jawa. Selat Solo memiliki rasa manis, asam, dan gurih. Hidangan ini memiliki aroma rempah yang khas. Selat Solo atau Bistik Jawa adalah hidangan daging yang diolah dengan berbagai jenis sayuran. Warna coklat pada hidangan ini berasal dari penggunaan kecap. Dahulu, hidangan bistik Jawa ini hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan, namun sekarang mudah ditemui di berbagai restoran. Sejarah Selat Solo Menurut buku Etnografi Kuliner Makanan dan Identitas Nasional (2021) oleh Adzkiyak, selat Solo pertama kali muncul ketika Benteng Vastenburg yang terletak di depan gerbang Keraton Surakarta mulai dibangun. Makanan ini merupakan hasil dari pertemuan dan rapat yang sering diadakan oleh pihak Keraton dan pihak Belanda. Pada pertemuan tersebut, selalu disajikan makanan yang tidak cocok di mana orang Belanda harus diberikan daging saat makan sedangkan pihak Keraton terbiasa makan makanan dengan sayuran. Keluhan kedua pihak tersebut kemudian direspon dengan menciptakan menu baru yang menggabungkan bahan-bahan seperti wortel (wortelen), selada (sla), kentang (aardappel), buncis (boon), mentimun (komkommer), telur (ei), dan saus kecap (sojasaus) serta saus mayones. Selat Solo merupakan perpaduan bistik dan salad. Penggunaan nama selat berasal dari kata “slachtje” yang berarti salad. Dagingnya disebut steak yang berasal dari bahasa Belanda, “biefstuk”. Di Eropa, daging untuk steak disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang. Raja-raja Kasunanan Solo tidak terbiasa makan daging seperti itu. Oleh karena itu, daging yang seharusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti, dan telur. Bahan-bahan ini dicampur, kemudian dibentuk seperti lontong dan dibungkus daun pisang. Selanjutnya, bahan tersebut dikukus sampai matang. Daging yang sudah matang didinginkan. Setelah itu, diiris tebal dan digoreng dengan sedikit margarin. Penyajian Selat Solo Selat Solo disuguhkan dengan sayuran seperti wortel dan buncis yang direbus, tomat, dan daun selada. Untuk memberikan rasa kenyang, steak juga disajikan dengan kentang goreng. Di atas daun selada biasanya ditambahkan saus mustard. Terkadang ada yang menambahkan acar mentimun. Ciri khas lain dari Selat Galantin terletak pada kehadiran telur rebus. Gabungan steak dan salad sayuran membuat Selat Solo terlihat berwarna-warni sehingga menggoda siapa pun untuk segera menikmatinya. Sama seperti steak, Selat Solo juga diberi taburan lada hitam bubuk dengan butiran sedikit kasar sehingga memberikan sedikit sensasi pedas. Untuk sausnya, tercium pula aroma pala. Penyajian Selat Solo sangat berbeda dengan penyajian steak khas Eropa. Selat Solo disajikan dengan rempah yang cukup kuat dan disajikan dalam keadaan dingin. Sedangkan steak Eropa biasanya disajikan tanpa rempah dan disajikan dalam keadaan panas.

