Jowonews

Lezatnya Pecel Pakis Colo di Lereng Gunung Muria, Rasanya Gurih dan Segar

Lezatnya Pecel Pakis Colo di Lereng Gunung Muria, Rasanya Gurih dan Segar

Kudus memiliki sejumlah kuliner populer yang biasa dinikmati ketika orang berkunjung ke Kudus. Beberapa kuliner kudus paling populer antara lain Soto Kudus, Lentog Tanjung, dan Nasi Pindang. Namun, selain ketiga kuliner tersebut, terdapat kuliner Pecel Pakis Colo yang tak kalah lezatnya. Kuliner ini biasa dijajakan di Desa Colo, Kecamatan Dawe yang terletak di pegunungan Muria. Jika Anda datang dari Kota Kudus, akan memakan waktu sekitar 30 menit. Sesampainya di sana, Alan akan disambut oleh pemandangan alam pegunungan dengan udara yang segar. Suasana ini dapat membantu menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh. Sekilas jika dilihat pecel pakis kudus seperti pecel pada umumnya. Nasi putih disajikan di atas piring dengan taburan sayuran, kemudian disiram dengan bumbu kacang. Di warung-warung pecel pakis biasanya juga terdapat aneka lauk tambahan. Seperti telur dadar atau mata sapi, tempe goreng, perkedel dan udang gimbal. Untuk menikmati sajian pecel pakis colo ini, Anda bisa mengunjungi rumah makan mana saja yang terletak di desa Colo, kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Di lereng Gunung Muria, pengunjung bisa menikmati pecel yang terbuat dari daun pakis atau biasa disebut daun paku ini sembari merasakan suasana dingin pegunungan. Keunikan Pecel Pakis Colo Pecel Pakis Muria memiliki karakter unik tersendiri. Pertama, karena pecel pakis terbuat dari pakis. Kemudian pecel pakis disajikan di piring tanah liat atau menggunakan daun pisang. Hal ini menambah kelezatan kuliner khas lereng Muria ini. Pecel Pakis Colo ini terasa gurih saat dicampur dengan sambal kacang dan daun pakis segar. Perpaduan ini cocok jika dipadukan dengan nasi panas. Beberapa pengungjung, baik di Kudus maupun di luar kota, sering mampir hanya sekadar menikmati kuliner khas Kudus ini. Pemilik toko Panji Roso di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Yani Nuryani, mengaku sudah puluhan tahun berjualan Pecel Pakis Colo. Dia adalah generasi ketiga. Menurutnya, pakis pecel ini unik karena menggunakan tanaman pakis. “Pada dasarnya pakis ini tumbuh liar tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia, jadi tentu kami anggap sehat,” ujarnya. Menurutnya, untuk mendapatkan pakis di lereng Gunung Muria tidaklah sulit. Pakis, juga dikenal sebagai tanaman paku, adalah tanaman yang tumbuh subur di Lereng Gunung Muria. Teknik Penyajian Pecel Pakis Muria Saat menyajikan daun pakis, ada teknik tersendiri. Menurutnya, ada teknik pengolahan agar daun pakis tetap segar dan tidak layu. “Tekniknya, jadi teknik pemutusan itu (pakis) direbus itu pemutusan panas harus kita guyur (siram) dengan air dingin. Hasil pakisnya tetap hijau tidak layu, kadang direbus dan hasil warna pakis langsung coklat,” terang Yani, dikutip dari detik.com. Teknik blasir atau blancing yang diterapkan Yani biasa dipakai untuk merebus sayuran. Proses merebus dihentikan setelah sayuran hampir lunak kemudian direndam air dingin agar proses pematangan berhanti dan warna sayuran tetap hijau. Yani menjelaskan, daun pakis tersebut kemudian dicampur dengan bumbu pecel biasa. Bedanya, bumbu pecel pakis ini tidak digiling. Namun bumbu khas Muria ini ditumbuk, menghasilkan bumbu yang merata dan tidak padat. “Bumbu pecel yang asli Gunung Muria kami giling dan ayak. Kalau bumbu pakis digiling hasilnya padat. Kalau di muria ngepyar kayak pasir. Cita rasanya tergantung dari penjualnya ada cenderung pedesnya, kencurnya terasa,” kata Yani. Salah satu pembeli Galih mengaku penasaran dengan pakis pecel tersebut. Ia sengaja pergi ke Desa Colo untuk menikmati pecel pakis. Menurutnya, rasanya enak, apalagi daun pakisnya tidak pahit dan renyah. Belum lagi bumbu kacangnya yang gurih di ujung lidah. “Enak, daun pakisnya tidak pahit. Lalu bumbu kacangnya enak banget. Seperti makan daun kangkung, tapi daun pakis teksturnya lebih enak,” kata Galih. Sebenarnya pakis atau paku lazim dinikmati masyarakat Sumatera Barat. Biasanya dibuat gulai atau dibuat pical (pecel) dengan paduan mie. Pical sikai populer di kawasan Bukittingi yang berhawa sejuk.

