Jowonews

Jamu Coro, Minuman Tradisional Warisan Kesultanan Demak Bintoro

Jamu Coro, Minuman Tradisional Warisan Kesultanan Demak Bintoro

DEMAK – Kabupaten Demak sejauh ini identik dengan tempat wisata religi, dimana di daerah tersebut terdapat Makam raja-raja Demak dan Makam anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga. Selain itu juga terdapat Masjid Agung Demak, yang merupakan peninggalan Kerajaan Demak Bintoro. Namun, ternyata ada peninggalan lain selain dalam bentuk fisik, yakni Jamu Coro. Jamu Coro merupakan minuman tradisional yang konon telah ada sejak zaman Kasultanan Demak Bintoro. Biasanya jamu coro disajikan dalam pertemuan atau jamuan di Keraton Demak Bintoro. Hingga kini, keberadaan minuman ini masih terjaga dan dilestarikan masyarakat setempat. Jamu tradisional ini terbuat dari tepung yang dipadukan dengan berbagai rempah seperti jahe, kayu manis, santan kelapa, serai, dan gula merah. Saat diminum rasanya manis, pedas, dan membuat badan jadi lebih segar. Biasanya jamu coro ini dijual para pedagang keliling dengan wadah khas berupa kendil yang terbuat dari tanah. Sementara itu penutupnya menggunakan segumpal pain yang terbungkus plastik. Untuk mengambil jamu dari dalam kendil biasanya menggunakan potongan bambu kecil bergagang kayu. Salah satu alasan mengapa jamu coro ini disimpan di kendil dan ditutup menggunakan kain adalah agar kehangatan jamu tetap terjaga. Cara seperti ini telah dilakukan secara turun-menurun sejak zaman nenek moyang. Pada Tahun 2021 lalu, Anugerah Pesona Indonesia (API) menetapkan jamu coro sebagai salah satu nominasi dalam kategori minuman tradisional daerah dan kategori destinasi belanja berupa produk Rebana.

Muria Fashion Week 2022, Peragaan Busana Ala Anak-Anak ‘SCBD’ di Kudus

Muria Fashion Week 2022, Peragaan Busana Ala Anak-Anak ‘SCBD’ di Kudus

KUDUS – Demam Citayam Fashion Week ternyata jadi pemancing semangat atau inspirasi daerah lainnya di Indonesia. Konsep pagelaran fashion yang sederhana ini sangat mudah diduplikasi. Peserta hanya perlu berlenggak-lenggok dengan mengenakan fashion pilihannya di atas zebra cross. Baru-baru ini di Kudus, Jawa Tengah, juga terdapat perlombaan peragaan busana Muria Fashion Week 2022 di kawasan Alun-alun Kudus. Perlombaan peragaan busana bertajuk casual fashion street ini berlangsung meriah pada Minggu (31/7/2022) lalu. Perlombaan yang diikuti sekitar 70-an peserta ini memanfaatkan acara car free daya atau sehari tapa asap knalpot. Tak ayal kemudian gelaran tersebut mampu menarik minat penonton untuk menyaksikan peserta lomba yang berlenggak-lenggok di atas zebra cross. Ketua Panitia, Aris Magenta mengatakan, perlombaan ini diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas generasi muda dalam perancangan busana di Kabupaten Kudus. Acara tersebut juga untuk mewadahi generasi muda setelah dua tahun tak ada pagelaran peragaan busana. “Kami ingin memberi kesempatan kepada generasi muda untuk berekspresi secara luas agar produk busana di Kudus semakin berkembang. Apalagi, Kota Kudus merupakan gudangnya busana karena hampir 40 perusahaan konveksi besar di kota ini menguasai pangsa pasar di Tanah Air,” ujarnya, dikutip dari iNews Jateng, Minggu (31/7/2022). Lebih lanjut ia mengungkapkan, pihaknya tidak mencari model atau perawakan yang menarik, melainkan hanya berdasarkan pakaian saja. Harapannya semua generasi muda dan mengikutinya. Foto: Doc. Antara Jateng

