Jowonews

Surga Kuliner dan Kerajinan Pekalongan Hadir di Gerai Oleh-Oleh Baru!

Surga Kuliner dan Kerajinan Pekalongan Hadir di Gerai Oleh-Oleh Baru!

PEKALONGAN – Bagi para pecinta kuliner dan kerajinan khas Pekalongan, bersiaplah untuk dimanjakan dengan hadirnya Gerai Oleh-Oleh Pekalongan yang baru! Berlokasi strategis di samping Kawasan Technopark Kota Pekalongan, gerai ini menawarkan berbagai produk unggulan dari puluhan UMKM binaan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Dekranasda Kota Pekalongan. Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid, yang meresmikan langsung gerai ini, mengungkapkan optimismenya bahwa gerai ini akan menjadi magnet baru bagi wisatawan dan berkontribusi pada peningkatan ekonomi Kota Batik. “Gerai Oleh-Oleh Pekalongan ini hadir sebagai solusi bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Pekalongan selain batik,” ujar Mas Aaf, sapaan akrab beliau. Beragam produk menarik siap memanjakan lidah dan mata para pengunjung, mulai dari olahan perikanan seperti keripik ikan crispy, bandeng presto, sambel cumi, hingga makanan dan minuman khas Pekalongan lainnya. Tak hanya itu, kerajinan tangan yang indah dan unik pun tersedia, menjadi pilihan sempurna untuk dibawa pulang sebagai kenangan. Inggit Soraya, Ketua Dekranasda Kota Pekalongan, mengapresiasi semangat para UMKM dan berharap gerai ini dapat menjadi batu loncatan bagi mereka untuk lebih berkembang. “Semoga dengan adanya Gerai Oleh-Oleh Pekalongan ini, para UMKM binaan DKP dan Dekranasda semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas produknya dan menjangkau pasar yang lebih luas,” tuturnya. Gerai Oleh-Oleh Pekalongan buka setiap hari mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Sugiyo, Kepala DKP Kota Pekalongan, mengundang para pengunjung untuk datang dan merasakan sendiri pengalaman berbelanja yang menyenangkan. “Mari kita dukung produk-produk lokal Kota Pekalongan dengan mengunjungi Gerai Oleh-Oleh Pekalongan ini,” ajaknya. Jadi, tunggu apa lagi? Kunjungi Gerai Oleh-Oleh Pekalongan dan temukan berbagai produk unggulan Kota Pekalongan yang tak hanya lezat dan indah, tapi juga penuh dengan cerita dan makna.

Kirab Saroeng Batik Carnival 2023 di Kota Pekalongan, Mengangkat Budaya Sarung Batik

Kirab Saroeng Batik Carnival 2023

PEKALONGAN – Kota Pekalongan merayakan keindahan dan keunikan batik dalam Kirab Saroeng Batik Carnival 2023. Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan bekerja sama dengan Kampung Batik Kauman Pekalongan dan komunitas pecinta batik ini mengambil titik awal di Kampung Batik Kauman dan berakhir di Kompleks Alun-Alun Pekalongan (depan Masjid Jami’i Kauman) pada Minggu (8/10/2023). Kirab yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pejabat Pemerintah Kota, pelajar, dan komunitas pecinta sarung batik ini berhasil membangkitkan semangat masyarakat yang hadir dan mereka yang melewati rute kirab. Kirab ini tidak hanya dihiasi oleh peserta yang berjalan kaki, tetapi juga dengan gunungan makanan, sayuran, dan buah-buahan yang diarak selama perjalanan. Sri Budi Santoso, Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Pekalongan, memberikan apresiasi kepada Kampung Batik Kauman dan komunitas Batik Pekalongan yang telah berperan dalam pelestarian dan pengembangan batik, terutama sarung batik khas Pekalongan. Menurutnya, upaya ini telah berlangsung secara berkelanjutan selama beberapa tahun. “Pada tahun 2023 ini, bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Kota Pekalongan, sarung batik Pekalongan menerima pengakuan resmi dari Pemerintah Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, yaitu Indikasi Geografis (IG) sarung batik,” kata Sri Budi Santoso. Pengakuan IG sarung batik ini adalah langkah penting, menunjukkan bahwa sarung batik Pekalongan adalah asli dan khas dari Kota Pekalongan. Hal ini akan menjadi dasar yang kuat untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif dan pertumbuhan ekonomi di kota ini, sambil melindungi produk kekayaan intelektual dari klaim daerah atau negara lain. “Ekonomi kreatif kita perlu perlindungan hukum, dan IG sarung batik memberikan dasar yang kokoh untuk pengrajin kami. Mereka dapat memproduksi dan mengembangkan produk mereka dengan keyakinan, serta mengajukan perlindungan hukum jika ada klaim atas produk mereka,” tambahnya.