Nasi Tumpang Lethok Klaten, Kuliner Tradisional Penggugah Selera

Nasi Tumpang Lethok Klaten, Kuliner Tradisional Penggugah Selera

Sego Gudang merupakan salah satu kuliner khas dari Kabupaten Klaten yang cukup populer. Namun jangan salah, kabupaten ini masih memiliki kuliner lain yang tak kalah enak, yaitu Nasi Tumpang Lethok Klaten. Nasi Tumpang Lethok bisa jadi pilihan menu yang mengenyangkan untuk sarapan. Nasinya dilengkapi dengan aneka sayuran yang dicampur dengan kelapa parut, lalu di atasnya diberi sambal atau saus lethok dari campuran tempe, santan dan bumbu lainnya. Hidangan ini akan semakin terasa kelezatannya, apabila ditambahkan juga koyor atau suwiran daging sapi. Sedangkan sayuran yang digunakan dalam nasi tumpang lethok biasanya antara lain daun pepaya, tauge, kacang panjang dan bayam yang sudah direbus. Kemudian tambahkan kelapa parut hingga dengan bubuk kedelai. Tak luput juga daun kemangi juga diletakkan di atasnya. Kunci cita rasa nasi Tumpang Lethok Klaten terletak pada proses memasak lethok itu sendiri. Selain itu, lethok dibuat dari tiga jenis tempe yang berbeda, yaitu tempe segar, tempe bacem, dan tempe semangit. Selain itu juga ditambah beberapa bumbu dengan takaran yang harus sesuai. Lethok sudah diproses sejak sore hari sebelumnya, meskipun baru akan disiapkan di pagi hari. Hal ini tidak dapat disiapkan secara mendadak karena bumbunya pasti tidak akan meresap ke dalam makanan yang sedang dimasak dalam waktu yang bersamaan. Tak hanya lethok yang ditaburi nasi, tapi sajian ini seringkali sangat beragam dengan topping lainnya. Seperti tambahan irisan koyor yang memiliki penikmatinya sendiri. Biasanya nasi Tumpang Lethok Klaten juga disajikan dengan berbagai lauk lainnya seperti tempe goreng, bakwan dan sosis. Selain itu ada pula yang menambahkannya dengan kerupuk karak dan sambal belut yang semakin menambah kelezatan kuliner khas Klaten ini. Saat singgah di Klaten, kamu bisa dengan mudah menemukan warung nasi tumpeng di sepanjang Jalan Mayor Kusmanto, Desa Semangkak, Kabupaten Klaten Tengah.

