Jowonews

Seri Walisongo: Awal Mula Masuknya Islam ke Nusantara Abad 7

Seri Walisongo: Awal Mula Masuknya Islam ke Nusantara Abad 7

Alam Nusantara dikenal sangat indah dan kaya akan berbagai sumber daya alam. Ini sebagai salah satu bentuk nikmat Allah Yang Maha Kuasa yang wajib disyukuri dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Nusantara merupakan suatu gugusan pulau-pulau yang membentang dari barat ke timur di antara Benua Asia dan Australia. Secara astronomis, Nusantara terletak antara 95o BT – 141o BT dan 6o LU – 11o LS. Dengan letak astronomis tersebut, Indonesia termasuk ke dalam wilayah beriklim tropis. Wilayah tropis dibatasi oleh lintang 23,5o LU dan 23,5o LS. Di wilayah tropis seperti Nusantara, sinar matahari selalu ada sepanjang tahun dan suhu udara tidak ekstrim sehingga masih sangat nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas. Lama siang dan malam juga hampir sama, yaitu sekitar 12 jam siang dan 12 jam malam. Sedangkan secara Geografis, Nusantara terletak diantara dua benua dan dua samudra. Benua yang mengapit Nusantara adalah Benua Asia yang terletak di sebelah utara dan Benua Australia yang terletak di sebelah selatan. Samudra yang mengapit Nusantara adalah Samudra Pasifik di sebelah timur dan Samudra Hindia di sebelah barat. Pola angin muson yang bergeak menuju wilayah Nusantara pada saat angin barat dimanfaatkan oleh orang-orang masa lalu untuk melakukan perpindahan atau migrasi dari Asia ke berbagai wilayah di Nusantara. Perahu yang digunakan untuk melakukan migrasi tersebut masih sangat sederhana dan pada saat itu masih mengandalkan kekuatan angin sehingga arah gerakannya mengikuti arah gerakan angin muson. Kepulauan Nusantara sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan internasional di Asia Tenggara. Oleh karenanya, interaksi antar peradaban pun menjadi suatu hal yang niscaya. Di antara peradaban yang saling mempengaruhi dengan diawali pelayaran dan perdagangan adalah bangsa Cina, Melayu, India, Timur Tengah, Persia, dan Eropa. Nusantara terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Selain rempah-rempah, Kepulauan Nusantara juga memiliki komoditas lain seperti emas, perak, batu permata, kain katun, teh, kopi, dan hasil alam lainnya yang bermutu tinggi. Hal ini menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk membeli hasil bumi itu. Interaksi peradaban yang terjadi antarbangsa dalam proses perdagangan tersebut tidak hanya mendorong terjadinya proses akulturasi dan asimilasi budaya, melainkan juga benturan antar peradaban. Pedagang-pedagang yang datang dari berbagai penjuru dunia membawa peradaban mereka masing-masing. Pedagang-pedagang yang datang dari India membawa peradaban Hindu-Buddha dan para pedagang Cina membawa peradaban Konghuchu (Confusiusme). Pedagang-pedagang yang datang dari daerah Timur Tengah seperti Jazirah Arab dan juga Persia serta Gujarat membawa peradaban Islam. Begitu pula pedagang-pedagang dari Eropa di masa berikutnya membawa ajaran Nashrani. Hindu dan Buddho masuk ke Indonesia sekitar abad ke-2 dan abad ke-4 M. Pedagang dari India yang datang ke Sumatra, Jawa, dan Sulawesi membawa’agama’ dan peradaban mereka. Perkembangan ‘agama’Hindu mulai di Pulau Jawa pada abad ke-5. Para pedagang juga mengembangkan ajaran Buddho. Hasilnya, kebudayaan Hindu dan Buddho mempengaruhi terbentuknya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddho seperti Kerajaan Kutai, Sriwijoyo, Tarumanegara, Mataram Hindu, Padjajaran dan Mojopahit. Walaupun saat itu sudah cukup banyak orang-orang Islam yang hidup di Mojopahit. Baik dari kalangan bangsawan, para pedagang, maupun rakyat jelata. Sebelum membahas runtuhnya Kerajaan Hindu Syiwo-Buddho Mojopahit dan berdirinya kerajaan Islam Demak yang dirintis para