Jowonews

Penganyam Besek di Purworejo Tetap Eksis Sejak Zaman Penjajahan Belanda

Penganyam Besek

PURWOREJO – Salah satu desa di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah merupakan sentra kerajinan besek. Kerajinan ini bahkan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan bertahan hingga saat ini. Besek adalah wadah makanan berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 20 cm x 20 cm yang terbuat dari anyaman bambu. Bagi warga desa, besek sering dijadikan wadah untuk menampung berbagai makanan, seperti saat acara hajatan. Salah satu desa yang masih memproduksi besek adalah desa Guntur di kecamatan Bener. Tidak hanya di Guntur, sebagian besar masyarakat dari desa lain di sekitar Guntur juga bermata pencaharian sebagai penganyam besek. Profesi sebagai penganyam besek ini telah berlangsung secara turun-temurun sejak zaman penjajahan Belanda. Dikutip dari Detik Jateng, Pengelola Wisata sekaligus Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Guntur, Miftakhu Khafid (26 tahun) mengatakan hingga saat ini besek masih banyak dimanfaatkan meskipun telah digempur dengan perkakas instan modern seperti kardus, plastik maupun styrofoam sebagai tempat makanan. “Masyarakat di sini kebanyakan membuat besek, meski ada pedagang di warung, mereka juga bekerja sambilan membuat besek,” terangnya. Besek-besek yang sudah jadi, lanjutnya, kemudian dikumpulkan oleh para pengepul, Besek ‘made in’ Purworejo kemudian dipasarkan ke luar kota termasuk Jakarta. “Setelah dibuat di rumah-rumah warga, besok ada pengepul yang akan menjualnya ke luar kota, sebagian ke Jakarta,” jelasnya. Salah satu perajin besek, Ida Ariyanti (35 tahun), mengaku sudah menekuni anyaman besek sejak kecil. Karena orang tuanya juga penganyam besek. Sepasang bebek dari bambu apus ini dijual seharga Rp 1.400. “Kalau bikin sepasang besek, butuh waktu sekitar 15 menit. Rata-rata setiap orang bisa membuat 25 tangkep per hari. Satu tangkep harganya Rp 1400, kadang naik turun. Kami juga membuat souvenir, gelas sablon, keranjang dan sejenisnya,” ujarnya. Pengrajin lainnya, Soimah (48) berharap keranjang anyaman di desanya tetap eksis. Selain untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, wadah anyaman bambu juga menjadi salah satu bentuk produk kemasan atau wadah makanan yang ramah lingkungan. “Mudah-mudahan eksis terus dan tetep laris, kita kan juga dukung go green karena besek ini kan ramah lingkungan,” tuturnya. Untuk memperkuat kearifan lokal, tidak lengkap rasanya jika pengunjung belum belajar membuat besek. Pengunjung dapat belajar menenun besek secara gratis. Untuk menjaga nama pusat besek tersebut, desa Guntur juga telah membuat simbol sekaligus tempat yang dapat dijadikan objek wisata yaitu Bukit Seribu Besek. Nama Bukit Seribu Besek disematkan warga sekitar bukan karena terdapat 1.000 tempat wisata besek, melainkan angka 1.000 itu dianggap angka yang besar sekaligus untuk mengangkat nama desa sebagai sentra pembuatan besek terbesar di Purworejo. Saat ini, desa wisata yang terbentuk karena ikon besek ini terus berbenah dan berkembang untuk menarik pengunjung dengan memperbanyak spot selfie yang bisa diposting di Instagram. Bukit yang indah dan mempesona ini terletak sekitar 18 km barat laut pusat kota Purworejo dan dapat diakses melalui jalan raya Purworejo-Magelang. Bukit dengan luas pengembangan 7,5 hektar ini menjadi destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan tempat wisata sekaligus tempat pendidikan dan pelatihan. Bukit Seribu Besek terletak tepat di atas Bendungan Bener. Jika nantinya megaproyek pemerintah pusat yang merupakan bendungan tertinggi di Indonesia ini rampung, akan menambah daya tarik tersendiri karena akan terlihat megah jika dilihat dari atas bukit.