Soto Bebek Klaten, Perpaduan Manis Gurih dari Bebek Bacem dan Kaldu

Soto Bebek Klaten, Perpaduan Manis Gurih dari Bebek Bacem dan Kaldu

Soto Bebek Klaten merupakan kuliner khas Klaten yang memiliki cita rasa yang unik. Soto ini berbeda dengan soto lainnya karena menggunakan daging bebek sebagai tambahannya. Soto merupakan salah satu kuliner khas Indonesia yang sangat populer. Di berbagai daerah, hampir pasti dapat menemukan sajian kuliner dengan rasa gurih ini. Namun, di setiap daerah, rasa dan tampilan soto ini sangat berbeda. Misalnya soto khas Surabaya, Lamongan, Soto Mi Bogor, Betawi, Banjar, Semarang, Kudus, hingga Soto Segar Boyolali. Pada umumnya soto menggunakan ayam sebagai pelengkapnya. Tidak hanya itu, juga yang menggunakan daging sapi atau pun kerbau. Namun, ada juga soto yang menggunakan daging bebek lho. Soto unik ini dapat kamu nikmati di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Yang masih penasaran bisa langsung ke Warung Soto Bebek Bacem Bu Heri yang sangat legendaris itu. Toko ini terletak di Jalan Ki Pandanaran, Desa Danguran, Kabupaten Klaten Selatan. Sejarah Soto Bebek Klaten Warung Soto Bebek Bu Heri di Wedi Klaten juga merupakan salah satu keluarga dari pencetus soto bebek di Kabupaten Klaten yang berasal dari Gondang, Jogonalan. Soto ini sudah turun temurun sejak mbah buyut. Kalau saya itu sudah generasi ketiga. Simbah Siswo yang ada di Gondang itu pusatnya. Itu mbah buyut saya. Kalau dulu dari orang tua itu sejak tahun 1987. Dari Mbah Siswo sendiri tidak punya anak. Jadinya diturunkan ke ibu dan Budhe saya,” kata Nurul, dikutip dari klatenkab.go.id. Keunikan Soto Bebek Klaten Setiap porsi Soto Bebek Bacem dilengkapi dengan nasi, kol dan taoge. Tambahkan seledri, daging bebek, dan bawang goreng. Ada juga kuah bening dengan kuah kaldu daging bebek yang sudah direbus selama tiga jam. Direbus dengan bumbu soto antara lain bawang putih, bawang merah, salam, serai dan jahe. Khusus untuk suwiran daging bebek dibuat dengan cara direbus sebentar agar dagingnya empuk. Sedangkan proses pembaceman daging bebek dengan berbagai bumbu dan rempah dalam dua hari. Lamanya waktu pengolahan itu untuk memastikan bumbu meresap ke dalam daging. Dibutuhkan sedikitnya lima ekor bebek sekaligus untuk membuat kaldu dari soto bacem bebek ini. Semakin banyak bebek diolah, semakin terasa kaldunya. Dari bebek yang direbus itu pula bisa diteruskan untuk diolah menjadi bebek bacem. Soto bebek bacem rasanya berbeda dengan soto ayam dan soto daging sapi. Perpaduan asin dan manis akan ditemukan dalam sajian khas masakan ini. Rasa asinnya berasal dari kuah kaldunya yang berupa kuah bening dan rasa manisnya berasal dari suwiran bebek bacem. Saat mencicipi seporsi Soto Bebek Bacem, Kamu bisa menambahkan perasan air jeruk nipis agar rasanya sedikit lebih asam. Jika kurang manis bisa ditambahkan kecap manis dan jika ingin pedas tambahkan sambal yang tersedia. Tetapi, meskipun tidak ditambahkan jeruk nipis, soto ini tetap terasa lezat. Ada dua cara menyajikan soto bebek bacem khas Klaten ini. Pertama, soto disajikan dengan cara dicampur. Kedua, soto dapat disajikan secara terpisah. Kalau dipisah antara nasi dan kuahnya sendiri-sendiri tetapi porsinya lebih banyak jika dibandingkan dengan dicampur. Saat menikmati seporsi soto bebek bacem, kamu bisa menikmatinya dengan lauk pauk seperti tahu dan tempe. Demikian dapat dinikmati bersamaan dengan bebek goreng gulung. Hal ini tergantung selera masing-masing.