wali, berikut ini disajikan sekilas beberapa teori tentang proses awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Diantara teori-teori tersebut adalah Teori Mekah oleh Prof. DR. Buya Hamka, Teori Persia oleh Prod. DR. Abubajar Atjeh, Teori Cina oleh Prof. Slamet Muljana, Teori Maritim oleh NA.Baloch, dan Teori Gujarat oleh Orientalis Belanda Snouck Hurgronje. Terkait mana yang lebih mendekati kebenaran, kiranya pendapat Prof. Dr. Buya Hamka yang mendasarkan pada berita Cina dari Dinasti T’ang adalah fakta sejarah yang paling valid (rajih). Prof. DR. Buya Hamka menuliskan, ‘Ahli sejarah ada yang berkata bahwa di zaman pemerintahan Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang kedua, telah didapat sekelompok keluarga orang Arab di Pesisir Barat pulau Sumatera. Artinya sebelum habis seratus tahun setelah Nabi kita Muhammad saw. Tetapi di kurun-kurun ketiga dan keempat Hijriyah, di zaman keemasan Daulah Bani Abbas di Baghdad sudah banyak pelajar dan pengembara bangsa Arab itu menyebut-nyebut pulau Sematera, ketika mereka membicarakan suatu Kerajaan Buddha yang dikenal dalam kitab-kitab mereka dengan nama ‘Syarazah’ atau Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Palembang, Ibu Negeri Sumatera Selatan sekarang ini. Pendapat Prof. Dr. Buya Hamka ini juga dikuatkan oleh pendapat beberapa sejarawan. Di antaranya adalah Prof. Ahmad Mansur Suryanegara yang berkesimpulan bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Mekah sejak abad ke-7 M melalui Aceh. Islam pertama kali masuk ke Sumatera sejak abad 7 juga telah disebutkan oleh W.P. Groeneveldt yang menjelaskan bahwa berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad 6 masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanfu (Kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri. Oleh karena Islam sendiri masuk ke Cina Tiongkok pada abad ke-7, ketika Khalifah ke-3, Utsman bin Affan (577-656 M) mengirim utusannya yang pertama menghadap Kaisar Yong Hui dari Dinasti T’ang pada 2 Muharram 31 H/25 Agustus 651 M. Ini terjadi oleh karena saat kerajaan Sriwijoyo di Sumatera mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad 7 dan 8 M sebagaimana dalam Prasasti Ligor 775, berita Cina dan Arab, selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri Asia Timur dan Asia Tenggara. Perkembangan Islam melalui pelayaran dan perdagangan secara internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat dipengaruhi oleh kuatnya dominasi kekuasaan Islam Bani Umayyah. Sedangkan perkembangan Islam di Asia bagian Tenggara maupun Timur dipengaruhi oleh kuatnya dominasi Islam di kerajaan Cina mas Dinasti T’ang. Syed Naguib Al-Attas juga menjelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara sejak abad 7. Pada abad ke-7 ini, orang-orang Islam telah memiliki perkampungan di Kanton, menunjukkan kegembiraannya menyaksikan derajat keagamaan yang tinggi dan otonomi pemerintahan; dimana mereka akan memelihara kelangsungan perkampungan serta organisasi di Kedah dan di Palembang. Bukti lainnya adalah sebuah literatur kuno Arab yang berjudul ‘Aja’ib Al-Hind yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar Al-Rumhurmuzi pada tahun 1000 M., memberikan gambaran bahwa ada perkampungan-perkampungan muslim yang terbangun di wilayah Kerajaan Sriwijoyo. Hubungan Sriwijoyo dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah terus berlanjut hingga di masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ibnu Abdur Rabbih dalam karyanya Al-Iqud Al-Farid menyebutkan bahwa ada proses korespondensi yang berlangsung antara raja Sriwijoyo kala itu. Sri Indravarman, dnegan khalifah yang terkenal adil tersebut. Sedangkan telah diketahui bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat … Baca Selengkapnya