Kulineran di Pasar Inis Purworejo, Menikmati Sajian Kuliner Tradisional di Tengah Sawah

Pasar Inis Purworejo

Ingin mengisi liburan akhir pekan bersama keluarga? Jangan bingung, datang saja ke Pasar Inis Purworejo. Pasar unik di tengah sawah ini mengajak pengunjung menikmati suasana sambil mencicipi hidangan tradisional. Pasar ini terletak di desa Brondongrejo, kecamatan Purwodadi. Meski berada di tengah pedesaan, destinasi wisata ini cukup mudah ditemukan. Jika sudah datang ke Jalan Jogja KM 7, pengunjung hanya perlu ke arah barat sekitar 3 km untuk melihat pasar tradisional yang terletak di tengah hamparan sawah yang sangat luas. Kata Inis sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sejuk, segar dan semilir angin. Karena letaknya di pedesaan yang dikelilingi sawah dan pepohonan, pasar ini disebut Pasar Inis. Pasar buka setiap hari Minggu menawarkan berbagai produk unik. Mulai dari suasana, dari kostum para pedagang, dari makanan hingga transaksi yang harus menggunakan uang bambu. Makanan yang disajikan dijamin fresh, tanpa bahan pengawet. Perlu diperhatikan bahwa orang yang ingin membeli makanan harus menukarkan uangnya dengan ‘Dit Pring’ yang disediakan di lokasi penukaran mata uang yang telah disediakan. Jika membeli langsung dengan cash tidak akan dilayani Menu utama di Pasar Inis adalah nasi telang dan wedang telang. Namun banyak juga makanan tradisional yang ditawarkan dengan harga murah mulai dari Rp 500 hingga Rp 10.000. Usai membeli makanan, pengunjung bisa duduk santai di bangku bambu yang tertata rapi di halte Inis. Selain berbagai jenis makanan dan minuman tradisional, pasar ini juga menampilkan berbagai pertunjukan seni seperti tari dolalak dan pertunjukan lainnya. Tak hanya menyajikan aneka hidangan dan minuman, tempat ini juga dapat menjadi sarana refreshing dan quality time bagi keluarga setelah seminggu sibuk bekerja. Perlu dicatat bahwa Pasar Iris hanya buka setiap hari Minggu mulai pukul 06:00 WIB hingga 11:00 WIB.

Labuan Bajo, Bukan Hanya Ada Komodo

FIB UI

LABUAN BAJO – Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata Labuan bajo? Mayoritas akan menjawab destinasi wisata Komodo. Padahal, dibalik eksotisme hewan purba Komodo, di sana juga tersembunyi potensi lain yang bisa meningkatkan taraf hidup perekonomian masyarakatnya. Sebut saja misalnya, Desa Bari, Kecamatan Macang Pacar, tepatnya di area Pantai Toroloji, Labuan Bajo. Desa Bari merupakan penghasil kelapa, minyak, dan makanan khas yang enak. Namun semua potensi tersebut belum bisa dioptimalkan. Desa ini sangat potensial untuk dikunjungi banyak turis karena akan menjadi pintu masuk ke Pulau Longos. Sebuah pulau yang digadang-gadang menjadi salah satu destinasi wisata baru di Labuan Bajo. Di sana ditemukan habitat kalong dan juga Komodo. Demi bisa mengoptimalkan produk lokal Desa Bari, Program Studi Prancis, FIB Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di sana. Tim yang dikepalai Diah Kartini Lasman, M.Hum. dan Airin Miranda, M.A ini melaksanakan program pendampingan pemasaran dan pembuatan konten digital bagi industri mikro ramah lingkungan di desa tersebut. Menurut Airin, tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi industri mikro Desa Bari sebagaimana termaktub dalam target Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 8. Yakni terciptanya pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. “Selain itu, industri mikro Desa Bari ini banyak memberdayakan ibu rumah tangga. Sehingga kemajuan industri ini bisa membawa kesetaraan gender atau gender equalty di desa tersebut, sebagaimana tujuan SDGs nomor 5,” tandas Airin. Praktik Langsung Pada sesi pendampingan tersebut, warga Desa Bari tidak hanya diberikan teori tentang teknik pemasaran produk mereka, namun juga dilatih secara langsung untuk praktiknya. Seperti praktik pengemasan produk dengan bahan yang ramah lingkungan oleh Aji Kurniawan, digital marketing specialist dari Frank & Stein dan Alya Zahra Fauzy, mahasiswa FIB. Mereka juga diajari soal pengambilan gambar produk oleh Okky Prasetyo, seorang documentary videographer profesional. Lalu Ilmu yang didapat tersebut langsung dipraktikkan oleh warga desa dengan memanfaatkan kamera ponsel pintarnya. Ketua Kelompok Keripik Pisang “Kalo Bari” Ernawati mengaku senang atas kegiatan dari Tim Pengabdian Masyarakat FIB UI tersebut. “Kami jadi belajar untuk bisa memasarkan produk lebih luas melalui konten media sosial dengan kemasan yang jauh lebih baik serta menarik,” kata perempuan berusia 65 tahun tersebut. Dia optimis produk warga Desa Bari bisa terjual lebih banyak ke depannya. Sehingga dapat meningkatkan taraf perekonomian keluarga di sana.