Brongkos Kikil Menggoro Temanggung, Kuliner Pelosok yang Selalu Diburu

Brongkos Kikil Menggoro Temanggung, Kuliner Pelosok yang Selalu Diburu

Seperti namanya, Brongkos Kikil Menggoro berada di desa Menggoro, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung. Di tempat ini, setidaknya terdapat sembilan warung yang menyajikan hidangan yang kerap menjadi tujuan para penikmat kuliner dari luar kota ini. Untuk mencicipi hidangan istimewa ini, pembeli harus menempuh jalan berliku dan naik turun. Jarak dari pusat Kabupaten Temanggung, sekitar 10 km menuju Gunung Sumbing. Baru setelah itu, pecinta kuliner bisa menikmati brongkos kikil kambing mulai dari kepala, kaki, lidah, hingga balungan. Saat menikmati brongkos, penikmat kuliner dapat menikmati kepala dan kaki kambing, serta semua organ yang melekat padanya. Bagian organ lain itu sebut saja seperti lidah, daun telinga, atau mata. Kendati terkesan mengerikan saat menikmati bagian organ kambing tersebut, ternyata setiap jeroan tersebut memiliki penggemarnya sendiri-sendiri. Salah satu penjual Brongkos Kikil Menggoro, Sudarwati, mengatakan jika organ kesayangannya habis, pengunjung kerap kecewa. Sebagai warung brongkos pertama di sana, Sudarwati, nama gadis Ny Pujo, mengaku pada awalnya mendapat resep masakan brongkos dari tetangga. Menurut beberapa tetangga, rasanya akan terasa kurang lezat jika bahannya diganti dengan daging kikil sapi. Jadi sejak awal dia selalu menggunakan daging kambing. Proses Pembuatan Brongkos Selama Tiga Jam Untuk menyiapkan hidangan ini memakan waktu sekitar tiga jam. Proses ini diawali dengan membakar kepala dan kaki kambing hingga setengah matang. Kemudian kedua bagian tersebut dipotong-potong, dicuci dan direbus selama satu jam. Setelah itu, bagian tulang diambil dan berikutnya dimasak dalam kuah santan. Untuk kuah brongkos, kata Bu Pujo, tidak ada bahan khusus karena bahan yang digunakan sama dengan resep gulai, antara lain bawang merah, bawang putih, serai dan cabai. Hanya saja, agar lebih nikmat dan unik, sajian ini juga ditambahkan jahe yang lebih banyak. Setelah dimasak sekitar satu jam, rasa dan aroma khas jahe terasa demikian pekat. Aroma dan rasa pedasnya menambah kelezatan masakan. Dengan bahan dasar yang digunakan, hidangan ini juga terasa sangat berminyak. Perpaduannya dengan bumbu rempah menghadirkan rasa nikmat yang terasa lengket di mulut. Dalam kuah santannya, Bu Pujo juga sering memasukkan otak kambing yang dibungkus dengan daun pisang batu. Penggunaan daun pisang batu ini membantu otak agar tidak hancur saat direbus dan dapat menyerap rasa dari campuran bumbunya. Disajikan dalam Mangkuk besar Kepala kambing, kaki dan beberapa bagian lainnya biasanya dihidangkan dalam satu mangkuk besar. Selain nasi, Bu Pujo sering menyajikan hidangan ini dengan semangkuk sambal tomat. Agar lebih enak, beberapa pengunjung terkadang menambahkan kecap ke dalam brongkos, sesuai dengan selera masing-masing. Setiap harinya, 15 pasang kepala-kaki kambing habis dalam sehari. Pada pagi hari, Ny Pujo memulai aktivitasnya dengan berbelanja dan memasak hingga pukul 09.00. Hidangan brongkos kikil sendiri baru akan siap sekitar pukul 11.00. Kendati demikian, Bu Pujo selalu membuka warungnya pada pukul 06.00 pagi. Saat brongkos kikil belum matang, para pengunjung kami persilakan menikmati hidangan lain terlebih dahulu, seperti beragam sayur dan lauk-pauk seperti ikan lele atau tongkol goreng. Kendati demikian, terbukti warung Pak Pujo baru ramai pada jam saat makan siang, di atas pukul 11.00 WIB. Pada jam-jam itulah warga berbagai kota biasa datang, menikmati rasa gurih, hangat, dan penuh lemak, khas brongkos kikil.