Jenang Lot Karya Sari, Jenang Kenyal Oleh-oleh Khas Magelang

Jenang Lot Karya Sari, Jenang Kenyal Oleh-oleh Khas Magelang

MAGELANG – Kabupaten Magelang selain menyajikan pesona alam yang memikat, juga memiliki kuliner khas yang patut untuk dicoba. Selain gethuk, di Magelang juga terdapat Jenang Lot yang dapat dijadikan oleh-oleh. Makanan yang terbuat dari campuran tepung beras ketan, gula pasir, gula Jawa, dan santan ini memiliki rasa manis dengan tekstur padat dan kenyal. Salah satu produsen Jenang Lot yang terkenal di Magelang adalah Karya Sari yang dirintis sejak tahun 2002 silam. Usaha ini didirikan Mbah Syamsuri, warga Dusun Bojong, Desa Mendur, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Jenang Lot buatan Mbah Syamsuri ini mulai populer saat ada keluarga dari luar Jawa yang mudik, kemudian menjadikan Jenang Lot ini sebagai buah tangan. Saat itulah mulai banyak yang mencicipi dan banyak yang mengatakan bahwa Jenang Lot rasanya sangat enak. Cucu Mbah Syamsuri, Vina Kusumaningrum mengungkapkan, pada awalnya kakeknya membuat jenang hanya untuk konsumsi pribadi dan keluarganya saja. Jenang Lot Mbah Syamsuri ini lalu dikembangkan dan dijadikan usaha keluarga oleh anak dan cucunya untuk dijual sebagai oleh-oleh khas Magelang. Seiring perkembangan waktu, Jenang Lot Karya Sari ini tak hanya menjual jenang saja, melainkan juga menjual wajik dan krasikan. Salah satu hal menarik dari Jenang Lot Karya Sari ini adalah menggunakan peralatan tradisional dalam proses pembuatannya. “Bahan bakunya kami buat sendiri, mulai dari beras yang kami giling sendiri agar jadi tepung, santan yang kita giling dan dibuat jadi santan, hanya gula jawa saja yang tidak kami produksi sendiri,” ujar Vina, dikutip beritamagelang.id, Sabtu (30/7). Foto: Doc. beritamagelang.id

Tarian Golek Montro Dipentaskan Ke Sejumlah Negara

Tarian Golek Montro Dipentaskan Ke Sejumlah Negara

SURAKARTA – Tarian Golek Montro merupakan tari penyambutan tamu gaya Mangkunegaran Solo. Tari ini biasanya dipentaskan pada awal acara. Tari Golek Montro dipercaya sebagai tarian sakral yang harus ditempatkan pada awal acara. Karena di dalam tarian tersebut terdapat rangkaian do’a dan mantra. Sehingga dengan dipentaskannya pada awal acara, diharapkan keseluruhan acara dapat berjalan dengan lancar tidak ada halangan sesuatu apa pun. Baru-baru ini Pura Mangkunegaran Solo gencar mengenalkan tarian Golek Montro ke dunia internasional. Hal ini sebagai upaya mengenalkan budaya Jawa agar lebih dikenal di negara lain. Penguasa Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X mengungkapkan, beberapa waktu lalu tarian Golek Montro diperkenalkan pada acara Borneo Cultural Fesival di Malaysia. “Dalam waktu dekat rencananya Pura Mangkunegaran akan menyajikan tarian dari Departemen Langenpraja di Australia dan Thailand,” katanya, Jumat (29/7/2022). Ia berharap langkah-langkah yang telah dilakukan dapat turut menggeliatkan sektor pariwisata di Kota Solo. Sebelumnya, tarian Golek Montro juga disajikan di depan para tamu undangan kontingen dari sebelas negara yang akan bertanding dalam ASEAN Para Games 2022 pada pesta makan malam, Kamis (28/7/2022). “Ini menjadi kesempatan yang baik ya, berkumpul, saling mengenal satu sama lain, silaturahmi. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kegiatan ASEAN Para Games yang diadakan di Solo,” katanya.

