Jowonews

Sega Pager Purwodadi, Kuliner Segar dari Sayur di Pagar Pekarangan Rumah

Sega Pager Purwodadi, Kuliner Segar dari Sayur di Pagar Pekarangan Rumah

GROBOGAN – Sega Pager Purwodadi atau nasi pager merupakan kuliner khas Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang sudah ada sejak zaman dahulu. Daya tarik utama kuliner ini adalah sayuran yang dipadukan dengan dua jenis sambal, yakni sambal kacang dan sambal kelapa. Inilah mengapa Sega pager Purwodadi ini terasa sangat nikmat dan segar saat dinikmati. Sayuran yang dimanfaatkan antara lain kemangi, daun luntas, bunga pisang, kenikir dan daun pepaya. Sayuran ini sangat mudah ditemukan, karena biasa dijadikan pagar hidup di pekarangan. Itulah mengapa kuliner ini disebut dengan sega pager. Lantas dimanakah kita bisa mendapatkan Sego Pager Purwodadi ini? Sepanjang jalan menuju Kabupaten Grobogan, kita bisa dengan mudah menjumpai warung makan sega pager ini. Selain itu, banyak pedagang di Kecamatan Godong yang menjual sega pager dipinggir jalan. Salah satunya dijual di rumah Isnaini Nurnaningsih di Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, Grobogan. Seporsi Sega Pager hanya dijual seharga Rp3.000. Ternyata dia punya rahasia untuk bisa menjual makanan dengan harga murah. “Kalau saya masih bisa bertahan dengan harga Rp 3.000, itu karena bahannya hampir 80% tanaman pagar. Makanya makanan ini disebut makanan sega pager. Karena bahan baku itu berasal dari pagar yang mengelilingi atau melindungi pager rumah,” ungkapnya dikutip dari Detik Jateng. Isnaini tidak menjual sega pager secara umum, Ia menjual sega pager hanya untuk acara formal atau pesanan yang butuh banyak makanan berat sarapan. Isnaini, yang telah menggeluti bisnis makanan selama 15 tahun, menjelaskan bahwa kenikmatan sega pager terletak pada sayuran dan sambalnya. Sayuran berserat tinggi enak jika disajikan dengan dua cara, satu dimasak dan satu lagi direbus atau mentah. Namun, rasa khas dari daun kenikir inilah yang diidam-idamkan oleh para pecinta kuliner ini. Bahkan, siapa pun dan di mana pun bisa dengan mudah mendapatkan bahan tumbuhan sehat dan bergizi di Sega Pager, karena banyak orang menanam tanaman untuk memagari rumahnya. Sayangnya, Isnaini tidak membuat Sega Pager yang dijual secara umum. Dia membuat sega page hanya berdasarkan pesanan saja. Menurutnya, setiap hari ia menerima pesanan untuk menyiapkan sega pager hingga 200 porsi. Selain Isnaini, ada juga lapak milik Rudianti yang menyajikan sega pager di warung miliknya. Banyak pelanggan datang untuk sarapan di warungnya. Ia menjual seporsi sega pager hanya dengan harga Rp 3000. Jika ditambah lauk berupa peyek atau kerupuk, pembeli hanya perlu merogoh kocek Rp 5.000.