Naik Kereta Api Batara Kresna, Jalan-jalan Murah Sembari Menikmati Keindahan Alam Solo Wonogiri

Naik Kereta Api Batara Kresna, Jalan-jalan Murah Sembari Menikmati Keindahan Alam Solo Wonogiri

Kereta Api Batara Kresna disebut juga Kereta Api Batara Kresna adalah rangkaian kereta api yang melayani rute dari Solo (berangkat dari Stasiun Purwosari) menuju Wonogiri dan sebaliknya. Kereta Api Batara Kresna merupakan proyek kerjasama Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). KA Batara Kresna merupakan satu-satunya KA yang melayani angkutan penumpang di Stasiun Wonogiri. Perjalanan dimulai dari Stasiun Solo Purwosari kemudian berhenti di Stasiun Wonogiri. Kereta Api Batara Kresna sebagai transportasi kereta api beroperasi 4 kali dalam sehari. Dua pemberangkatan dari Stasiun Purwosari dan dua pemberangkatan dari Stasiun Wonogiri. Setelah beberapa kali terhenti karena kerusakan kereta, peremajaan jalur, gangguan operasional dan pandemi virus corona, Railbus Batara Kresna akhirnya kembali melayani penumpang per 1 Januari 2021. Rute dan Jadwal Kereta Api Batara Kresna Railbus Batara Kresna memiliki dua rute atau relasi yaitu Purwosari-Wonogiri dan Wonogiri-Purwosari dengan empat pemberangkatan reguler per hari. Untuk keberangkatan Solo disarankan untuk naik di Stasiun Purwosari sebagai stasiun pemberangkatan. Berikut jadwal lengkap Batara Kresna Railbus. Relasi Purwosari-Wonogiri Stasiun Purwosari – Wonogiri berangkat pukul 06.00 WIBberangkat pukul 10.00 WIB Stasiun Solo Kota berangkat pukul 06.21 WIBberangkat pukul 10.21 WIB Stasiun Sukoharjo berangkat pukul 06.56 WIBberangkat pukul 10.56 WIB Stasiun Pasar Nguter berangkat pukul 07.19 WIBberangkat pukul 11.19 WIB Stasiun Wonogiri datang pukul 07.45 WIBdatang pukul 11.45 WIB Relasi Wonogiri Purwosari Stasiun Wonogiri berangkat pukul 08.00 WIBberangkat pukul 12.00 WIB Stasiun Pasar Nguter berangkat 08.28 WIBberangkat 12.28 WIB Stasiun Sukoharjo berangkat pukul 08.51 WIBberangkat pukul 12.51 WIB Stasiun Solo Kota berangkat pukul 09.26 WIBberangkat pukul 13.26 WIB Stasiun Purwosari datang pukul 09.45 WIBdatang pukul 13.45 WIB Cara Pesan dan Harga Tiker Kereta Api Batara Kresna Tarif Railbus Batara Kresna adalah Rp 4.000 per orang. Tiket dapat dibeli melalui aplikasi KAI Access atau di loket tiket di stasiun keberangkatan yaitu Stasiun Purwosari dan Stasiun Wonogiri. Pemesanan baik melalui aplikasi maupun langsung hanya dapat dilakukan pada hari keberangkatan. Railbus Batara Kresna tergolong kereta api lokal sehingga penumpang tidak perlu memberikan hasil negatif tes antigen. Namun, penumpang berusia di atas 12 tahun harus menunjukkan bukti setidaknya vaksinasi dosis pertama. Jika Anda tidak memiliki bukti tersebut karena alasan medis, Anda dapat melampirkan surat keterangan dari dokter spesialis atau dokter rumah sakit umum sebagai pengganti vaksinasi. Penumpang berusia di bawah 12 tahun harus didampingi oleh orang tua. Lokasi Wisata Terdekat dengan Stasiun Tak jauh dari Stasiun Purwosari, ada banyak tempat yang bisa Anda kunjungi, terutama di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, salah satu jalan utama di Solo. Anda bisa pergi ke Solo Grand Mall, Solo Square, Taman Sriwedari, Museum Batik Danar Hadi dan Museum Radya Pustaka. Sedangkan di Wonogiri, Anda bisa mengunjungi Lapangan Giri Krida Bakti atau Waduk Gajah Mungkur, sekitar 30 menit dari stasiun. Jika Anda tidak punya banyak waktu untuk bepergian, Anda bisa mencoba hidangan lezat di Sate Ayam Pak Kabul, Filosofi Teh Wonogiri, Soto Ayam Kerdukepik atau Ayam Panggang Mbok Tiyem. Tips Perjalanan Naik Kereta Api Batara Kresna Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan ketika melakukan perjalanan dengan Railbus Batara Kresna:

Purbalingga Luncurkan Sepeda Motor Listrik Bralink EV-1 Buatan Siswa SMK

Motor Listrik Purbalingga

PURBALINGGA – Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah meluncurkan model sepeda motor listrik Purbalingga bernama Bralink EV-1. Uniknya, sepeda motor listrik merupakan hasil karya anak-anak SMK. Upacara Peluncuran Sepeda Motor Listrik Bralink EV-1 dilakukan oleh Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi bersamaan dengan pembukaan Purbalingga Expo 2022 di Kompleks Gelanggang Olahraga Goentoer Darjono, Purbalingga pada Kamis malam, (15/12/2022. Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan bahwa prototype sepeda motor listrik ini merupakan salah satu inovasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga . “Jadi ternyata kita tidak kalah dengan kabupaten lain karena ternyata Purbalingga mampu memproduksi sepeda motor listrik asli buatan Kabupaten Purbalingga,” ujarnya. Menurutnya, pembuatan prototipe sepeda motor listrik Purbalingga merupakan bagian dari program Kementerian Perindustrian. Dalam hal ini, kata dia, sudah saatnya beralih dari transportasi konvensional berbahan bakar fosil ke transportasi listrik. Oleh karena itu, pihaknya berharap Kemenperin terus membantu Purbalingga mengembangkan sepeda motor listrik ini. “Untungnya ada bantuan dari pusat, sehingga Purbalingga ke depan terus semangat memproduksi sepeda motor listrik untuk Indonesia, untuk masyarakat,” kata bupati. Menurutnya, hal itu karena sepeda motor listrik buatan Purbalingga diproduksi langsung oleh para penggiat industri kecil menengah (IKM). “Langsung asli dibuat oleh siswa SMK, jadi benar-benar hasil kreativitas mereka, kebetulan didampingi oleh PT Rainbow Moto Builder,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Panitia Purbalingga Expo 2022 Suroto mengatakan sepeda motor listrik Bralink EV-1 hadir di kompleks industri logam milik pemerintah Kabupaten Purbalingga di wilayah Sayangan. Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Purbalingga mengatakan, pada pameran ini juga diresmikan 176 inovasi, termasuk peluncuran sepeda motor listrik produksi Purbalingga.

Resep Donat Mini Lembut dan Mengembang untuk Bekal Sekolah

Resep Donat Mini Jco

Berikut resep donat mini lembut dan mengembang untuk bekal sekolah anak. Donat merupakan cemilan favorit banyak orang, termasuk anak-anak. Namun, ukuran kue yang cukup besar kadang membuat anak tidak bisa memakannya semua. Mungkin donat mini bisa menjadi salah satu pilihan untuk cemilan anak anda. Donat mini ini sangat mudah dibuat. Berikut ini resep donat mini yang bisa Anda coba. Resep Donat Mini Jco Anti Gagal Bahan-bahan : Topping: Cara Membuat : Selamat mencoba, semoga berhasil.