Dinarpus Pekalongan Gelar Lomba Baca Cepat Agar Pelajar Gemar Membaca

Lomba Baca Cepat

PEKALONGAN – Sebanyak 52 murid dari SD/MI di Kota Pekalongan berpartisipasi dalam lomba membaca cepat yang diadakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kota Pekalongan. Menurut Kepala Dinarpus Kota Pekalongan, Soeroso, lomba ini diadakan untuk membantu menciptakan generasi emas yang senang membaca. Meskipun informasi literasi sekarang tersebar luas, terutama di dunia maya, banyak pelajar dan generasi muda yang lebih suka menonton video di media sosial daripada membaca. “Kita tidak boleh ketinggalan dalam perkembangan teknologi dan memahami informasi melalui video yang mudah dipahami dan menarik. Namun, kita tidak boleh melupakan keterampilan membaca,” kata Soeroso pada Rabu (14/6/2023). Peserta yang berpartisipasi dalam lomba ini berasal dari 52 sekolah dasar baik negeri maupun swasta. Soeroso menyatakan bahwa semua murid sudah bisa membaca, tetapi mempertahankan kebiasaan dan kegemaran membaca membutuhkan usaha yang lebih. Diharapkan, melalui lomba membaca cepat yang diadakan secara rutin, anak-anak, terutama pelajar, dapat mempertahankan kegemaran membaca dan membangun kreativitas, minat, dan potensi mereka dalam memahami bacaan sejak dini. Foto Dok. Tribun Pantura