Festival Kuliner Solo 2023 Angkat Potensi Sate

Festival Kuliner Solo

SURAKARTA – Solo Indonesia Culinary Festival 2023 atau Festival Kuliner Solo Indonesia akan mengangkat potensi menu spesial sate kepada masyarakat luas. Ketua Penyelenggara Solo Indonesia Culinary Festival 2023, Daryono di Solo, Kamis, mengatakan, festival tahun ini akan bertema seputar cita rasa kuliner sate Indonesia. “Tahun ini kami kembangkan sate. Selain itu, banyak wisatawan yang datang ke Solo karena ingin mencicipi sate khas Solo,” ujarnya, dikutip dari Antara Jateng, Kamis (23/2/2023). Salah satu jenis sate yang jarang ditemui di daerah lain dan masih banyak dijumpai di Kota Solo adalah sate kere. “Sate kere ini dibuat dari bahan baku yang dibuang, yang kemudian diolah menjadi masakan. Bukan hanya rasanya yang unggul, tapi harganya pun bisa sangat murah,” ujarnya. Dikatakannya, potensi wisata Solo mulai berkembang dan makanan menjadi salah satu alasan orang datang ke tempat wisata. “Kegiatan tersebut merupakan upaya peningkatan perekonomian daerah melalui pangan. Saat ini setiap daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan perekonomian daerah,” ujarnya. Selain itu, belum lama ini Solo terpilih sebagai salah satu kota cerdas pangan. Dengan ini Solo bergabung dengan 213 negara di dunia yang mengusung sebutan serupa. “Di Indonesia hanya Bandung dan Solo saja,” ujarnya lagi. Ia mengatakan acara tersebut juga bertujuan untuk memantapkan Solo sebagai kota kuliner. Menurutnya, dengan adanya event yang baik akan berdampak pada lama kunjungan atau tinggal wisatawan di Solo. “Hal ini selaras antara misi pemerintah dengan swasta. Di satu sisi jalan cepat, yang sisi lain jangan jalan lambat. Kuliner kita minimal harus berdaulat di Indonesia,” kata dia. Festival yang akan digelar di pelataran benteng Vastenburg ini akan digelar pada 9 hingga 12 Maret 2023. Festival ini akan diikuti hingga 120 peserta. Ia menargetkan festival ini bisa menarik hingga 25.000 pengunjung. 

Sate Kere Solo, Kuliner Hasil Kreativitas Wong Cilik

Sate Kere Solo, Kuliner Hasil Kreativitas Wong Cilik

Sate Kere Solo merupakan salah satu kuliner lezat khas Solo yang bahan bakunya terbuat dari tempe gembus. Hingga kini sate kere menjadi kuliner yang cukup populer di tengah masyarakat. Sate kere sempat diremehkan karena bahannya terbuat dari sisa makanan. Tidak hanya bumbu yang seadanya, cerita di balik kemunculannya yang sangat tidak terduga juga membuat sate ini menjadi menu yang sangat istimewa. Namun dibalik kelezatannya, sate kere tidak hanya sebatas menjadi kuliner tradisional saja. Ada kisah perjuangan masyarakat Solo dari kisah penciptaan sate kere. Sejarah Sate Kere Sate Kere mengacu pada kata bahasa Jawa “kere” yang berarti miskin atau tanpa uang. Hal ini didasarkan pada zaman penjajahan Belanda, dimana penduduk asli dari keluarga miskin memakan sate ini. Memang saat itu bahan baku pembuatan sate seperti daging cukup mahal. Sehingga penduduk asli saat itu mengganti daging dengan ampas tahu atau gembus, dan jeroan yang dijadikan sebagai pengganti daging. Dari situlah nama Sate Kere muncul. Sate Kere konon merupakan hasil kreativitas dari kaum inlander dalam memanfaatkan bahan makanan yang dibuang oleh orang kulit putih atau kalangan atas pada masa pendudukan Belanda. Sate ini juga merupakan semacam budaya tandingan yang diciptakan oleh orang yang dijajah untuk melawan penjajah. Jika penjajah karena kekuasaan dan kekayaannya bisa menikmati daging sate, maka orang miskin atau pribumi yang terjajah hanya bisa menikmati sisanya. Oleh karena itu, tidak heran jika Sate Kere menjadi makanan yang biasa disantap oleh masyarakat miskin atau kere. Dulunya sate ini adalah makanan orang miskin atau orang yang tidak mampu, kini sate kere telah menjadi makanan favorit bagi wisatawan yang datang dari luar daerah Solo. Bahkan hingga kini, Sate Kere sudah populer di berbagai kalangan masyarakat lho. Karena sajian sate ini memiliki cita rasa unik yang nikmat sehingga membuat siapapun yang memakannya langsung jatuh cinta. Bumbu Sate Kere Seperti kebanyakan sate, sate kere juga disajikan dengan bumbu kacang. Bumbu kacang untuk sate unik ini berbeda dengan bumbu kacang khas Ponorogo atau pun sate di daerah lain. Jika dibuat dengan benar, bumbu sate kere dapat membuat gembus terasa seperti daging. Bumbu yang digunakan untuk sate kere ini antara lain gula merah, cabai, dan kacang tanah. Bumbu Sate Kere biasanya pedas, namun selalu memiliki rasa manis yang dominan. Seperti kebanyakan makanan khas Solo dengan rasa manis yang dominan. Kini Jadi Makanan Semua Kalangan Meski pada masa lalu menjadi makanan “wong cilik”, kini sate kere disukai oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan sate kere juga menjadi sajian favorit Presiden Joko Widodo. Sampai-sampai sate kere menjadi hidangan langganan saat Jokowi menggelar pesta atau hajatan di kampung halamannya. Warung Sate Kere yang bisa menjadi tujuan wisata kuliner Sate Kere bisa ditemukan di seluruh Solo. Di kota ini banyak terdapat rumah makan dan tempat makan yang menjual sate kere bahkan sudah puluhan tahun berdiri. Jika kamu datang ke Solo jangan lupa untuk mencoba hidangan ini. Karena Sate Kere merupakan sajian yang enak dan bergizi dengan harga yang terjangkau. Beberapa tempat makan yang bisa Anda kunjungi di Solo untuk makan sate kere adalah: Warung Sate Kere Yu Rebi (Jalan Kebangkitan Kios 1-2, Sriwedari, Laweyan, Solo)Warung Sate Kere Mbak Tug (Jalan Arifin Nomor 63, Jebres, Solo)Warung Sate Kere Mbah Ranu (Jalan Popda 1, Banjarsari, Nusukan, Solo)Warung Sate Kere Mbah Yem (Jalan Sukereno, Serengan, Solo). Satu porsi sate kere, lengkap dengan lontong, bawang merah, dan cabai, harganya bisa berkisar antara sepuluh ribu hingga tiga puluh ribu. Sepiring penuh kelezatan!