Sate Laler Rembang, Satenya Mungil Rasanya Nendang

Sate Laler Rembang, Satenya Mungil Rasanya Nendang

Sate Laler Rembang merupakan salah satu makanan khas kabupaten yang terletak di ujung timur Jawa Tengah ini. Berbeda dengan sate Pamekasan, Sate Laler Rembang dibuat dengan daging kambing yang dipotong kecil-kecil. Dalam bahasa Jawa, laler berarti lalat. Namun jangan khawatir, masakan ini tidak terbuat dari daging lalat. Sate laler ini adalah sate kambing. Sebenarnya sate ini sama dengan sate pada umumnya. Yakni menggunakan kecap, tambahan irisan bawang merah dan tomat. Uniknya, saat disajikan, nasi dibungkus dengan daun jati agar aroma dan panas nasi tetap terjaga. Daerah Rembang dan Blora terkenal dengan hutan jatinya sehingga mudah untuk mendapatkan daun jati muda. Jika kamu sedang berlibur di Rembang dan berencana untuk bermalam di sana, tidak ada salahnya mencoba kuliner malam yang satu ini. Sate Laler merupakan menu makan malam relatif mudah ditemukan di pusat kota Kabupaten Rembang. Penjual sate laler ini bisa dengan mudah ditemui di kawasan perkotaan Rembang, tepatnya di sepanjang trotoar Jalan Kartini Rembang. Biasanya mereka mulai berjualan sore hari sesaat sebelum gelap dan baru tutup pada dini hari. Para penjual Sate Laler biasanya menjajakan satenya menggunakan pikulan. Sebagian dari mereka juga ada yang menggunakan lampu uplik sebagai penerangannya. Di sampingnya, terdapat tikar yang digelar untuk duduk lesehan. Konsep dan layanannya memang benar-benar masih tradisional. Meski hanya lesehan dan hanya memanfaatkan ruang trotoar di sisi jalan, Sate Laler ini tak pernah sepi pembeli setiap malamnya. Bahkan konsep lesehan yang terkadang juga hanya memanfaatkan emperan toko ini, justru dianggap unik dan menghadirkan nuansa tersendiri. Dinamakan Sate Laler Karena Dagingnya Kecil-kecil Pada umumnya Sate Laler dibumbui seperti halnya sate kambing. Namun, ukuran potongan daging yang digunakan baik ayam maupun kambing relatif lebih kecil. Inilah mengapa sate ini disebut sate laler. Pembeli dapat duduk di atas tikar menikmati lezatnya sate sembari menikmati lalu lintas dan kehidupan malam di Kota Rembang. Makanan khas Rembang ini biasanya berisi 10 tusuk sate. Setiap tusuk sate terdiri atas daging, lemak atau hati. Keunikan lain dari kuliner khas Rembang ini adalah nasinya dibungkus satu per satu menggunakan daun jati. Nasi biasanya sudah terlebih dahulu disajikan di atas piring yang dibentangkan di atas tikar lesehan. Ukuran satu porsi nasi ini biasanya dua kali lebih besar dari porsi nasi kucing. Kehangatan dan aroma daging kambing langsung mewarnai suapan pertama. Apalagi saat mendapati tusuk sate yang berisi lemak. Rasa manis dan pedas dari cabai dalam kecap juga menambah kelezatan kuliner malam ini. Apalagi ditambahkan irisan tomat, rasanya akan lebih segar, karena ada asam-asamnya. Harga sate laler juga cukup murah dan terjangkau. Kuliner lezat ini bisa disantap panas-panas sambil menikmati sejuknya angin malam sembari lesehan di atas tikar.