Soto Kletuk Khas Blora, Kuliner Lezat Legendaris Dengan Segala Keunikannya

Soto Kletuk Khas Blora, Kuliner Lezat Legendaris Dengan Segala Keunikannya

Kabupaten Blora, kota yang biasa dikenal sebagai kota Jati atau pun Kota Sate. Kabupaten di ujung timur Jawa Tengah ini ternyata memiliki banyak hidangan yang sangat lezat. Salah satunya adalah Soto Kletuk Khas Blora yang sangat digemari para wisatawan. Soto Kletuk khas Blora pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan soto pada umumnya. Kuahnya bening, tanpa santan seperti Soto Semarang, dengan tambahan telur seperti Soto Lamongan. Keunikan Soto Kletuk Khas Blora Namun keistimewaan soto ayam ini terletak pada taburan ketela goreng berbentuk kotak-kotak kecil mirip dadu. Potongan ketela kotak kecil-kecil ini saat dikunyah akan mengeluarkan suara klethuk-klethuk, itulah asal mula nama jajanan soto ini. Penggunaan kuah kaldu ayam kampung dan bumbu-bumbu seperti jahe, serai, dan lain-lain membuat kuah soto ini kian terasa sedap dan nikmat. Soto khas Blora ini paling enak disajikan saat masih panas. Benar-benar segar dan nikmat jika disantap dengan lauk pauk lainnya. Seperti kerupuk, tempe goreng, bakwan jagung, perkedel, tahu, ati ampela atau sate telur puyuh. Masakan Soto Kletuk ini telah ada sejak tahun 1990-an. Hingga saat ini banyak tempat yang menjual menu Soto Kletuk ini, sehingga dapat dengan mudah ditemukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Blora. Pada umumnya, satu porsi Soto Kletuk terdiri dari ayam suwir, tauge, bihun rebus, telur ayam, sedikit bawang goreng dan yang terpenting adalah taburan kletuk dari ketela goreng. Harga seporsi Soto Unik Khas Blora ini juga dapat dibilang sangat terjangkau. Soto Kletuk Mbah Gowak Salah satu yang paling legendaris adalah Soto Kletuk Mbah Gowak yang berdiri sejak tahun 1953. Soto Kletuk Mbah Gowak terletak di Jalan Gunung Lawu Blora. Keberadaannya terkenal karena memiliki rasa yang menggoyang lidah. “Irisan daging ayam kampung asli menjadi ciri khas soto ini. Kuah ayam dengan bumbu khas tempo dulu menambah kenikmatan,” kata salah satu penikmat Soto Kletuk Mbah Gowak, Pringgo, Sabtu (18/6/2022). Saat ini Soto Kletuk Mbak Gowak diteruskan oleh cucunya, Solikin. Menurut Solikin, nama Gowak diberikan oleh seorang pria Tionghoa yang telah menjadi langganan soto kakeknya. “Gowak berasal dari bahasa Jawa, sego iwak atau nasi daging. Sedangkan nama asli Mbah Gowak adalah Parto Pasiman. Sebelum populer, Soto Kletuk Mbah Gowak dulunya dijual keliling. Pada tahun 1970, kakeknya berjualan di sebelah utara Alun-alun Blora, tepatnya di sebelah barat rumah dinas bupati. “Sejak tahun 2017 sampai saat ini, memutuskan untuk berjualan di Jalan Gunung Lawu, Kelurahan Tempelan Blora,” ujarnya, dikutip dari jateng.inews.id. Kelezatan Soto Kletuk Mbah Gowak terbukti dengan meraih juara pertama Lomba Soto tahun 2007 dari Bupati Blora saat itu. Meski sudah berusia lebih dari satu abad, Soto Kletuk Mbah Gowak tidak kehilangan pamornya. Hingga saat ini, banyak pejabat di Kabupaten Blora yang masih menjadi langganan dari soto legendaris ini. Harganya yang terjangkau juga tidak membebani penikmat soto ayam.