Aksi Minum 1500 Gelas Purwaceng Di Dieng Pecahkan Rekor MURI

Purwaceng

BANJARNEGARA – Kurang lengkap rasanya jika mengunjungi Dieng tanpa mencicipi minuman khas Purwaceng. Bahkan pada acara Dieng Culture Festival (DCF) tahun ini, terdapat agenda pemecahan rekor MURI meminum Purwaceng sebanyak 1500 gelas. Aksi untuk mempopulerkan minuman tradisional khas Dieng ini dilakukan usai pembukaan DCF di lapangan Arjuna, Desa Dieng Kulon. Aksi minum Purwaceng ini dilakukan oleh warga setempat dan para wisatawan yang sengaja menghadiri DCF. Salah satu wisatawan asal Indramayu Anggi mengaku baru pertama kali meminum Purwaceng. Menurutnya, rasanya hampir seperti jahe, tapi tidak pedas di lidah. “Ini baru pertama, rasanya seperti jahe tapi tidak terasa pedas seperti jahe,” ujarnya, dikutip dari Detik Jateng, Jumat (2/9/2022). Efek setelah minum Purwaceng, hampir sama saat meminum jahe. Minum purwaceng mampu memberikan efek hangat pada tubuh. Hal ini sangat cocok diminum, yang mana saat ini suhu udara di Dieng sudah mulai dingin. “Setelah minum rasanya di badan hangat. Jadi lumayan bisa untuk menghangatkan. Karena ini udaranya sudah mulai dingin,” sambungnya. Pemecahan Rekor minum purwaceng merupakan kerjasama antara Pokdarwis Dieng Pandawa dengan Bank Indonesia sebagai sponsor utama DCF pada tahun 2022. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, sebanyak 1.516 gelas Purwaceng diminum bersama. Kegiatan ini juga memecahkan rekor MURI sebagai minuman bersoda terbanyak. “Ada 1.516 cup purwaceng yang diminum secara bersama-sama. Pemecahan rekor MURI ini sekaligus menandai semangat kebersamaan dalam mewujudkan Dieng sebagai destinasi wisata yang inklusif dan mendukung implementasi green economy yang berkelanjutan,” paparnya.. Purwaceng sendiri merupakan minuman khas Dieng yang mampu memberikan efek hangat pada badan. Sehingga dengan meminum minuman ringan bersama diharapkan dapat menghangatkan tubuh para wisatawan. “Ini minuman organik khas Dieng dan konon katanya bisa memperbaiki kondisi fisik dan menghangatkan badan,” jelasnya. Foto: doc. Detik Jateng

Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak, Pusara Sang Wali Yang Tak Pernah Sepi Peziarah

Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak, Pusara Sang Wali Yang Tak Pernah Sepi Peziarah

