Jowonews

Waspadai Gerakan Tanah Rayapan

PURWOKERTO, Jowonews- Masyarakat diminta waspadai bahaya gerakan tanah jenis rayapan saat hujan deras, karena dapat memicu longsor yang lebih besar. “Gerakan tanah dengan jenis rayapan merupakan jenis pergerakan yang lambat. Kondisi ini dimungkinkan karena topografi wilayah yang tidak terlalu terjal, sehingga gaya gravitasi yang menyebabkan longsoran juga tidak terlalu besar,” kata Dr Indra Permanajati, Koordinator Bidang Bencana geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu (5/12). Hal itu membuat gerakan tanah menjadi tidak terlalu cepat atau bersifat lambat. Kendati demikian, kondisi tersebut harus terus diwaspadai karena pergerakan tanah jenis rayapan biasanya membentuk retakan-retakan. “Retakan ini sebagai media air masuk ke dalam tanah, sehingga kalau curah hujan tinggi, gerakan tanah akan makin cepat. Tetapi, kalau musim kemarau mungkin gerakan tanah menjadi lambat atau sama sekali berhenti,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sebagai langkah antisipasi, kata dia, masyarakat bisa segera menutup retakan-retakan tersebut dengan tanah untuk meninimalisasi aliran air yang masuk. “Masyarakat juga bisa membuat media-media penghambat longsor seperti cerucuk bambu atau menanam pohon berakar kuat atau dapat juga memanfaatkan karung untuk menampung tanah dan dikombinasikan dengan cerucuk bambu lalu dipasang pada daerah longsor bagian bawah untuk menahan longsoran sementara,” katanya. Dia menyebutkan bahwa bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara pada Kamis (3/12) merupakan contoh dari gerakan tanah jenis rayapan. “Sifatnya lambat, namun jika hujan deras terus menerus retakan-retakan yang muncul akibat gerakan tanah bisa jadi media air masuk ke dalam tanah hingga akhirnya memicu longsoran yang lebih besar, sehingga harus segera diantisipasi,” katanya. Mengungsi Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah menginformasikan bahwa 348 orang warga Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan terpaksa mengungsi akibat terdampak pergerakan tanah yang melanda wilayah tersebut. Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Budi Wahyono mengatakan hingga hari ini tercatat ada 348 orang pengungsi yang terbagi dalam 13 lokasi baik di dalam maupun luar desa. Dia menjelaskan warga mengungsi akibat tanah longsor yang terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Kamis (3/12). Menurut data terakhir yang dikumpulkan oleh tim di lapangan, longsor telah mengakibatkan 12 rumah warga rusak berat, 5 rusak sedang dan 3 rusak ringan. Selain itu banyak rumah warga yang mengalami keretakan pada tembok dan lantainya, sehingga terpaksa mengosongkan rumah karena khawatir terjadi pergerakan tanah susulan. “Bukan hanya mengakibatkan kerusakan pada rumah warga, jalan antardukuh juga mengalami kerusakan dan listrik di lokasi masih dipadamkan hingga saat ini. Warga dianjurkan mengungsi karena dikhawatirkan terjadi pergerakan tanah susulan mengingat hingga saat ini kondisi cuaca masih hujan deras,” katanya.