Asal-usul Kue Nagasari, Perlambang Ketulusan dan Tolak Bala

Asal-usul Kue Nagasari, Perlambang Ketulusan dan Tolak Bala

Asal-usul kue nagasari atau biasa disebut nogosari terdapat beberapa perbedaan. Namun, satu hal yang jadi kesepakatan bahwa kue tradisional berbahan tepung beras ini memiliki rasa yang lezat. Berbicara tentang jajanan tradisional khas Indonesia, nama kue Nagasari atau Nogosari mungkin menjadi salah satu kue yang terlintas di benak Anda. Kue yang terbuat dari campuran tepung beras dan pisang ini memiliki rasa yang enak. Daun pisang yang digunakan sebagai kertas pembungkus juga menambah kelezatan rasa Nagasari. Nagasari atau Nogosari (nama Jawa) merupakan kue tradisional yang sangat populer dan telah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat Jawa. Biasanya Nagasari ini disajikan pada hari-hari besar penanggalan Jawa atau acara-acara khusus lainnya. Seperti pesta dan pernikahan. Tidak diketahui secara pasti dari mana Nagasari berasal. Ada beberapa sumber yang mengatakan Nagasari berasal dari Rembang. Asal-Usul Kue Nagasari Pada tahun 1528 M, Mahawiku Astapaka pergi ke Gelgelang untuk merayakan Trisuci Waisak di candi Borobudur. Dari Keling ia menuju Sedayu kemudian berlayar ke pelabuhan Nusupan di seberang Sungai Semanggi. Adipati Hadiwijaya alias Jaka Tingkir menyapanya, lalu meminta Mahawiku Astapaka agar bersedia tinggal di ibu kota Kerajaan Pajang untuk sementara waktu sebelum melanjutkan perjalanan ke Gelgelang. Adipati Hadiwijaya bersama Ratu Mas Cempaka, permaisurinya, kemudian menyajikan hidangan tanpa daging atau ikan. Di antara sesaji itu ada makanan ringan yang terbuat dari tepung beras, termasuk irisan pisang yang dibungkus daun pisang. Mahaviku merasa terkesan dengan ketulusan yang ditunjukkan tuan rumah. Ia kemudian mengadakan upacara Homa Yadnya untuk kemakmuran negeri Pajang, agar segala penyakit dan segala marabahaya yang melingkupi Pajang akan sirna. Mahawiku Astapaka kemudian menanam pohon dewandaru. Untuk mengenang hal itu, Adipati Hadiwijaya menamai sajian persembahan yang membekas di hati Mahawiku Astapaka itu nagasari. Warnanya yang putih dengan kuning di tengahnya mirip dengan warna bunga pohon dewandaru. Sajian Nagasari adalah simbol ketulusan hati, penolak penyakit dan kesialan dengan rahmat Tuhan. Pembuatan Nagasari Bahan makanan yang digunakan untuk membuat nagasari adalah : tepung beras, tepung tapioka, gula pasir, santan, air, daun pandan dan pisang. Pisang yang paling sering digunakan adalah jenis pisang raja. Kue ini biasanya dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus. Nagasari juga dapat dikukus dengan daun pandan sebagai pembungkus untuk menambah harum aromanya. Perpaduan potongan kecil pisang yang dibungkus dengan adonan yang lembut memberikan cita rasa yang istimewa pada kue ini.