Makam Sunan Kalijaga terletak di daerah Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Sunan Kalijaga merupakan salah satu makam penyebar agama Islam di Tanah Jawa. Karena jasanya, makam Sunan Kalijaga menjadi salah satu objek wisata religi andalan di Demak. Pengunjung tak hanya wisatawan lokal saja, melainkan juga dari mancanegara. Sunan Kalijaga atau Susuhunan Kalijaga adalah tokoh Walisongo. Ia dikenal sebagai Wali, yang sangat dekat dengan Masyarakat Jawa. Hal ini karena kemampuannya mengintegrasikan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa. Sunan Kalijaga lahir di Tuban pada tahun 1450. Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Tuban yaitu Bupati Tuban bernama Tumengun Wiratikta dan istrinya bernama Dewi Nawangram. Nama depan Sunan Kalijaga adalah Raden Sahid, atau sering diucapkan dengan Raden Said. Silsilah Sunan Kalijaga Ada dua pendapat yang berbeda mengenai Sunan Kalijaga. Menurut pendapat pertama, Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab dan Jawa. Di sisi lain, pendapat lain berdasarkan Babad Tanah Jawi mengungkapkan bahwa Sunan Kalijaga adalah orang Arab. Meskipun silsilah Sunan Kalijaga dapat ditelusuri hingga ke garis keturunan kakeknya, namun ia masih memiliki garis keturunan dengan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad. Sunan Kalijaga dipercaya sebagai wali tertua yang tinggal di Jawa. Sunan Kalijaga diyakini berusia lebih dari 100 tahun. Selain itu, ia ikut mendirikan Masjid Agung Demak, Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Cirebon, dan menciptakan struktur tatanan kota berupa keraton, alun-alun, beringin kurung, dan masjid. Lokasi Makam Sunan Kalijaga Setelah meninggal, jenazah Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak Kota, dekat dengan Masjid Kadilangu yang dibangunnya. Bangunan masjid dan makam Kadilangu merupakan bagian dari kompleks yang sama dan menjadi saksi keberadaan Sunan Kalijaga dan pengaruhnya di Demak. Cungkup di makam Sunan Kalijaga cukup besar dengan atap limasan tumpang yang cukup tinggi. Di bagian atasnya, ada Mustaka bersayap di keempat sudutnya. Pada bagian luar tembok cungkup yang pintunya tertutup rapat, terdapat sejumlah makam dengan nama yang cukup terkenal dan disegani. Tiang-tiang kubah dilapisi keramik dengan ornamen limasan atas dan bawah. Dinding antara pilar dihiasi dengan ukiran dan kaligrafi. Jendela berukir dilapisi dengan jaring besi untuk keamanan tambahan. Tepat di sebelah dinding cungkup adalah makam Panembahan Pengulu, cucu Sunan Kalijaga, yang dikelilingi oleh banyak peziarah. Ada juga makam pembantunya yaitu Kiai dan Nyai Derik, makam Dewi Roso Wulan, adiknya, dan makam Raden Tumenggung Wilatikta, ayahnya. Kemudian di kompleks pemakaman Sunan Kalijaga di Kadilangu juga terdapat makam Kanjeng Raden Ayu Tumenggung Haryo Mertodiningrat yang meninggal pada tahun 1870 M. Kemudian ada makam Pengeran Widjil IV (RM Sudjalmo) yang menjadi Pengageng Kadilangu dari tahun 1816 hingga 1824, serta makam Pangeran Widjil III (RM Sukarjo) dan istrinya yang menjadi Pengageng Kadilangu dari tahun 1816 hingga 1824. .dari 1779 hingga 1816. Di luar tembok keraton cungkup juga terdapat makam Mpu Supo, ipar Sunan Kalijaga, dan makam putra Mpu Supo yang bernama Djaka Suro. Ada total sembilan bagian atau blok di kompleks pemakaman Sunan Kalijaga di Kadilangu, yang merupakan salah satu tempat wisata spiritual. Kompleks ini memiliki 175 makam termasuk makam putra-putrinya, seperti Panembahan Hadi, Ratu Retno Pembayun, Ratu Panenggak, Raden Abdurrachman. Makam Sunan Kalijaga selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Biasanya wisatawan berkunjung saat perayaan hari besar keagamaan seperti awal Muharram dan bulan suci Ramadhan. Jadwal Buka Area Cungkup Makam Sunan Kalijaga Kuncen atau Penjaga Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalin mengatakan, bahwa area cungkup Makam Raden Sahid atau Sunan Kalijaga hanya buka setiap hari Jumat menurut penanggalan Jawa tertentu yaitu Pon, Kliwon dan Pahing, dengan jadwal buka mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Berikut jadwal Buka Makam Sunan Kalijaga Demak: Jumat Pon (kecuali bulan Ramadhan) Jumat Kliwon (kecuali bulan Ramadhan) Jumat Pahing (kecuali bulan Ramadhan) 1 Syawal (Hari pertama Idul Fitri) 2 Syawal (Hari kedua Idul Fitri) 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha (saat penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga) Apabila ingin mengunjungi dan berziarah ke Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, pastikan sesuai jadwal buka yang telah ditetapkan oleh pengurus makam.