Sehari, 33 Kejadian Longsor di Banjarnegara

BANJARNEGARA, Jowonews- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah, mencatat adanya 33 kejadian bencana tanah longsor yang tersebar di sejumlah kecamatan di wilayah setempat pada Kamis (3/12). “Berdasarkan pendataan dan rekap yang kami lakukan pascalongsor, diketahui bahwa ada 33 kejadian tanah longsor yang terjadi dalam satu hari, pada 3 Desember 2020,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Budi Wahyono di Banjarnegara, Sabtu (5/12). Lokasi tanah longsor tersebar di 13 kecamatan yakni Kecamatan Bawang, Klampok, Pagedangan, Karangkobar, Wanadadi, Banjarnegara, Pejawaran, Punggelan, Pandanarum, Pagentan, Wanayasa, Banjarmangu, Susukan. Dia mengatakan bahwa dari 33 bencana tersebut, sebagian besar merupakan longsor dengan skala kecil. “Hanya ada beberapa longsor yang berskala besar di antaranya yakni di Dukuh Karanglo di Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan,” katanya. Terkait 33 kejadian longsor itu, BPBD Banjarnegara telah melakukan upaya penanganan di seluruh lokasi longsor tersebut termasuk di Dukuh Karanglo di Desa Kalitlaga. “Pada beberapa lokasi longsor yang berskala kecil, upaya tanggap darurat telah selesai dilakukan sementara pada lokasi dengan skala besar seperti di Karanglo, tim gabungan masih terus melakukan upaya penanganan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sementara itu, terkait kejadian longsor dan pergerakan tanah di Dukuh Karanglo, Desa Kalitlaga, BPBD Banjarnegara telah mendirikan posko penanganan bencana guna memantau kemungkinan pergerakan tanah susulan. “Longsor yang terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan itu telah mengakibatkan kerusakan pada jalan penghubung antardukuh dan merusak 9 rumah warga. Hingga saat ini hujan deras masih sering mengguyur kawasan ini sehingga dikhawatirkan terjadi pergerakan tanah susulan,” katanya. Sebelumnya, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono mengingatkan seluruh pihak terkait mengenai pentingnya memperkuat upaya mitigasi bencana saat musim hujan. “Kami mengingatkan seluruh pihak terkait termasuk masyarakat mengenai pentingnya memperkuat mitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan saat musim hujan,” katanya. Dia mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, wilayah Kabupaten Banjarnegara telah memasuki awal musim hujan sejak bulan Oktober 2020. Dia menambahkan upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. “Kita memang tidak bisa memprediksi kapan terjadinya bencana namun setidaknya kita bisa melakukan upaya untuk mengurangi dampak risiko bencana dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat,” katanya.

Ancaman Bahaya Intai Warga Banjarnegara

BANJARNEGARA, Jowonews- Waspadalah warga Banjarnegara. Ancaman bahaya mengintai selama tiga hari ke depan. Hujan lebat diperkirakan akan mengguyur kabupaten tersebut. “Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan longsor,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie, di Banjarnegara, Ahad (27/9). Dia menjelaskan potensi hujan lebat terdapat di hampir seluruh wilayah di Banjarnegara antara tanggal 27 – 29 September 2020. Hal serupa diprediksi akan terjadi di kabupaten sekitarnya seperti Purbalingga, Wonosobo, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan lain sebagainya. “Beberapa wilayah di Jawa Tengah lainnya juga berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Untuk itu, kata dia, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi hujan lebat. Musim Peralihan Dia menambahkan bahwa Kabupaten Banjarnegara dan kabupaten lain di sekitarnya mulai memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Dia menjelaskan, Banjarnegara diprakirakan akan memasuki awal musim hujan pada dasarian pertama bulan Oktober 2020. “Sekarang ini peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sementara awal musim hujan paling awal dasarian pertama bulan Oktober, meliputi sebagian besar Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga dan Wonosobo. Selain itu sebagian Banyumas dan Magelang serta beberapa wilayah di Jawa Tengah lainnya,” katanya. Sementara itu dia juga menambahkan bahwa pada dasarian II September 2020 seluruh wilayah Banjarnegara mengalami hujan dengan kriteria curah hujan rendah. Sementara pada dasarian II September 2020 wilayah Banjarnegara mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria sedang. “Sementara pada dasarian III September umumnya wilayah kabupaten Banjarnegara diprakirakan terjadi hujan dengan kriteria menengah,” katanya. Dia menambahkan pihaknya akan terus melakukan pemutakhiran data untuk menginformasikan kondisi cuaca terkini kepada masyarakat. “Masyarakat juga dapat mengakses media sosial yang kami miliki untuk mengetahui prakiraan cuaca terkini,” katanya.