Museum Batik Pekalongan Mendapat Tambahan Koleksi dari Keluarga Bung Hatta

Museum Batik Pekalongan

PEKALONGAN – Koleksi kain di Museum Batik Pekalongan terus bertambah. Setelah beberapa waktu yang lalu mendapatkan penambahan koleksi kain batik dari berbagai daerah, kini koleksi tambahan kain datang dari keluarga besar Wakil Presiden Indonesia pertama Muhammad Hatta atau yang akrab disapa Bung Hatta. Penyerahan sumbangan, berupa 1 kain batik dan 1 selendang milik istri Bung Hatta, Rachmi Hatta ini diserahkan oleh anak Bung Hatta, Meutia Farida Hatta kepada Kepala UPTD Museum Batik, Akhmad Asror, di Museum Batik setempat, Senin (5/6/2023). Kepala UPTD Museum Batik, Akhmad Asror, mengaku bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas donasi dari keluarga Bung Hatta yang telah memberikan perhatiannya, terhadap pelestarian budaya batik Indonesia dengan menyumbangkan kain dan selendang batik yang selama ini mereka telah lestarikan sebagai warisan bangsa. “Kalau dilestarikan secara pribadi belum tentu masyarakat luas akan mengetahui. Oleh karena itu, keluarga Bung Hatta menyumbangkan koleksi kain dan selendang batiknya ke Museum Batik Pekalongan dengan harapan, bisa sebagai sarana edukasi kepada masyarakat dan kain batik ini bisa lebih terawat lagi.” Menurutnya warisan budaya ini dapat bertahan lebih lama lagi daripada hanya sebagai koleksi pribadi. Asror juga menghargai bahwa Museum Batik Pekalongan dianggap sebagai agen pelestari warisan budaya yang mendapat perhatian tidak hanya dari tokoh lokal, tetapi juga dari tokoh nasional seperti istri proklamator bangsa Indonesia, Bung Hatta, yang memberikan tambahan koleksi kain. “Pemberian kain batik ini telah menambah koleksi menjadi ke-1311. Kain batik ini merupakan karya Iwan Tirta yang dibuat sejak masa pasca kemerdekaan Indonesia,” tambah Asror. Setelah hibah ini diberikan, koleksi kain dan selendang batik dari keluarga Bung Hatta langsung didaftarkan ke inventaris dan menambah koleksi kain batik di Museum Batik Pekalongan. Asror menambahkan, pencipta kain Iwan Tirta terpengaruh oleh budaya motif batik terdahulu, Kraton Solo-Jogja, meskipun ada pengaruh motif batik Pesisir seperti motif phoenix dalam kain ini. “Kain ini memiliki pengaruh batik peranakan Thionghoa, motif banji dengan teknik hasil karya Iwan Tirta yang ada pengaruh pedalaman Kraton yang penuh akan filosofinya sebagai lambang keabadian (phoenix) dan penjagaan.” “Motif kain ini menggambarkan penjagaan atau pelestarian agar bisa kekal abadi selama-lamanya,” tambah Asror. Foto Dok. Tribunpantura.com/Indra Dwi Purnomo

Sebanyak 1.200 Batik Kuno Akan Di Pamerkan di Museum Batik Pekalongan

Batik Kuno Pekalongan

PEKALONGAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah akan menampilkan sekitar 1.200 koleksi batik kuno pada acara Hari Batik Nasional 2022 yang akan digelar pada 2 Oktober mendatang. Direktur Unit Pelaksana Teknis Dinas Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror mengatakan, pihaknya siap menyukseskan Hari Batik Nasional 2022 dengan mengubah suasana galeri dengan cerita yang berbeda dari ide sebelumnya. “Kami akan siapkan wajah baru pada saat perayaan Hari Batik Nasional 2022 agar pengunjung lebih nyaman melihat koleksi batik kuno,” ujarnya, dikutip dari Antara, Jumat (16/9/2022). Pihaknya akan merotasi ruang pamer dan menggantinya dengan konsep lain, baik display batik hingga koleksi batik yang dipamerkan. Sejauh ini, sekitar 90 koleksi batik telah ditampilkan di galeri dari total 1.200 koleksi batik, katanya. Ahmad Asror mengatakan penataan ulang atau rotasi koleksi batik ini juga dimaksudkan agar semua koleksi batik yang tersimpan di museum batik dapat ditampilkan dan dinikmati pengunjung. “Jadi meski dengan keterbatasan luas ruang pamer, kami akan menyiasati dengan rotasi koleksi agar pengunjung bisa melihat seluruh koleksi batik,” katanya. Dikatakannya, dalam rangkaian acara Hari Batik Nasional 2022, pihaknya juga akan menyelenggarakan lomba menggambar batik bagi pelajar agar nantinya bisa ikut serta dalam pelestarian warisan budaya ini. “Kami akan bermitra dengan pembatik melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Batik Kota Semarang (LSP),” kata Ahmad Asror. Foto: doc. Antara Jateng

Sejarah Awal Mula Pekalongan, Mulai Dari Kisah Bahurekso Hingga Perjalanan Bujangga Manik

Sejarah Awal Mula Pekalongan, Mulai Dari Kisah Bahurekso Hingga Perjalanan Bujangga Manik