Goa Terawang Blora, Goa Prasejarah Dengan Pemandangannya Yang Eksotis

Goa Terawang Blora, Goa Prasejarah Dengan Pemandangannya Yang Eksotis

Pernahkah kamu berkunjung ke Kabupaten Blora di Jawa Tengah? Jika iya, rasanya sangat disayangkan jika tidak mampir ke tempat wisata eksotis Goa Terawang Blora. Tepatnya di Kedungwungu Todanan, Kecamatan Todanan. Gua Terawang adalah salah satu gua prasejarah di Blora. Menurut publikasi Pemerintah Kabupaten Blora, Goa Terawang berumur sekitar sepuluh juta tahun. Goa Terawang atau Goa Srawang merupakan salah satu objek wisata alam berupa kompleks goa di atas lahan seluas 13 hektar. Gua ini terbentuk di endapan batugamping Pegunungan Kapur Utara, di tengah hutan jati di kawasan KPH Blora. Wisata Goa Terawang Blora ini merupakan kompleks gua (terdiri dari beberapa gua). Setiap gua terhubung satu sama lain oleh lorong yang terbentuk secara alami. Panjang rute terpendek adalah tujuh puluh meter dan rute terpanjang adalah seratus delapan puluh meter. Nama-nama goa yang ada di kawasan Goa Terawang adalah Goa Kuncir, Goa Bebek, Goa Menggah, Goa Macan, Goa Pengilon dan Goa Gombak. Berbagai Keunikan Goa Terawang Tempat Raja Jawa Mencari Wangsit Gua Terawang Todanan sudah dikenal sejak zaman raja-raja Jawa sebagai tempat bersemedi untuk mendapatkan kekuatan mistik/wangsit. Pada masa penjajahan Belanda, goa ini menyimpan banyak sejarah karena sering digunakan untuk pertemuan Bupati Blora di RMA Cokronegoro dengan pejabat Belada. Konon di setiap akhir pertemuan selalu ada pesta dansa untuk para pejabat yang hadir. Namun, pada masa Perang Kemerdekaan, Goa Terawang menjadi daerah pertahanan para pejuang melawan rezim kolonial. Sebanyak 6 Goa Saling Terhubung Goa Terawang memiliki panjang parit lebih dari 180 meter dengan kedalaman 5 sampai 11 meter di bawah tanah. Sebelum memasuki goa, pengunjung harus menuruni anak tangga sepanjang 15 meter menuju mulut goa. Di dalamnya terdapat stalagmit dan stalaktit yang diperkirakan berusia lebih dari 10 juta tahun. Di langit-langit gua, terdapat sejumlah lubang alami di lantai dengan ukuran berbeda, dan dari sinilah nama Terawang berasal. Ventilasi seperti jendela di dalam goa, sehingga sirkulasi udara cukup baik, tidak pengap. Melalui lubang-lubang tersebut, kita bisa melihat pohon jati yang menjulang tinggi dan tanaman lain yang tumbuh di atas gua. Jika melangkah lebih jauh, kamu akan menemukan 5 gua yang saling berhubungan. Gua paling depan atau terluar adalah Terawang 1, begitu seterusnya hingga Terawang 5 berada di bagian terdalam. Cahaya Matahari Masuk Dalam Goa Keistimewaan gua ini adalah pengunjung dapat mengamati dengan nyaman di siang hari. Gua ini juga memiliki enam sub gua lainnya dalam satu area. Jika pengunjung datang saat matahari bersinar terik, maka kamu dapat menyaksikan keindahan cahaya atau siluet indah yang memasuki gua. Keindahan sinar matahari yang menyinari Gua Terawang sering dijadikan sebagai lokasi syuting. Bagi pengunjung yang suka berfoto, keindahan Goa Terawang beserta siluet cahaya yang menyinari langit-langit goa memberikan rasa keindahan tersendiri. Pengunjung juga bisa berfoto area di luar goa, mengabadikan keindahan alam hutan jati dan satwa di sekitarnya. Ini dapat menjadi objek foto yang bagus. Selain itu, kamu juga dapat menggunakan fasilitas rumah pohon yang disediakan oleh pengelola. Satwa Liar Yang Jinak Di hutan sekitar Goa Terawang ini banyak di huni oleh hewan lain seperti kera dan berbagai jenis burung. Pengunjung bisa leluasa berinteraksi dengan satwa yang ada tanpa ada batasan dari penjaganya. Syawalan Goa Terawang Blora Setiap tahun Goa Terawang mengadakan festival tahunan yang disebut Syawalan Goa Terawang. Acara berlangsung cukup meriah. Bahkan, ada juga band-band ternama yang tampil di festival tahunan ini, seperti Tony Q. Rastavara dan OM New Pallapa. Fasilitas Goa Terawang Berikut berbagai macam fasilitas yang bisa anda nikmati saat menghabiskan waktu libur di Goa Terawang Blora: Area parkir kendaraan yang luas Toilet Camping ground Pusat informasi Warung wisata Pusat aksesoris, souvenir dan oleh-oleh Persewaan alat susur gua Gazebo dan tempat istirahat Harga Tiket Masuk Goa Terawang Untuk menikmati pesona Blora Jawa Tengah, kamu tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Di Blora terdapat banyak spot piknik menarik yang akan memanjakan perjalanan liburan kamu bersama keluarga. Tiket masuk tempat wisata alam di Goa Terawang ini Rp 7.000/orang, sangat murah bukan? Meski tiket masuk Goa Terawang sangat murah, namun daya tarik keindahan yang dihadirkan tidaklah murah. Dengan tiket yang murah, Kamu dapat menikmati keindahan Gua Terawang Blora sepuasnya. Untuk mengunjungi objek wisata Goa Terawang ini, buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Biaya masuk objek wisata Goa Terawang dapat berubah sewaktu-waktu dan belum termasuk biaya parkir.