Tengkleng Solo, Kuliner Lezat Dari Tulang Kambing Yang Lahir Pada Masa Penjajahan

Tengkleng Solo, Kuliner Lezat Dari Tulang Kambing Yang Lahir Pada Masa Penjajahan

Tengkleng Solo merupakan makanan khas Surakarta dan sekitarnya. Kuliner ini terbuat dari olahan dari tulang kambing dengan kuah bumbu kuning yang nikmat. Hidangan tradisional ini menjadi favorit para pecinta kuliner ketika berkunjung ke Surakarta. Sejarah Masakan Tengkleng Solo Penulis buku Keplek Ilat: Sejarah wisata kuliner Solo, Heri Priyatmoko mengungkap perjalanan sejarah tengkleng sebagai salah satu menu makanan favorit Tanah Air. Hidangan ini lahir dari kreasi Solo pada masa pendudukan Jepang. Saat itu, masyarakat Solo sedang dalam kesulitan. Penemuan tengkleng merupakan hasil kreativitas di tengah situasi yang sangat pelik, yaitu pada masa [kolonial] Jepang. Saat kondisi masih sulit, masyarakat Solo menemukan tengkleng. Dalam perkembangannya, tengkleng tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah tetapi juga kalangan bangsawan. Fenomena ini menunjukkan bahwa tengkleng dapat menunjukkan identitas dan harga diri yang tinggi dalam kategori kuliner. Selain diolah dari tulang-tulang yang sudah diambil dagingnya, tengleng juga dibuat dari organ hewan yang seringkali tidak digunakan atau tidak begitu diminati. Namun dengan cara pengolahan yang inovatif dan bumbu yang khas, jadilah menu tengkleng yang lezat ini. Nama Tengkleng Solo sendiri juga ada asal usulnya. Pada masa lalu piring yang digunakan orang miskin saat itu kebanyakan terbuat dari gembreng atau seng. Sehingga ketika tulang-tulang kambing itu dimakan di atas piring akan menimbulkan bunyi kleng-kleng-kleng. Oleh sebab itu, masakan yang lahir dari buah kesengsaraan rakyat ini oleh masyarakat disebut tengkleng. Jika Anda penggemar tengkleng, Anda pasti paham bahwa kenikmatan utama dari sajian ini adalah menyeruput kuah gulai di antara tulang kambing. Jika beruntung, Anda akan menemukan daging, otot, sumsum, dan lemak yang masih menempel di tulang. Meski hanya tinggal tulang dan usus, proses memasak tengkleng memakan waktu yang sama seperti saat memasak gulai. Bahan-bahan tersebut direbus terus menerus sampai ekstrak tulang keluar. Semakin lama direbus, semakin enak tengklengnya. Kamu tidak akan mencium bau amis karena rempah-rempah ini terdiri jahe, kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkeh, bawang merah, bawang putih, kemiri, pala dan kelapa. Warung Tengkleng Solo Paling Populer Jika Anda berknjunt ke Solo, ada baiknya untuk mencicipi kuliner kuah yang satu ini. Ada banyak warung tengkleng di Solo, jika Anda masih belum tahu mau ke mana, berikut 7 rekomendasi toko tengkleng di Solo yang bisa Anda kunjungi: Tengkleng Kambing Bu Pon Tengkleng Kambing Bu Pon berlokasi di Shelter Lojiwetan, Jalan Kaptem Mulyadi, Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Buka setiap hari mulai pukul 09.00-15.30 WIB. Lokasi: Shelter Lojiwetan, Jl. Kapten Mulyadi, Kedung