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja Banyumas, Kuliner Manis Gurih Ini Dulunya Gratis

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja Banyumas, Kuliner Manis Gurih Ini Dulunya Gratis

Selain Soto Sokaraja, Kabupaten Banyumas juga memiliki kuliner lezat lainnya, yakni Getuk Goreng Sokaraja. Kuliner lezat memiliki perpaduan rasa gurih dan manis. Konon, pada zaman dahulu, masyarakat Banyumas tidak manjadikan nasi sebagai makanan utama mereka. Namun, mereka mengonsumsi umbi-umbian sebagai makanan setiap hari. Setidaknya demikian dikatakan Penulis dan juga budayawan Ahmad Tohari. Dikatakannya, dulu, sebelum masyarakat Banyumas mengenal sistem irigasi, kebun singkong sangat mudah ditemukan pedesaan. Banyak makanan berbahan dasar olahan singkong bermunculan, termasuk getuk. Seiring waktu, makanan getuk mengalami transformasi. Bahkan, makanan ini terus mengalami inovaasi pengolahan, salah satunya dengan cara digoreng, hingga akhirnya terciptalah getuk lezat bernama “Getuk Goreng”. Di Sokaraja, wilayah Banyumas, hidangan getuk goreng memiliki sejarah panjang dan keberadaannya masih bertahan hingga saat ini. Seperti apa sejarah Getuk Goreng Sokaraja Banyumas? Sejarah Getuk Goreng Sokaraja Getuk goreng ini pertama kali dibuat pada tahun 1918. Cemilan ini pertama kali dibuat Sanpirngad, ia biasa berjualan nasi rames. Siapa sangka getuk goreng ini awalnya dibuat karena dagangan Sanpirngad tidak laku dan sering dibuang begitu saja. Getuk goreng ini awalnya ditawarkan secara gratis di warungnya. Tak disangka ternyata getuk goreng banyak peminatnya. Hanya dalam waktu 6 tahun, getuk goreng ini tidak lagi dijual gratis. Saat melewati Sokaraja, banyak papan petunjuk Getuk Goreng Asli H. Tohirin di sepanjang Jalan. H. Tohirin merupakan menantu Pak Sanpirngad yang melanjutkan usaha getuk gorengnya. Saat ini ada beberapa cabang yang dibuka oleh keturunan H. Tohirin. Seperti apa rasanya getuk goreng? Bagaimana bisnis tersebut dapat diturunkan dari generasi ke generasi dan bertahan meskipun berbagai macam makanan kekinian bermunculan. Rasa getuk goreng tentu semanis dan legit seperti halnya getuk pada umumnya. Bedanya, getuk goreng bagian luarnya agak asin renyah di bagian luar karena adanya terpung dipermukaan luarnya. Selain itu, proses penggorengan juga membuat getuk lebih awet. Hal ini membuat getuk goreng cocok untuk oleh-oleh. Khususnya untuk oleh-oleh wisatawan mancanegara. Meski dibawa sebagai oleh-oleh dengan perjalanan berjam-jam, getuk goreng tidak basi. Bahan-bahan untuk membuat getuk goreng mudah ditemukan. Seperti getuk pada umumnya, bahan utama getuk goreng adalah singkong. Dan di Sokaraja, kita bisa dengan mudah menemukan tanaman singkong. Apalagi dulunya singkong merupakan makanan utama. Singkong tersebut kemudian dikukus dan dihaluskan sebelum dicampur dengan bahan lain. Kedua, bahan yang membuat getuk goreng manis adalah gula jawa. Warna coklat pada getuk goreng ini juga karena penggunaan gula merah. Tentu saja, cokelat di bagian luar getuk goreng itu karena proses penggorengan. Setelah semua bahan diuleni hingga tercampur, adonan dibentuk menjadi potongan-potongan kecil. Langkah terakhir sebelum menggoreng, adonan dicelupkan ke dalam tepung terlebih dahulu. Goreng dalam minyak yang banyak dan panaskan sampai berwarna cokelat keemasan. Getuk goreng yang telah matang dikemas dalam besek kecil. Siap dibawa untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