Kue Jalabia, Donat Jawa Yang Kini Sudah Langka

Kue Jalabia, Donat Jawa Yang Kini Sudah Langka

Kue Jalabia atau donat jawa adalah kue tradisional yang terbuat dari kelapa parut dan tepung beras. Bentuknya mirip donat, rasanya manis dan keras di luar serta gurih dan asin di dalamnya. Apakah kamu pernah mendengar nama jajanan jalabia? Jika tidak pernah, itu hal yang wajar. Makanan ini memiliki banyak nama di berbagai daerah. Beberapa orang menyebutnya geplak dan renyah. Tapi kebanyakan orang menyebutnya donat jawa. Disebut demikian karena jajanan tradisional Pantura ini biasanya berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya menyerupai donat. Ada juga yang membuat jalabia dengan bentuk oval agar lebih realistis. Dahulu jajanan ini mudah ditemukan di pasar tradisional dengan harga yang terjangkau. Bahkan, ada orang yang menjualnya keliling dari desa ke desa. Sayangnya, karena mulai kalah dengan jajanan kekinian, jumlah penjaja jalabia semakin berkurang. Untungnya, masih ada beberapa pedagang setia yang menjualnya. Salah satu yang melakukannya adalah Mutiha. Perempuan 57 tahun asal Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Meskipun ia hanya membuat kue tradisional ini hanya saat ada pesanan saja. “Sudah jarang penjual jalabia di pasar. Biasanya keliling atau jualan di rumah. Kalau saya, sudah puluhan tahun menjualnya. Tapi, belakangan berhenti dan baru mau membuat kalau ada pesanan. Jadi ya nggak setiap hari membuatnya,” ucap Mutiha, dikutip dari inibaru.id. Jika kamu tidak mendapati makanan di daerah karena sudah langka dan ingin menikmati jalabia, kenapa tidak membuatnya sendiri? Bahan dan caranya cukup mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Berikut resep pembuatan kue jalabia. Resep Kue Jalabia Bahan-bahan: 250 gram tepung beras ketan 200ml santan 200 gram kelapa parut 50 gram tepung beras 0,5 sendok teh garam 150 gram gula pasir 8 sendok makan air Cara pembuatan Gunakan tepung ketan dan kelapa parut untuk membentuk pasta. Tambahkan air secukupnya dan sedikit garam. Jika adonan sudah merata, diamkan adonan selama 3 sampai 5 menit agar adonan mengembang. Kemudian, bentuk adonan hingga berbentuk seperti donat. Goreng adonan hingga kering. Anda hanya perlu melarutkan gula dengan air dan diaduk hingga menjadi cair. Jalabia setelah digoreng masih tertutup cairan gula merah dan siap disantap. Sangat mudah dilakukan, bukan? Jadi kapan kamu akan mencoba resep jalabia ini? Jika kamu telah mahir dan terbiasa membuat jajanan ini, tak ada salahnya menyajikan donat jawa ini di acara-acara seperti arisan, jalan-jalan bersama teman, atau untuk kumpul-kumpul.