Tradisi Wiwit Tembakau, Ritual Adat Di Lereng Sindoro Mengawali Masa Panen

Tradisi Wiwit Tembakau, Ritual Adat Di Lereng Sindoro Mengawali Masa Panen

Warga di Lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, memiliki tradisi tersendiri untuk mengawali masa panen tembakau. Setiap keluarga membawa makanan seperti nasi tumpeng, ingkung, dan jajanan pasar. Tradisi ini biasa disebut dengan Tradisi Wiwit Tembakau. Penyelenggaraan tradisi ini dipusatkan di Desa Mranggen Tengah, Kecamatan Banjarsari. Rangkaian ritual atau upacara dilakukan sebagai wujud syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar para petani saat memanen dan mengolah tembakau senantiasa diberikan keselamatan dan keberlimpahan rezeki. Bupati Temanggung, M Al Khadziq mengatakan, tradisi wiwit Tembakau ini sudah berjalan lam dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Temanggung. “Tradisi ini sebagai rasa syukur dan doa agar petani mendapatkan rezeki banyak,” katanya, Jumat (29/7/2022). Dia berharap petani tembakau dapat terus menjaga kualitas tembakaunya. Ia berpesan kepada para petani agar menggunakan bibit tembakau Temanggung, mengolah dengan benar dan tidak dicampur dengan tembakau dari luar daerah. “Hal ini agar tembakau asli Temanggung tetap terjaga kualitasnya,” tandasnya. Menurutnya, apabila kualitas tembakau terjaga, maka para pembeli juga akan memberikan harga sesuai dengan kualitasnya.

Logo Jepara Environmental Art Biennale Diluncurkan, Ikhtiar Kenalkan Seni Ke Dunia Internasional

Logo Jepara Environmental Art Biennale Diluncurkan, Ikhtiar Kenalkan Seni Ke Dunia Internasional

Seniman di Kabupaten Jepara hingga saat ini memiliki tekad kuat untuk mengenalkan karya-karya seni dari Kota Ukir itu. Salah satunya dengan mengadakan Jepara Envirnmental Art Biennale (JEAB) untuk memperkenalkan karya seni ke dunia internasional. Baru-baru ini Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Jepara resmi mengenalkan logo JEAB, pada Kamis (28/7/2022) malam. Logo tersebut dibidani para seniman senior seperti A Anzleb, Nano Warsono dan Nur Rohmad. Ketiganya merupakan seniman asli Bumi Kartini yang telah melalangbuana ke berbagai penjuru dunia. Menurut ketiganya, logo JEAB yang baru saja diluncurkan penuh filosofi luhur. Mereka menjelaskan, ide awal yang mendasari logo itu adalah ukiran di dinding Masjid Mantingan. Kemudian, bentuk logo yang menyerupai punden berundak sebagai perlambangan pengingat pada ajaran tujuh sifat manusia yang perlu dimiliki seorang pemimpin. Adapun tujuh sifat utama pemimpin adalah mahambeg mring warih (meniru sifat air), samirana (angin), candra (bulan), surya (matahari), samodra (laut), wukir, lan dahana (gunung dan api). Lebih lanjut mereka mengemukakan, logo tersebut juga memiliki lima unsur utama. Pertama, Pasaran pon (Huruf J) bermakna makrokosmos bertempat di Barat, yang mengandung unsur air. Pengertian mikrokosmos ini diartikan sebagai ari-ari. Kedua, Pasaran wage (Huruf E), berarti makrokosmos bertempat di Utara, yang mengandung unsur tanah. Ketiga, Pasaran legi (Huruf A), mengandung makna makrokosmosbertempat di Timur, yang mengandung unsur udara. Artinya mamarti atau air ketuban. Lalu keempat, Pasaran pahing (Huruf B), artinya makrokosmos bertempat di Selatan, yang mengandung unsur api. Simbol ini bermakna darah. Kelima, Pasaran Kliwon (Simbol eiter), bertempat di tengah-tengah perlambang sukma atau jiwa sebagaimana lima pancer yang memancarkan cahaya panca warna. Yang dimaksud di sini adalah si jabang bayi. Adapun JEAB mengangkat tema Ambah Pesisiran yang berarti mendatangi kembali pesisiran. Hal Itu mengingat letak geografis Kabupaten Jepara yang berada di daerah pesisir. ”Jepara memiliki landscape alam yang lengkap. Laut sampai gunung ada. Tema yang kita angkat ini membawa misi penjagaan lingkungan. Harapannya, seni bisa berdampingan dengan narasi alam dan manusia,” kata Nano Warsono, perupa yang kini menjadi dosen ISI Yogyakarta ini, Kamis (28/7/2022) malam. Melalui pameran seni rupa bertaraf nasional bahkan internasional itu, para kurator berharap karya-karya yang disuguhkan bisa membuat pengunjung dan masyarakat mampu memaknai narasi-narasi seni, alam dan kemanusiaan.