Lezatnya Pecel Pakis Colo di Lereng Gunung Muria, Rasanya Gurih dan Segar

Lezatnya Pecel Pakis Colo di Lereng Gunung Muria, Rasanya Gurih dan Segar

Kudus memiliki sejumlah kuliner populer yang biasa dinikmati ketika orang berkunjung ke Kudus. Beberapa kuliner kudus paling populer antara lain Soto Kudus, Lentog Tanjung, dan Nasi Pindang. Namun, selain ketiga kuliner tersebut, terdapat kuliner Pecel Pakis Colo yang tak kalah lezatnya. Kuliner ini biasa dijajakan di Desa Colo, Kecamatan Dawe yang terletak di pegunungan Muria. Jika Anda datang dari Kota Kudus, akan memakan waktu sekitar 30 menit. Sesampainya di sana, Alan akan disambut oleh pemandangan alam pegunungan dengan udara yang segar. Suasana ini dapat membantu menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh. Sekilas jika dilihat pecel pakis kudus seperti pecel pada umumnya. Nasi putih disajikan di atas piring dengan taburan sayuran, kemudian disiram dengan bumbu kacang. Di warung-warung pecel pakis biasanya juga terdapat aneka lauk tambahan. Seperti telur dadar atau mata sapi, tempe goreng, perkedel dan udang gimbal. Untuk menikmati sajian pecel pakis colo ini, Anda bisa mengunjungi rumah makan mana saja yang terletak di desa Colo, kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Di lereng Gunung Muria, pengunjung bisa menikmati pecel yang terbuat dari daun pakis atau biasa disebut daun paku ini sembari merasakan suasana dingin pegunungan. Keunikan Pecel Pakis Colo Pecel Pakis Muria memiliki karakter unik tersendiri. Pertama, karena pecel pakis terbuat dari pakis. Kemudian pecel pakis disajikan di piring tanah liat atau menggunakan daun pisang. Hal ini menambah kelezatan kuliner khas lereng Muria ini. Pecel Pakis Colo ini terasa gurih saat dicampur dengan sambal kacang dan daun pakis segar. Perpaduan ini cocok jika dipadukan dengan nasi panas. Beberapa pengungjung, baik di Kudus maupun di luar kota, sering mampir hanya sekadar menikmati kuliner khas Kudus ini. Pemilik toko Panji Roso di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Yani Nuryani, mengaku sudah puluhan tahun berjualan Pecel Pakis Colo. Dia adalah generasi ketiga. Menurutnya, pakis pecel ini unik karena menggunakan tanaman pakis. “Pada dasarnya pakis ini tumbuh liar tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia, jadi tentu kami anggap sehat,” ujarnya. Menurutnya, untuk mendapatkan pakis di lereng Gunung Muria tidaklah sulit. Pakis, juga dikenal sebagai tanaman paku, adalah tanaman yang tumbuh subur di Lereng Gunung Muria. Teknik Penyajian Pecel Pakis Muria Saat menyajikan daun pakis, ada teknik tersendiri. Menurutnya, ada teknik pengolahan agar daun pakis tetap segar dan tidak layu. “Tekniknya, jadi teknik pemutusan itu (pakis) direbus itu pemutusan panas harus kita guyur (siram) dengan air dingin. Hasil pakisnya tetap hijau tidak layu, kadang direbus dan hasil warna pakis langsung coklat,” terang Yani, dikutip dari detik.com. Teknik blasir atau blancing yang diterapkan Yani biasa dipakai untuk merebus sayuran. Proses merebus dihentikan setelah sayuran hampir lunak kemudian direndam air dingin agar proses pematangan berhanti dan warna sayuran tetap hijau. Yani menjelaskan, daun pakis tersebut kemudian dicampur dengan bumbu pecel biasa. Bedanya, bumbu pecel pakis ini tidak digiling. Namun bumbu khas Muria ini ditumbuk, menghasilkan bumbu yang merata dan tidak padat. “Bumbu pecel yang asli Gunung Muria kami giling dan ayak. Kalau bumbu pakis digiling hasilnya padat. Kalau di muria ngepyar kayak pasir. Cita rasanya tergantung dari penjualnya ada cenderung pedesnya, kencurnya terasa,” kata Yani. Salah satu pembeli Galih mengaku penasaran dengan pakis pecel tersebut. Ia sengaja pergi ke Desa Colo untuk menikmati pecel pakis. Menurutnya, rasanya enak, apalagi daun pakisnya tidak pahit dan renyah. Belum lagi bumbu kacangnya yang gurih di ujung lidah. “Enak, daun pakisnya tidak pahit. Lalu bumbu kacangnya enak banget. Seperti makan daun kangkung, tapi daun pakis teksturnya lebih enak,” kata Galih. Sebenarnya pakis atau paku lazim dinikmati masyarakat Sumatera Barat. Biasanya dibuat gulai atau dibuat pical (pecel) dengan paduan mie. Pical sikai populer di kawasan Bukittingi yang berhawa sejuk.