Kabupaten Pekalongan baru saja merayakan hari jadinya yang ke 400 tahun. Kawasan ini konon sudah berdiri sejak tahun 1622. Hingga kini, terdapat beragam sejarah awal mula Pekalongan yang berkembang di tengah masyarakat. Pekalongan didirikan pada masa Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Namun, beberapa jejak menunjukkan bahwa Pekalongan telah menjadi pemukiman sejak Mataram kuno. Sebuah artikel Hari Jadi Kabupaten Pekalongan yang diterbitkan Jurnal Cendekia Vol 1 Nomor 3 (2021) menyebutkan bahwa sejarah Pekalongan tidak lepas dari seorang tokoh bernama Bahurekso. Beberapa sumber lain menyebut namanya sebagai Joko Bahu. Dia adalah bawahan Sultan Agung. Kemudian, Bahureksa diperintahkan oleh Sultan Agung untuk membuka hutan di pantai utara. Dalam jurnal yang ditulis Eddy Waluyo, hutan itu dikenal angker. Dengan bantuan gurunya, Ki Ageng Cempaluk, Bahurekso berhasil membuka hutan angker tersebut. Kemudian ia menerima hadiah berupa tanah di daerah tersebut. Sesuatu yang diperoleh sebagai oleh-oleh dalam bahasa daerah disebut pengangsalan atau halong, yang kemudian menjadi titik tolak awal penyebutan wilayah Pekalongan. Meskipun Bahurekso adalah yang pertama membuka hutan Pekalongan, Kesultanan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung mengangkat seorang bupati pertama di wilayah tersebut. Bupati pertama yang diangkat adalah Pangeran Mandurorejo. Ia adalah cucu dari Ki Juru Martani, seorang tokoh yang berjasa mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Juru Martani adalah orang kepercayaan Panembahan Senapati. Pelantikan Pangeran Mandurorejo sebagai bupati berlangsung pada tanggal 25 Agustus 1622, menjadi tonggak utama berdirinya Kabupaten Pekalongan. Tanggal ini juga bertepatan dengan 12 Rabiul Awal. Jejak Sejarah Awal Mula Pekalongan Meskipun Pekalongan asli masih berupa hutan, beberapa jejak sejarah membuktikan bahwa daerah itu terhubung dengan beberapa kerajaan besar yang lebih tua, termasuk Mataram kuno. Salah satu buktinya ditemukan beberapa situs arkeologi yang berasal dari Dinasti Syailendra. Salah satunya adalah lingga dan yoni di Desa Linggo Asri. Selain itu, Pekalongan juga memiliki ikatan sejarah dengan kerajaan Demak dengan bukti beberapa peninggalan sunan yang diyakini dekat dengan kerajaan Demak termasuk Sunan Kalijaga. Kisah Joko Bau Dilansir dari buku Asal Mula Kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, nama Pekalongan diambil dari kisah Joko Bau, putra Kyai Cempaluk, yang dikenal sebagai pahlawan di wilayah Pekalongan. Joko Bau mengabdi pada Sultan Agung, Raja Mataram. Ia kemudian diperintahkan untuk membawa Putri Ratansari dari Kalisalak Batang ke istana. Tapi sepertinya Joko Bau jatuh cinta pada sang putri. Tapi sepertinya Joko Bau jatuh cinta pada sang putri. Ketika raja mengetahuinya, Joko Bau dihukum dan diminta untuk melindungi wilayah pantai yang telah diserang oleh bajak laut. Konon tempat bersemedi Joko Bau disebut Pekalongan. Tempat Nelayan Mencari Ikan Selain cerita Joko Bau, nama Pekalongan juga dipercaya berasal dari kata pek dan along. Pek berarti tertinggi, sedangkan along atau halong berarti banyak yang kemudian membentuk kata Pekalong atau yang sekarang dikenal dengan Pekalongan. Kata Pekalong disematkan ke area tempat pemancing mencari ikan dan mendapatkan hasil yang berlipat ganda. Demikian pula, beberapa orang berpendapat bahwa kata kalong berasal dari kata kelelawar (sejenis kelelawar yang muncul di malam hari) sebagai sebutan pada nelayan yang mencari ikan di malam hari. Perjalanan Bujangga Manik Versi lain dari nama Pekalongan yang diyakini berasal dari kerajaan Pou-Kia-Loung. Diceritakan dalam manuskrip Sunda kuno pada abad 16. Naskah tersebut merupakan bagian dari koleksi Perpustakaan Bodlain di Inggris. Dalam manuskrip tersebut, dikisahkan perjalanan Bujangga Manik, sebagai orang terpelajar pertama dari Sunda. Dalam perjalanannya, ia beberapa kali singgah di Pulau Jawa, antara lain Brebes, Pemalang, Batang dan daerah yang sekarang dikenal dengan Pekalongan. Konon Bujangga Manik menyebut nama daerah itu dengan Pekalongan yang kemudian menjadi nama yang dipakai hingga saat ini. Lokasi Strategis untuk Perdagangan Maritim Cikal bakal Pekalongan sudah ada sejak awal abad 16. Saat itu wilayah Pekalongan ramai dikunjungi orang-orang dari kerajaan Demak dan Cirebon. Pada abad ke-17 secara administratif Pekalongan menjadi bagian dari Kesultanan Mataram yang diperintah oleh Sultan Agung. Pada saat penyerangan Batavia tahun 1628 oleh Kerajaan Mataram, Pekalongan telah menjadi gudang perbekalan. Hal ini karena Pekalongan terletak di garis pantai utara dan di jalur perdagangan laut yang strategis. Pada saat ini, Pangeran Manduraredja dan Bahureksa diangkat menjadi panglima perang. Pada abad ke-18, wilayah Pekalongan berada di bawah pengaruh VOC. Bahkan, sejak tahun 1800-an hingga 1942, wilayah Pekalongan menjadi wilayah administrasi pemerintahan Hindia Belanda dan dikenal sebagai Wilayah Gubernemen. Setelah deklarasi proklamasi, rakyat Pekalongan berhasil merebut markas tentara Jepang pada 3 Oktober 1945. Pada 7 Oktober 1945, Pekalongan terbebas dari tentara Jepang.