Dewan Pers-Menko Polhukam Bahas RKUHP, SMSI Terus Tolak Pasal Krusial yang Potensial Lemahkan Kebebasan Pers

Dewan Pers-Menko Polhukam Bahas RKUHP, SMSI Terus Tolak Pasal Krusial yang Potensial Lemahkan Kebebasan Pers

JAKARTA—Dewan Pers mengadakan pertemuan dengan Menko Polhukam Prof. Mahfud MD, di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (28/7). Pertemuan ini untuk mendiskusikan draf Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Mahfud menjelaskan, draf RKUHP ini sudah lama dibahas. Rencananya, RKUHP ini diberlakukan sebagai hadiah kemerdekaan Republik Indonesia. “Masih ada waktu pembahasan. Mungkin jika ada masalah, bukan ditunda tapi dilakukan perbaikan. Kalau jelas ada pasal yang membahayakan, ya dihapus atau direformulasi,” tutur Mahfud. Menurut Mahfud, RKUHP tersebut dulu sudah akan diketok. Namun lantaran ada demo besar, presiden pada 2019 minta pengesahannya ditunda. Saat bertemu Menko Polhukam, Dewan Pers dipimpin ketuanya, Prof Azyumardi Azra. Ikut mendampingi M Agung Dharmajaya (wakil ketua), anggota Dewan Pers (Arif Zulkifli, Ninik Rahayu, Yadi Hendriana, dan A Sapto Anggoro. Hadir juga perwakilan anggota konstituen Dewan Pers, Sasmito Madrim, dan Ketua Bidang hukum, Arbitrase dan Legislasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat, Makali Kumar SH. Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, kepada Dewan Pers, Mahfud minta catatan reformulasi terhadap pasal-pasal yang dinilai bermasalah. “Sampaikan reformulasi secara konkret sekaligus simulasinya. Besok akan saya sampaikan ke Kemenkumham. Wamenkumham akan kita panggil minggu depan,” ungkapnya. Ia menambahkan, KUHP adalah politik hukum penting, pemerintah berharap secepatnya berlaku saat peringatan kemerdekaan nanti karena KUHP yang berlaku saat ini merupakan produk kolonial. Namun, Dewan Pers Bersama masyarakat sipil lainnya melihat ada 14 pasal dan 9 klaster yang potensial melemahkan kebebasan pers. Maka perlu dihapus atau direformulasi. Menurut Mahfud yang didampingi Deputi Hukum dan HAM Sugeng Purnomo, ada sekitar 700-an pasal dalam RKUHP. “Jika ada usulan 14 pasal, maka jumlah itu tidaklah banyak,” kata Mahfud. Pihaknya tidak mau menjamin penundaan berlakunya KUHP tersebut. Ia hanya menegaskan, sebelum RKUHP maju ke persidangan harus dibahas secara jelas. Menko Polhukam berjanji akan memanggil Kemenkumham untuk membicarakannya dan akan melibatkan Dewan Pers. Sementara itu, Prof Azra melaporkan, pada 2018 Dewan Pers sudah mengajukan usulan delapan klaster pasal yang dinilai bermasalah. Namun, masukan dari Dewan Pers dan konstituen tidak dimasukkan sama sekali. Dalam draf sekarang ini, urainya, malah ada sembilan klaster dari 22 pasal umum yang mengganggu hak berekspresi, 14 di antaranya berkaiatan dengan kemerdekaan pers. Dewan Pers juga sudah ketemu dengan konstituen Dewan Pers dan para pemangku kepentingan. Pertemuan dengan Kemkumham yang dipimpin Wamenkumham Prof Edward (Edi) Omar Sharif Hiariej dan tim perumus sudah dilakukan Dewan Pers pekan lalu. Rumusan reformulasi RKUHP diminta segera oleh Mahfud MD. Dewan Pers bekerja cepat, hari Kamis ini juga