Habib Luthfi Ajak Masyarakat Perkuat Persatuan

BANJARNEGARA, Jowonews- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Luthfi bin Yahya mengajak seluruh Masyarakat Banjarnegara untuk terus memperkuat rasa persatuan dan kesatuan guna makin mendorong kemajuan bangsa. “Mari bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan,” katanya usai acara Safari Kebhinekaan untuk Memperkoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa, di Banjarnegara, Jateng, Kamis (17/9). Dia mengatakan persatuan dan kesatuan bangsa akan dapat terwujud bila masing-masing individu memiliki rasa saling memiliki dan toleransi. “Adanya perbedaan ras, suku, budaya, dan agama merupakan elemen yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang besar dan kuat. Indonesia akan kuat jika masing-masing memiliki rasa saling memiliki,” ujarnya. Dia menambahkan rasa persatuan dan kesatuan harus ditanamkan sejak dini kepada para generasi muda penerus bangsa. “Nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa harus terus ditanamkan kepada para generasi muda, sangat perlu diperhatikan sejauh mana kita mengajarkan anak-anak kita sedini mungkin untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air,” tutur dia mengajak. Sementara itu Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono mengatakan masyarakat perlu makin memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi Covid-19. “Mari memperkuat persatuan dan kesatuan serta rasa peduli meskipun di tengah pandemik COVID-19,” katanya. Dia mengatakan pada saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada persoalan bersama yaitu Covid-19. “Kendati demikian ini momentum untuk kita makin memperkuat persatuan dan kesatuan, bersatu dalam rangka mengatasi persoalan dan ujian bangsa ini yaitu Covid-19.,” ucap dia. Dengan rasa persaudaraan yang makin erat, kata dia, diharapkan makin menggelorakan semangat untuk berjuang bersama menghadapi COVID-19.

Dieng Culture Festival 2020 Diselenggarakan Secara Virtual

BANJARNEGARA, Jowonews- Gelaran budaya Dieng Culture Festival (DCF) 2020 akan diselenggarakan secara virtual guna menghindari kerumunan selama pandemi Covid-19. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara Agung Yusianto di Banjarnegara, Ahad (23/8), menjelaskan bahwa pemkab setempat memutuskan untuk tetap menyelenggarakan Dieng Culture Festival meskipun secara virtual karena banyaknya permintaan dari masyarakat. “Di tengah pandemi Covid-19. ini ternyata animo masyarakat untuk menyaksikan kegiatan Dieng Culture Festival masih cukup besar. Sehingga Pemkab Banjarnegara memutuskan untuk memfasilitasi dengan menyelenggarakannya secara virtual,” katanya sebagaiamana dilansir Antara. Hal itu, kata dia, menunjukkan selama ini agenda wisata tahunan tersebut mendapatkan respons yang positif dan banyak diminati oleh masyarakat. Kendati demikian, pihaknya tidak mungkin menyelenggarakan kegiatan tersebut secara tatap muka. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan dalam jumlah yang besar. “Kalau diselenggarakan secara tatap muka seperti tahun-tahun sebelumnya, bisa menimbulkan kerumunan yang luar biasa besar. Karena itu pilihan menyelenggarakan secara virtual kami rasa akan lebih bijaksana untuk dilakukan pada masa pandemi seperti sekarang ini,” katanya. Ia menjelaskan bahwa penyelenggaraan agenda tahunan Dieng Culture Festival ini salah satunya bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya lokal. Meskipun hanya dapat menyaksikan secara virtual, kami berharap masyarakat tetap bisa menikmati gelaran event ini dan sekaligus ikut melestarikan budaya lokal khas wilayah setempat,” katanya. Ia berharap Dieng Culture Festival secara virtual ini akan dapat menjadi pengobat rindu bagi masyarakat. Ajang secara virtual tersebut akan berlangsung pada bulan September 2020. “Namun, tanggal pasti pelaksanaannya masih terus dibahas oleh seluruh pihak terkait, kami akan segera sampaikan informasinya kepada seluruh masyarakat,” katanya.