Sate Ayam Pak Djie Pati, Kuliner Legendaris Sejak 1976

Sate Ayam Pak Djie Pati, Kuliner Legendaris Sejak 1976

Sate ayam Pak Djie Pati merupakan salah satu kuliner legendaris di Kabupaten Pati dengan tekstur daging empuk, dan bumbu yang diolah menggunakan resep pilihan warisan keluarga. Bagi pecinta kuliner di Pati dan sekitarnya yang ingin menikmati sate ayam beraroma unik, Warung Sate Ayam Pak Dji Pati bisa menjadi destinasi tujuan. Sate Ayam Pak Djie sudah ada sejak tahun 1976. Bisa dibilang tempat ini adalah warung sate legendaris di Kabupaten Pati. Warung Sate Ayam Pak Djie terletak di Pujasera seberang hotel Kurnia, Jalan Tondonegoro, Pati Wetan. Saat ini Warung Sate Pak Dji dijalankan oleh generasi kedua yaitu anak dari almarhum Pak Dji. Dilihat dari tampilannya, meski sama-sama menggunakan bumbu kacang, penyajian sate ayam Pak Dji berbeda dengan sate ayam Madura. Satu porsi sate ayam Pak Djie terdiri dari sepiring nasi/lontong; Sepuluh tusuk daging, jeroan dan telur, serta bumbu disajikan di piring terpisah. Bisa dibilang cara penyajian sate ayam bumbu Pak Dji mirip dengan penyajian warung-warung sate kambing di Pati. Bumbu kacang disajikan di piring terpisah, ditemani sambal hijau, irisan tomat, bawang merah segar, serta kecap. Bumbu ini disajikan tanpa diaduk. Rasanya manis-asin dan sedikit pedas. Anda juga bisa menambahkan rasa asam segar dengan sedikit perasan buah jeruk nipis. Irisan jeruk nipis dan bawang putih goreng biasanya sudah tersaji di meja, dan pembeli dapat menambahkan sendiri sesuai selera. “Awalnya warung sate ini ada di belakang toko Enggal, lalu pindah ke sebelah gedung DPRD. Sejak tahun 2014, kami pindah ke sini, Pujasera seberang hotel Kurnia,” kata Andrean Tri Mukti, putra bungsu Pak Dji, dikutip dari Tribun Jateng. Menurut Andrean, yang membedakan Sate Pak Dji Pati dengan sate ayam lainnya adalah bumbu dan variasi satenya. “Bumbunya pakai bumbu kacang, resep keluarga. Sementara itu varian saten yang ada disini ada beberapa macam. Tapi yang paling banyak diminta adalah sate telor,” ujarnya. Andrean menegaskan Warung Sate Pak Dji tidak membuka cabang. Warung Sate Pak Djie di depan hotel Kurnia adalah satu-satunya. Warung Sate Khas Pati ini buka setiap hari, Senin sampai Minggu. Pagi dimulai pukul 07.00 WIB hingga habis dan siang mulai pukul 16.30 WIB hingga malam hari. Namun, khusus hari Minggu warung sate Pak Djie ini hanya buka di pagi hari. Satu porsi Sate Ayam Pak Dji harganya Rp 35.000. Menurut Andrean, rata-rata ia mampu menjual sekitar 50 porsi sate ayam setiap hari. “Kami juga menerima pesanan untuk acara pernikahan atau hajatan lainnya,” ujarnya.

Es Badeg, Minuman Tradisional Khas Banyumas yang Manis dan Menyegarkan

Es Badeg, Minuman Tradisional Khas Banyumas yang Manis dan Menyegarkan

Es Badeg merupakan minuman yang berbahan dasar nira kelapa. Minuman tradisional ini memiliki rasa manis dan memiliki aroma harum yang khas. Minuman tradisional Indonesia sebenarnya sangat beragam, namun keberadaannya semakin hilang dengan hadirnya minuman kekinian kekinian yang dianggap lebih modern seperti Thai Tea, Bubble Tea, hingga Rice Mango. Salah satu yang jarang kita jumpai saat ini adalah Es Badeg. Es badeg, minuman tradisional khas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Minuman ini sudah ada sejak lama dan masih ada sampai sekarang. Es badeg sangat cocok dinikmati dalam kondisi dingin dan pas untuk dinikmati saat kondisi cuaca terik. Minuman ini berasal dari bunga kelapa atau dalam bahasa Jawa disebut manggar. Untuk membuat es badeg khas banyumas ini, bunga kelapa atau manggar disadap air niranya. Untuk mendapatkan bahan dasar membuat es badeg tidaklah mudah karena harus memanjat pohon kelapa dengan tinggi puluhan meter. Setelah itu barulah dipasang wadah untuk menampung air nira sampai penuh. Cara mendapatkan nira yang sulit dan beresiko tinggi inilah yang membuat es badeg khas Banyumas ini sangat langka ditemukan dan konon menjadi minuman legendaris. Bahkan, belakangan di Banyumas sendiri penjual es badeg ini sudah sangat susah ditemukan. Penjual es Badeg saat ini sangat jarang. Penjual es Badeg kerap menjual produknya dengan cara yang unik. Biasanya badeg diletakkan di dalam wadah bambu panjang. Bambu ini biasanya diletakkan di bagian belakang sepeda dan pedagang menjajakan badeg dengan berkeliling. Bambu yang digunakan sebagai tempat badeg ini disebut pongkor. Namun minuman khas Banyumas ini tidak dijual per-pongkor melainkan dijual per-gelas. Segelas es badeg biasanya dihargai antara Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Warna badeg ini menyerupai air kelapa namun tidak bening dan sedikit keruh. Airnya juga terasa manis dan menyegarkan, sehingga sangat efektif meredakan tenggorokan yang kering. Minuman tradisional es badeg khas Banyumas ini rasanya agak mirip dengan legen yang biasa ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Timur. Bedanya, legen terbuat dari pohon siwalan sedangkan badeg terbuat dari bunga kelapa. Penjual es Badeg juga kerap menjajakan jajanan tradisional bernama cimplung. Cemilan cimplung ini terbuat dari singkong yang direbus dengan gula aren. Rasanya manis dengan tekstur yang kenyal dan nikmat disantap dalam keadaan hangat. Meski saat ini sudah jarang ditemukan penjual badeg dan cimplung, kuliner khas Banyumas ini tak hilang begitu saja. Saat ini cimplung dan badeg banyak disajikan di beberapa rumah makan dan kafe di Banyumas.