Asal Usul Penamaan Tahun, Bulan, dan Hari Dalam Kalender Jawa

Asal Usul Penamaan Tahun, Bulan, dan Hari Dalam Kalender Jawa

Kala itu dalam kehidupan masyarakat Jawa, penunjuk tanggal yang digunakan adalah penanggalan Saka. Penanggalan kuno ini berlaku hingga akhir tahun 1554 J. Selanjutnya Angka 1554 diikuti oleh penanggalan Sultan Agung atau Kalender Jawa dengan angka 1555. Dengan demikian, hingga kini, awal tahun baru penanggalan Islam Jawa selalu berbarengan dengan Tahun Baru Hijriah. Kalender Saka mengikuti sistem Syamsiyah, yaitu cara bumi mengelilingi matahari. Sedangkan penanggalan Sultan Agung mengikuti sistem Qamariyah yaitu perjalanan bulan mengelilingi bumi seperti pada penanggalan Hijriah, walaupun dasar perhitungannya berbeda, uniknya penanggalan berdasarkan Kalender Saka dan Penanggalan Sultan Agung dapat berjalan selaras. Dalam Jurnal yang dipublikasikan Muhammad Sholehuddin dan Siti Tatmainul Qulub, dua ulama dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, tercatat bahwa pada masa Sultan Agung memerintah Kesultanan Mataram (1613-1645), kehidupan sebagian besar Hampir semua orang Jawa, terutama budayawan perilaku, didasarkan pada sistem kalender. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung mencoba menanamkan ajaran Islam di Jawa. Salah satu caranya adalah dengan mengambil keputusan untuk mengubah kalender Saka. Penanggalan Saka didasarkan pada perputaran matahari (tata surya), kemudian diselaraskan dengan penanggalan Islam berdasarkan perputaran bulan (sistem lunar). Meskipun penanggalan Jawa pada akhirnya menggunakan sistem siklus bulan seperti penanggalan Islam atau penanggalan Hijriah, namun nomor tahun penanggalan Saka tetap dipertahankan. Maka pada tahun 1555 Saka, saat ini angka-angka tersebut dilanjutkan dan digantikan oleh tahun 1555 Jawa. Penyesuaian dengan Kalender Hijriyah Secara struktur kalender jawa atau saka mengalami penyesuaian dengan kalender hijriyah, yaitu sebagai berikut. Nama-nama Hari Nama-nama hari Jawa semula menggunakan bahasa sansekerta, kemudian diubah menjadi bahasa Arab yang disesuaikan dengan bahasa orang Jawa yaitu: Radite diubah menjadi Ahad Soma diubah menjadi Senen Anggar diubah menjadi Seloso Budha diubah menjadi Rebo Respati diubah menjadi Kemis Sukra diubah menjadi Jemuwah Saniscara diubah menjadi Setu. Nama-nama Bulan Nama-nama bulan juga terjadi perubahan dan disesuaikan dengan bahasa orang Jawa yakni menjadi Suro, Sapar, Mulud, Bakdo Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dzulqoidah, dan Besar. Nama-nama Tahun Kalender Hijriyah siklusnya terjadi 30 tahun, dengan 11 tahun kabisat atau panjang dan 29 tahun basitoh atau pendek. Sedangkan kalender Islam Jawa memiliki siklus 8 tahun, dengan 3 tahun wuntu atau panjang dan 5 tahun wastu atau pendek. Berikut nama-nama tahun dalam satu windu (8 tahun /1 siklus). Tahun pertama disebut tahun Alip (ا) Tahun kedua disebut tahun Ehe (ه) Tahun ketiga disebut tahun Jim Awal (ج) Tahun keempat disebut tahun Ze (ز) Tahun kelima diseut tahun Dal (د) Tahun keenam disebut tahun Be (ب) Tahun ketujuh disebut tahun Wawu (و) Tahun kedelapan disebut tahun Jim Akhir (ج) Pada setiap siklus (1 windu) menunjukkan sebuah fakta bahwa tanggal 1 Suro berturut-turut jatuh pada hari ke 1, 5, 3, 7, 4, 2, 6, dan 3. Hal ini menunjukkan tahun-tahun jawa dinamai dengan berdasarkan urutan numerologi Arab, yaitu Alif (1), ha (5), jim awwal (3), zai (7), dal (4), ba (2), wawu (6), jim akhir (3).