melakukan penyusunan reformulasi dengan melibatkan Wakil Ketua Mahkamah Agung Andi Samsan Nganro, ahli hukum Bivitri Susanti, mantan Ketua YLBHI Asfinawati, Tim LBH Pers dipimpin Ade Wahyudin, dan lain-lain. Samsan Ngandro berpendapat pasal terkait dengan pers yang mengandung delik harus diperbaiki. Dewan Pers juga minta supaya pasal-pasal bermasalah didrop atau direformulasi. Arif Zulkifli menyatakan pemberitaan soal terorisme pun bisa diperkarakan karena harus lengkap. “Pemberitaan pers pasti yang terdepan dan belum lengkap. Demikian juga soal penghinaan pada presiden hingga lurah/kepala desa, bisa menjadi perkara,” paparnya. Ia khawatir kelak ada self censorship yang tinggi di media, ini adalah berbahaya bagi kelangsungan kehidupan pers dan masyarakat. Sedangkan Ninik menuturkan, masih ada waktu untuk mengawal RKUHP. Dia berharap, pasal yang tak seharusnya ada bisa dikeluarkan. “Intinya adalah reformulasi,” kata dia. Adapun Sasmito mengutarakan, secara prinsip AJI tidak menolak RKUHP itu. Tapi, RKUHP masih perlu masukan dari masyarakat luas dan penyempurnaan sehingga tidak buru-buru diberlakukan. Ketua Bidang hukum, Arbitrase dan Legislasi SMSI Pusat, Makali Kumar SH, hadir mewakili Ketua Umum SMSI Firdaus, dalam pertemuan bersama Dewan Pers dan konstituennya, akademisi, pengamat hukum, serta praktisi hukum di Hotel Mercure, Sabang-Jakarta, Kamis (28/7/2022), kembali menyuarakan penolakan terhadap pasal-pasal RUU KUHP. Makali dengan tegas menyatakan, banyak pasal-pasal RUU KUHP yang harus ditolak dan dihapus, karena berpotensi untuk menghalangi kebebasan pers di Indonesia. Pasal-pasal RKUHP yang menjadi sorotan SMSI dan juga menjadi bahan diskusi Dewan Pers dalam pertemuan tersebut sekitar 20 pasal, antara lain pasal 188, 218, 219, 220, 240, 241, 246, 248, 263,264 280, 302, 303, 304, 352, 353, 437, 440, 443, dan 447. “Seperti pasal 263 dan 264 RKUHP yang didalamnya ada kata penyiaran dan berita. Frasa ini akan berpotensi menghambat kemerdekaan pers. Kita minta untuk dihapus atau dihilangkan dalam RKUHP, karena hal itu sudah diatur dalam UU no 40 tahun tentang pers,” jelas Makali. Bersama rekan perwakilan organisasi konstituen dewan pers lainnya, Makali begitu gigih dalam diskusi itu, untuk menyuarakan kemerdekaan pers di Indonesia. Bahkan Makali juga minta pers dan konstituen Dewan Pers lainnya, serta berbagai kalangan pers untuk tetap solid menyuaran dan memperjuangkan penolakan pasal-pasal tersebut secara maksimal di DPR RI. Jangan sampai, informasi yang menyebutkan pada tanggal 16 Agustus 2022, DPR RI akan bersidang dan menetapkan RKUHP itu, menjadi kenyataan. “Kita jangan kecolongan, kita kawal perjuangan kita, sampai DPR mau mengakomodir perjuangan kita. Sehingga pasal-pasal yang akan merusak kemerdekaan pers di Indonesia sudah hilang di RKUHP,” tegas Makali. Dalam siskusi dewan pers di hotel Mercure tersebut, berlangsung pukul 09.00-19.00 WIB. Diskusi itu menghadirkan juga, pejabat penegak hukum, yakni Wakil Ketua Mahkamah Agung Rzi, Dr Andi Nganro SH MH, Humas Polri,Brigjen. Pol. Drs. Mohamad Hendra Suhartiyono, M.Si, dan utusan dari Kejaksaan Agung. (*)