Nasi Tiwul, Kuliner Tradisional Sejak Masa Penjajah yang Kaya Manfaat

Nasi Tiwul, Kuliner Tradisional Sejak Masa Penjajah yang Kaya Manfaat

Nasi tiwul merupakan kuliner tradisional yang pada masa lalu digunakan sebagai pengganti nasi. Saat digunakan sebagai makanan pokok, nasi tiwul biasanya ditambahkan dengan lauk dan sayuran selayaknya nasi. Apakah kamu termasuk penyuka jajanan pasar? Kalau iya, kemungkinan kamu tahu tiwul, kan? Hidangan tradisional Jawa ini sering disandingkan dengan jajanan pasar seperti lopis, gatot, cenil dan lainnya. Tiwul bisa Anda temukan di pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Nasi tiwul terbuat dari singkong yang telah dijemur (gaplek) kemudian ditumbuk atau digiling menjadi bubuk. Serbuk tersebut kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah, lalu dikukus. Meski bahan dasar tiwul dari singkong, rasa dan aroma tiwul sangat istimewa dibandingkan olahan singkong lainnya. Hal ini karena sebelum dihaluskan, kandungan air pada singkong sudah hilang akibat pengeringan. Sudah ada sejak pendudukan Jepang Sejak zaman dahulu masyarakat Jawa khususnya Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar telah merasakan tiwul. Bagi mereka, tiwul bukanlah lauk melainkan makanan utama pengganti nasi. Bagaimana cara menikmati tiwul di masa lalu? Ibarat nasi, tiwul dimakan dengan iringan ikan bakar dengan garam, sambal, daun singkong atau sayur lainnya yang mudah ditemukan di kebun. Selain itu, terkadang mereka menambahkan bahan lain seperti beras ketan hitam, jagung rebus kupas atau singkong rebus parut. Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, pada masa itu pendudukan Jepang berhasil membuat masyarakat Jawa semakin sengsara dan miskin hingga tidak mampu membeli beras. Profesor di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengungkapkan, tiwul terbuat dari singkong, digunakan sebagai pengganti beras ketika orang tidak bisa membeli beras selama era penjajahan Jepang di tahun 1960-an. Singkong benar-benar merupakan pengganti beras yang baik karena mudah tumbuh dan dapat hidup sepanjang tahun. Berbeda dengan padi yang membutuhkan tanah subur, singkong tetap bisa tumbuh di tanah gersang. Kandungan gizi tiwul cukup baik Komposisi gizi nasi tiwul sebelas atau dua belas dengan nasi. Sama-sama mengandung karbohidrat dan vitamin, singkong justru memiliki kalori lebih sedikit dan lebih banyak serat dibandingkan nasi. Jika kamu sedang mencari makanan pokok pengganti nasi, tiwul bisa menjadi jawabannya. Bagi penderita diabetes, kolesterol dan obesitas, justru disarankan untuk mengonsumsi tiwul. Ini karena kandungan gula tiwul yang rendah. Saat menikmati tiwul, pastikan kamu juga menyertakan sayuran dan lauk pauk selain tiwul untuk menjaga agar asupan gizi tetap seimbang. Untuk mendapatkan tepung tiwul, saat ini kamu tidak perlu menjemur singkong selama berhari-hari dan kemudia menumbuknya hingga halus. Saat ini banyak industri lokal yang menjual bubuk tiwul dalam kemasan kecil dengan harga terjangkau. Jadi Anda tidak perlu khawatir jika suatu saat ingin makan tiwul tapi tidak ada yang menjualnya. Kamu dapat membuat tiwul sendiri dari adonan tiwul. Semoga beruntung!