Arti Mimpi Disengat Tawon Lengkap, Diantaranya Jadi Pertanda Baik

Arti Mimpi Disengat Tawon Lengkap, Diantaranya Jadi Pertanda Baik

Pernahkah kamu mimpi disengat tawon? Mungkin kamu akan merasa ketakutan ada rasa trauma tersendiri. Namun, tidak selalu arti mimpi disengat tawon tidak selalu buruk. Bermimpi disengat tawon memiliki banyak arti tergantung di mana kamu disengat dalam mimpi. Menurut tafsir mimpi yang dihimpun dari berbagai sumber, mimpi tentang disengat tawon bisa menjadi pertanda baik tetapi juga pertanda buruk. Berikut beberapa arti mimpi disengat tawon yang bisa memuaskan rasa penasaran anda. Arti mimpi disengat tawon di wajah, kepala dan leher. Menurut tafsir mimpi, jika kamu bermimpi bahwa disengat tawon di wajah, kepala atau leher, itu menjadi pertanda buruk. Arti mimpi disengat tawon di wajah, kepala atau leher berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Ada tanda-tanda bos atau atasan kamu tidak puas dengan hasil kerjamu. Hal itu bisa membuatnya dalam suasana hati yang buruk. Untuk ini, kamu perlu berhati-hati dan waspada. Jangan lengah dan jangan membuat kesalahan kembali. Selain itu, arti mimpi disengat tawon di wajah, kepala atau leher juga merupakan pertanda bahwa banyak orang yang menggosipkanmu di belakang. Mungkin rekan kerja yang kamu percayai menyebarkan aib kamu pada orang lain. Arti Mimpi disengat tawon di badan Jika dalam mimpi seekor tawon menyengatmu pada bagian badan, baik itu di dada, lengan, kaki, perut, atau bagian lainnya, ini pertanda baik. Jangan tunda rencana-rencana yang telah kamu siapkan. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali. Kesempatan emas ini harus kamu manfaatkan sekarang juga, jangan sampai orang lain mencurinya. Jika kamu biasanya terlalu berpikir untuk memulai sesuatu atau melakukan sesuatu, lakukan segera, jangan hanya membicarakannya. Kamu bisa mendapatkan hasil yang maksimal jika melakukannya dengan segera. Arti disengat lebah tapi tidak sakit Jika dalam mimpi anda seekor tawon menyengat tubuhmu, tetapi kamu tidak merasakan sakit, itu pertanda baik. Bahkan jika kamu merasa sulit pada awalnya, Kamu akan mendapatkan akhir yang sempurna, yaitu akhir yang bahagia. Hal ini karena kamu selalu bekerja keras dengan sepenuh hati, hasilnya tidak akan mengecewakanmu. Kamu mendapatkan hasil yang memuaskan karena kerja keras yang telah dilakukan sebelumnya. Arti mimpi disengat tawon Apakah Anda merasakan sakitnya disengat tawon dalam mimpi? Jika kamu bermimpi disengat lebah dan merasa sakit, itu pertanda bahwa kamu tidak boleh mengabaikan tugas kamu. Arti bermimpi disengat tawon dan merasa sakit adalah pesan untuk kamu menyelesaikan pekerjaan yang telah kamu mulai. Jangan biarkan dirimu kehilangan kepercayaan dari klien atau klien kamu merasa kecewa karena menunda-nunda banyak tugas yang telah dipercayakan.

Festival Payung Akan Digelar Di Solo, Peserta Ada Dari Thailand, India dan Spanyol

Festival Payung Indonesia

SURAKARTA – Festival Payung Indonesia akan diselenggarakan kembali di Solo dalam waktu dekat. Selain dari dalam negeri, festival ini juga akan diikuti peserta dari luar negeri, di antaranya Thailand, India, dan Spanyol. Festival rutin ini akan menampilkan puluhan grup seni dan komunitas kreatif dari berbagai daerah di Indonesia. Direktur Program Festival Payung Festival 2022, Heru Mataya, dikutip dari Antara Jateng, mengatakan ada 81 kelompok seni dan komunitas kreatif dari 50 kota/daerah di Indonesia. Selain itu juga ada peserta dari luar negeri. “Khusus untuk peserta Sankhampaeng Cultural Center, Thailand, ini merupakan bentuk komitmen mereka terhadap hubungan sister festival antara FESPIN (Indonesian Umbrella Festival) dan Borsang Umbrella Festival (Chiang) Mai)”, ungkapnya. Festival Payung Indonesia 2022 akan digelar di Pura Mangkunegaran Solo pada 2-4 September 2022 mendatang. Kali ini festival mengangkat tema The Kingdom and the Umbrella. Lebih lanjut Heru mengungkapkan, selama festival, peserta akan menampilkan pameran tentang tradisi dan kreativitas. “Selama pelaksanaan mereka tidak hanya pameran tetapi juga akan memindahkan workshop mereka di sini (Pura Mangkunegaran),” katanya. Ia mengatakan festival ini diselenggarakan sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan payung sebagai tradisi Indonesia. Di sisi lain, Festival Payung diharapkan dapat meningkatkan kreativitas kolektif masyarakat. Sementara itu, pada acara tahun ini juga akan dilakukan peluncuran dan review buku Payung Adat Nusantara. Ia berharap buku tersebut dapat menginspirasi peserta dan masyarakat untuk menggali potensi daerahnya masing-masing. “Selain itu, dapat mengelolanya menjadi bagian dari ekonomi kreatif serta membuka peluang pariwisata baru dari kekayaan tradisi nusantara,” ujarnya. Foto: doc. Antara Jateng