Kecap Lele Khas Pati, Kecap Legendaris Bercita Rasa Tinggi

Kecap Lele Khas Pati, Kecap Legendaris Bercita Rasa Tinggi

Beberapa daerah di pantai utara (Pantura) memiliki kecap khasnya sendiri, tak terkecuali Kabupaten Pati. Kota kacang ini juga memiliki kecap khas dengan merek Kecap Masakan No. 1 Ikan Lele atau populer disebut Kecap Lele Khas Pati. Kecap yang terbuat dari kedelai hitam juga memiliki tekstur dan rasa yang berbeda di beberapa daerah. Salah satunya adalah Kecap manis Ikan Lele Go Tjwan Hok, Kabupaten Pati. Meski bernama Ikan Lele, bahan pembuatannya sama sekali tidak menggunakan unsur ikan lele sama sekali. Bahan-bahan yang digunakan adalah yang biasa digunakan untuk membuat kecap seperti kedelai hitam, gula, garam dan beberapa bumbu. Kecap Lele Ada Sejak Tahun 1954 Kecap Lele khas Pati, Jawa Tengah ini didirikan pada tahun 1954 oleh seorang pengusaha lokal Tionghoa bernama Go Tjwan Hok alias Pranoto. Perusahaan kecap ini mendapat izin dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1988, yaitu SP nomor 18/11.24/88. Perizinan Kementerian Kesehatan sangat penting, karena kecap berkaitan erat dengan kebutuhan pangan, sehingga harus memenuhi syarat kesehatan sebagai pangan untuk konsumsi manusia. Menggunakan Bahan alami Produksi masih dilakukan dengan cara tradisional. Untuk membuat kecap lebih tahan lama, digunakan gula dan garam sebagai pengawet. Menurutnya, hanya dengan dua bahan ini kecap bisa bertahan hingga dua tahun. Kecap Masakan No. 1 Ikan Lele menggunakan strategi tersendiri untuk mendapatkan loyalitas konsumen dengan menegaskan penggunaan bahan-bahan alami pada kecapnya, tanpa menggunakan pengawet atau pengental. Meski masih diproduksi secara sekala rumahan, namun produksinya sudah mencapai 50 ton dalam sebulan. Untuk pemasaran hanya menjangkau wilayah Pati dan sekitarnya. Namun banyak masyarakat dari luar daerah Pati yang membeli dalam jumlah besar dan dibawa ke daerahnya masing-masing. Dari tangan-tangan mereka kecap ini dapat merambah ke beberapa daerah di luar Pati seperti Semarang, Solo, Bengkulu, Palembang dan beberapa daerah di luar Pati. Sumatera lainnya. daerah. Dari segi rasa, kecap ikan lele sudah tidak diragukan lagi. Namun ada alasan lain mengapa orang tidak mau berubah, malah mengiklankan kecap ini secara gratis. Bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecap ini selalu alami. Itulah daya tariknya. Kecap Lele Menggunakan Kemasan Sederhana Dikemas sederhana dalam kantong plastik dan botol kaca, kecap yang populer disebut Kecap Lele ini telah menjadi favorit banyak orang dan banyak rumah makan. Ya, banyak pemasok bakso, siomay, soto, nasi goreng, tahu gimbal, dan lainnya banyak yang mempercayakan rasa manis kecap dari kelezatan Kecap Lele. Mengapa kecap ini menjadi idola bagi sebagian orang? Menurut penggemar setianya, sambal Kecap Lele ini lebih manis dan kental dibandingkan kecap lainnya. Harganya Murah Harganya relatif murah dibandingkan kecap merek lainnya yang ada di pasaran. Kemasannya juga cukup sederhana dengan berbagai ukuran. Namun, berkat kesederhanaan inilah kecap lele terus diminati masyarakat. Benar sekali, kecap lele yang sudah ada sejak tahun 1954 ini terkenal dengan cita rasanya yang kaya, sehingga cocok untuk masakan dan cemilan. Omong-omong, apakah kamu pernah merasakan kelezatannya?