Oleh-oleh Khas Solo Ini Jangan Sampai Terlewat

Oleh-oleh Khas Solo

SURAKARTA – Oleh-oleh khas Solo ini jangan sampai terlewat saat mengunjungi kota dengan tagline Spirit of Java ini. Kota Solo saat ini menjadi salah satu tujuan wisata yang paling diminati wisatawan. Sebagai kota tujuan wisata, banyak orang yang berkunjung ke Solo dan saat akan kembali ke tempat asal ingin membawa oleh-oleh. Berikut rekomendasi makanan khas Solo yang bisa dijadikan oleh-oleh dikutip surakarta.go.id, Senin (19/12). Serabi Notosuman Serabi Notosuman terbuat dari tepung beras, vanili, daun pandan, gula, garam dan santan. Proses pembuatan serabi ini menggunakan panci kecil dari tanah liat untuk memasaknya. Serabi tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga hanya bisa disimpan selama satu hari. Roti Kecik Hidangan ini konon menjadi salah satu hidangan favorit Pakubuwono X. Jenis kue ini terbuat dari tepung beras ketan yang disangrai kemudian dicampur dengan telur dan gula. Bentuk roti ini memiliki tiga bentuk, yaitu bentuk kecil, memanjang, dan bulat. Intip Intip adalah nasi sisa yang terdapat di kuali, kemudian dikeluarkan untuk dijemur dan digoreng. Ada cara khusus untuk menggoreng intip ini yaitu dengan melumurinya dengan minyak panas secara merata lalu dicelupkan. Proses penggorengan ini dimaksudkan agar masakan matang secara merata. Abon Mesran Abon khas solo ini adalah abon mesran yang variasinya ada dua yaitu abon ayam dan abon sapi. Abon mesran memiliki aroma rempah yang kuat, yang kemudian dipadukan dengan rasa manis asli (asin-manis) dan pedas. Ampyang Ampyang dikenal sebagai makanan ringan yang terbuat dari kacang tanah dan gula merah. Bentuk ampyang cenderung bulat dengan permukaan yang tidak rata karena adanya kacang tanah. Demikian beberapa oleh-oleh khas Solo yang bisa jadi rekomendasi buat kamu. Untuk mendapatkan oleh-oleh tersebut kamu bisa mengunjungi sentra oleh-oleh di Solo atau langsung datang ke produsennya.

Kulineran di Pasar Inis Purworejo, Menikmati Sajian Kuliner Tradisional di Tengah Sawah

Pasar Inis Purworejo

Ingin mengisi liburan akhir pekan bersama keluarga? Jangan bingung, datang saja ke Pasar Inis Purworejo. Pasar unik di tengah sawah ini mengajak pengunjung menikmati suasana sambil mencicipi hidangan tradisional. Pasar ini terletak di desa Brondongrejo, kecamatan Purwodadi. Meski berada di tengah pedesaan, destinasi wisata ini cukup mudah ditemukan. Jika sudah datang ke Jalan Jogja KM 7, pengunjung hanya perlu ke arah barat sekitar 3 km untuk melihat pasar tradisional yang terletak di tengah hamparan sawah yang sangat luas. Kata Inis sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sejuk, segar dan semilir angin. Karena letaknya di pedesaan yang dikelilingi sawah dan pepohonan, pasar ini disebut Pasar Inis. Pasar buka setiap hari Minggu menawarkan berbagai produk unik. Mulai dari suasana, dari kostum para pedagang, dari makanan hingga transaksi yang harus menggunakan uang bambu. Makanan yang disajikan dijamin fresh, tanpa bahan pengawet. Perlu diperhatikan bahwa orang yang ingin membeli makanan harus menukarkan uangnya dengan ‘Dit Pring’ yang disediakan di lokasi penukaran mata uang yang telah disediakan. Jika membeli langsung dengan cash tidak akan dilayani Menu utama di Pasar Inis adalah nasi telang dan wedang telang. Namun banyak juga makanan tradisional yang ditawarkan dengan harga murah mulai dari Rp 500 hingga Rp 10.000. Usai membeli makanan, pengunjung bisa duduk santai di bangku bambu yang tertata rapi di halte Inis. Selain berbagai jenis makanan dan minuman tradisional, pasar ini juga menampilkan berbagai pertunjukan seni seperti tari dolalak dan pertunjukan lainnya. Tak hanya menyajikan aneka hidangan dan minuman, tempat ini juga dapat menjadi sarana refreshing dan quality time bagi keluarga setelah seminggu sibuk bekerja. Perlu dicatat bahwa Pasar Iris hanya buka setiap hari Minggu mulai pukul 06:00 WIB hingga 11:00 WIB.