Lumbu, Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Klewer Bu Edi Tengkleng Klewer Bu Edi berlokasi di Pasar Klewer Solo, Jalan Dr. Radjiman, Kauman, Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Buka setiap hari mulai pukul 11.30-15.30 WIB. Terdapat beragam menu tengkleng yang ditawarkan, seperti tulang kambing, lidah, pipi, kaki, dan otak. Lokasi: Pasar Klewer, Gajahan, Jl. DR. Radjiman, Kauman, Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Mba Diah Tengkleng Mba Diah berlokasi di Tanjunganom, Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Terdapat beragam menu tengkleng seperti tengkleng kuah, tengkleng gongso, dan tengkleng goreng. Jika kamu datang bersama teman ataupun keluarga, kamu bisa memesan tengkleng spesial. Porsi ini lebih besar dan cocok disantap ramai-ramai. Tengkleng Mba Diah buka setiap hari pukul 09.00-21.00 WIB. Lokasi: Desa Tanjunganom RT.002 / RW.001, Kwarasan, Grogol, Tj. Ongih, Kwarasan, Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Tengkleng Solo Bu Jito Dlidir Tengkleng Solo Bu Jito Dlidir berlokasi di Jalan Kolonel Sugiyono, Nomor 67, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Terdapat berbagai menu tengkleng, salah satu menu favorit yaitu rica-rica tengkleng. Di sini kamu juga bisa mengatur tingkat kepedasan tengkleng yakni pedas, sedang, dan super pedas. Lokasi: Jl. Kolonel Sugiyono No.67, Kadipiro, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Rica Pak Manto Tengkleng Rica Pak Manto berlokasi di Jalan Honggowongso Nomor 36, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Menu tengkleng paling terkenal di sini yaitu Tengkleng Rica-rica dan Tengkleng Segar. Ukuran tengkleng yang disajikan besar dan rasanya enak. Tengkleng Rica Pak Manto buka setiap hari pukul 07.30-20.00 WIB. Lokasi: Jl. Honggowongso No.36, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah

Kuliner Khas Jawarna di Jayengan Ini Perlu Dicoba Saat di Solo

Kuliner Jarwana Solo

SURAKARTA – Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, terkenal dengan tiga etnis yang hidup rukun satu sama lain. Tiga kelompok etnis yang dikenal sebagai Jarwana adalah Banjar, Jawa dan Cina. Selain hidup rukun, masyarakat juga memiliki jajanan khas yang sangat melegenda. Masyarakat luas bisa membeli aneka makanan di perempatan Alona, ​​Jalan Gatot Subroto. Setiap hari jajanan ini dapat ditemukan di lokasi tersebut. Berikut jajanan khas di pasar Jarwana yang wajib Anda coba: Jajanan Etnis China Berbagai jajanan khas China dapat kamu temukan di Kota Solo. Rasanya juga sangat enak. Misalnya: bakpao, bacang, yangko, kue mankok, dan kuliner lainnya. Selain itu harganya juga murah. Jajanan Etnis Jawa Aneka jajanan pasar khas Jawa juga tersedia. Misalnya intan, jadah, klenyem dan lapis. Kamu juga dapat menemukan utri, corobikan, sawut dan klepon Jawa di Solo. Jajanan Etnis Banjar Jajanan khas Banjar juga bisa ditemukan di Jayengan. Diantaranya adalah lepet, lontong, timun, klepon dan paperek.