Sate Sapi Suruh Salatiga, Satenya Empuk Dipadu Dengan Bumbu Kacang Yang Gurih

Sate Sapi Suruh Salatiga, Satenya Empuk Dipadu Dengan Bumbu Kacang Yang Gurih

Bagi pecinta sate, tentu sate sapi sangat jarang ditemukan, yakni Sate Sapi Suruh Salatiga. Sate ini telah menjadi ikon kuliner Kota Salatiga. Dinamakan sate sapi suruh karena pertama kali ada di Pasar Suruh, meskipun Pasar Suruh sebetulnya masuk kawasan Kabupaten Semarang justru kuliner ini lebih melegenda di Kota Salatiga. Banyak yang susah melupakan kenikmatan sate ini, selain jarang ditemukan penjual sate sapi, juga karena rasanya yang lezat. Dagingnya empuk, tingkat kelembutannya sama dengan sate ayam, sangat gampang dikunyah. Rasa daging sapinya sungguh mantap, matang dan juicy, seperti memakan daging well done namun masih ada minyak lemaknya. Sate yang lezat dicampur dengan bumbu kacang yang masih kasar menimbulkan suara renyah di mulut. Resep Turun Temurun Sate sapi suruh dikelola secara turun temurun, yang saat ini sudah dikelola generasi ketiganya. Cita rasa sate sapi suruh mampu dipertahankan hingga saat ini karena pemiliknya selalu menggunakan daging berkualitas sebagai bahan baku, sehingga hanya dibakar saja daging sudah empuk. Untuk ukuran satenya tidak sebesar sate kambing pada umumnya, namun lebih cenderung sebesar sate ayam yang tidak terlalu besar. Setiap hari warung sate sapi suruh menghabiskan dagung minimal sepuluh kilogram. Untuk bumbunya juga dibuat sendiri dengan resep turun temurun. Bumbunya terdiri dari dua macam, yaitu bumbu untuk celupan (rendaman) sebelum sate dibakar serta bumbu kacang setelah sate matang dihidangkan. Untuk bumbu celupan terdiri dari ketumbar, bawang putih, kemiri disangrai, kunyit, gula merah, dan garam. Bumbu dan rempah dihaluskan kemudian diberi air secukupnya. Sedangkan untuk bumbu kacang yang juga sangat terkenal rasanya yang khas dan kenikmatannya, konsumen bisa memilih sambal kacang yang pedas atau tidak pedas. Bumbu sambal kacang dibuat dari kacang tanah yang digoreng, kemudian ditumbuk halus. Kemudian cabe merah keriting dan bawang putih digoreng kemudian dihaluskan dengan garam, gula merah, lalu disiram air panas. Varian Sate Sapi Suruh Di warung ini ditawarkan 3 varian sate, daging semua atau campur lemak (daging muda/gajih) atau campur daging dan lemak. Untuk pendamping makan sate, tersedia ketupat, bukan lontong seperti warung sate pada umumnya. Sama halnya dengan sate dan bumbu yang dibuat sendiri, ketupat dan tusuk sate juga dibuat sendiri karena faktor kemantapan. Sang pemilik hanya percaya dengan ketupoat buatannya, karena dibuat dengan nasi berkualitas. Selain sate, di sini juga terdapat pilihan menu lain seperti bakso dan mie ayam yang juga jangan sampai dilewatkan. Harga Sate Sapi Suruh Salatiga Tidak perlu khawatir masalah harga, dibandingkan dengan sate kambing atau sate ayam di temoat lain, sate suruh ini masih tergolong terjangkau. Harga yang masih masuk akal karena cita rasa yang mantap sebanding dengan harga yang ditawarkan. Untuk satu porsi sate sapi daging RP 26.000, sedangkan untuk sate campur (daging atau lemak) Rp 21.000. Harga di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan penjual. Lokasi Sate Sapi Suruh Lokasi warung sate sapi suruh sangatlah strategis dan mudah dijangkau karena berada di tengah Kota Slatiga sebelah kantor polsek. Dari bundaran Salatiga, langsung ke arah Pasar Salatiga. Harus jeli melihat jalan karena jalan yang dilalui satu arah. Buka mulai pukul 09.30 WIB hingga malam hari, juga dapat menerima pesanan, untuk resepsi pernikahan atau acara lainnya. Jika sedang berkunjung atau melewati Kota Salatiga, maka sangat wajib mencoba sate sapi suruh ini. Harus coba minimal sekali dalam hidup.