Sate Laler Rembang, Satenya Mungil Rasanya Nendang

Sate Laler Rembang, Satenya Mungil Rasanya Nendang

Sate Laler Rembang merupakan salah satu makanan khas kabupaten yang terletak di ujung timur Jawa Tengah ini. Berbeda dengan sate Pamekasan, Sate Laler Rembang dibuat dengan daging kambing yang dipotong kecil-kecil. Dalam bahasa Jawa, laler berarti lalat. Namun jangan khawatir, masakan ini tidak terbuat dari daging lalat. Sate laler ini adalah sate kambing. Sebenarnya sate ini sama dengan sate pada umumnya. Yakni menggunakan kecap, tambahan irisan bawang merah dan tomat. Uniknya, saat disajikan, nasi dibungkus dengan daun jati agar aroma dan panas nasi tetap terjaga. Daerah Rembang dan Blora terkenal dengan hutan jatinya sehingga mudah untuk mendapatkan daun jati muda. Jika kamu sedang berlibur di Rembang dan berencana untuk bermalam di sana, tidak ada salahnya mencoba kuliner malam yang satu ini. Sate Laler merupakan menu makan malam relatif mudah ditemukan di pusat kota Kabupaten Rembang. Penjual sate laler ini bisa dengan mudah ditemui di kawasan perkotaan Rembang, tepatnya di sepanjang trotoar Jalan Kartini Rembang. Biasanya mereka mulai berjualan sore hari sesaat sebelum gelap dan baru tutup pada dini hari. Para penjual Sate Laler biasanya menjajakan satenya menggunakan pikulan. Sebagian dari mereka juga ada yang menggunakan lampu uplik sebagai penerangannya. Di sampingnya, terdapat tikar yang digelar untuk duduk lesehan. Konsep dan layanannya memang benar-benar masih tradisional. Meski hanya lesehan dan hanya memanfaatkan ruang trotoar di sisi jalan, Sate Laler ini tak pernah sepi pembeli setiap malamnya. Bahkan konsep lesehan yang terkadang juga hanya memanfaatkan emperan toko ini, justru dianggap unik dan menghadirkan nuansa tersendiri. Dinamakan Sate Laler Karena Dagingnya Kecil-kecil Pada umumnya Sate Laler dibumbui seperti halnya sate kambing. Namun, ukuran potongan daging yang digunakan baik ayam maupun kambing relatif lebih kecil. Inilah mengapa sate ini disebut sate laler. Pembeli dapat duduk di atas tikar menikmati lezatnya sate sembari menikmati lalu lintas dan kehidupan malam di Kota Rembang. Makanan khas Rembang ini biasanya berisi 10 tusuk sate. Setiap tusuk sate terdiri atas daging, lemak atau hati. Keunikan lain dari kuliner khas Rembang ini adalah nasinya dibungkus satu per satu menggunakan daun jati. Nasi biasanya sudah terlebih dahulu disajikan di atas piring yang dibentangkan di atas tikar lesehan. Ukuran satu porsi nasi ini biasanya dua kali lebih besar dari porsi nasi kucing. Kehangatan dan aroma daging kambing langsung mewarnai suapan pertama. Apalagi saat mendapati tusuk sate yang berisi lemak. Rasa manis dan pedas dari cabai dalam kecap juga menambah kelezatan kuliner malam ini. Apalagi ditambahkan irisan tomat, rasanya akan lebih segar, karena ada asam-asamnya. Harga sate laler juga cukup murah dan terjangkau. Kuliner lezat ini bisa disantap panas-panas sambil menikmati sejuknya angin malam sembari lesehan di atas tikar.