Sega Tiwul, Kuliner Legendaris Hasil Kreativitas di Masa Penjajahan

Sega Tiwul, Kuliner Legendaris Hasil Kreativitas di Masa Penjajahan

Apakah kamu pernah menikmati Sega Tiwul? Jika kamu berkunjung ke pasar-pasar tradisional Jawa Tengah atau Yogyakarta, khususnya Wonogiri dan Gunung Kidul, mungkin kamu akan mendapati kuliner tradisional ini. Makanan ini terbuat dari bahan dasar singkong yang dijemur hingga kering. Masyarakat setempat menyebutnya gaplek. Gaplek yang telah benar-benar kering, ditumbuk halus dan kemudian dikukus hingga matang. Dari dulu hingga kini, tiwul dikenal sebagai jajanan pasar yang sangat merakyat. Biasanya penjual tiwul menjajakannya sejak subuh hingga menjelang siang hari. Di pasar tradisional, biasanya cemilan manis ini dibungkus menggunakan daun pisang dengan porsi yang kecil. Sehingga sangat cocok sebagai pengganjal perut di pagi hari. Selain sebagai jajanan, pada beberapa daerah tiwul juga pernah/menjadi makanan pokok pengganti nasi karena lokasinya yang tandus. Nasi Tiwul atau yang biasa disebut dengan Seqa Tiwul ini juga dikonsumsi bersama dengan lauk pauk dan sayuran. Sejarah Tiwul, Makanan Pokok Masa Penjajahan Jepang Jika menelisik sejarahnya, tiwul sebenarnya adalah kuliner yang muncul saat kondisi ekonomi sedang sulit. Saat harga beras mahal, konon masyarakat mengonsumsi tiwul agar perut tetap kenyang. Kondisi ini terjadi pada era penjajahan Jepang dan pada era tahun 1960-an. Tak seperti yang kita jumpai sekarang, pada masa lalu tiwul juga dimakan selayaknya makanan pokok seperti nasi. Disajikan bersama dengan lauk pauk serta sayuran. Sementara yang kita jumpai sekarang ini, tiwul pada umumnya dikonsumsi bersama dengan parutan kelapa dan siraman gula merah. Selain itu, biasanya juga disajikan dengan makanan pelengkap lainnya seperti ketan hitam, jagung rebus pipilan, dan singkong rebus yang diserut. Sega Tiwul, Makanan Pokok Saat Musim Kemarau Saat musim kemarau di daerah tandus seperti sebagian wilayah Wonogiri, dan Sukoharjo. Masyarakat yang kesusahan menanam padi, biasa menjadikan tiwul biasa sebagai makanan pokok pengganti nasi. Salah satunya adalah masyarakat di Dusun Kalisonggo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Tak jarang masyarakat di dusun itu menyantap tiwul sepanjang tahun. Dusun Kalisonggo memang dikenal sebagai daerah tandus. Tanaman yang dapat tumbuh di daerah tersebut hanya palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan singkong. Dalam penyajiannya, untuk menghemat pengeluaran, biasanya masyarakat mencampur tiwul dengan perbandingan satu banding dua. Cara Pembuatan Tiwul Tiwul terbuat dari singkong yang dijemur hingga kering, atau biasa disebut gaplek. Gaplek ditumbuk hingga halus, kemudian dikukus hingga matang. Hasil kukusan inilah yang disebut dengan tiwul. Ketika dikonsumsi sebagai makanan pokok, tiwul dapat dihidangkan bersama lauk pauk antara lain tempe gembus goreng, sayur lombok ijo, dan sambal. Tiwul Kaya Akan Gizi Walaupun pada masa lalu tiwul identik dengan makanan orang miskin, bukan berarti kadar gizi dalam tiwul rendah. Kepala Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kusnandar memastikan kalau kandungan karbohidrat tiwul ternyata tidak jauh berbeda dari beras. “Tidak selalu harus makan nasi. Bisa diganti dengan singkong (bahan utama tiwul) dan jagung,” ungkap Kusnandar.