Pemkot Pekalongan Siapkan Para Pembatik Baru Melalui Lomba Membatik

Lomba Membatik Pekalongan

PEKALONGAN – Batik pekalongan telah dikenal di seluruh dunia dan merupakan warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan. Agar pembatik memiliki generasi atau penerus, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan menyelenggarakan lomba membatik dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid yang berada di Pekalongan, Senin, mengatakan pihaknya sudah berulang kali menggelar lomba membatik mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dalam upaya mendorong mereka untuk melestarikan budaya asli daerah tersebut. “Dengan melalui lomba maupun kegiatan lain, diharapkan bisa melahirkan bibit-bibit penerus pembatik asal Kota Pekalongan serta mampu meningkatkan semangat pelajar melestarikan budaya asli daerah,” katanya, dikutip dari Antara Jateng. Ia meyakini melalui lomba membatik ini akan membawa nilai tambah bagi mereka sehingga mereka bisa mengetahui proses produksi batik dan jenis-jenis batik serta mencintai kerajinan batik. “Oleh karena itu, siapa lagi yang akan melestarikan batik? Jadi kami terus mendorong masyarakat untuk terus mencintai batik dan terlibat dalam pelestariannya,” ujarnya. Afzan Arslan yang sering disapa Aaf mengatakan kota Pekalongan dikenal sebagai kota kreatif dunia karena kerajinan batiknya. Ia mengatakan, seluruh proses produksi batik merupakan rangkaian proses kreatif mulai dari desain pola, menggambar pola hingga proses pewarnaan. “Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian UNESCO menetapkan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia karena keseharian orang-orangnya yang sangat lekat dengan kreativitas,” katanya. Ia menghimbau peserta lomba membatik dapat menjadi ahli dan terjun ke dunia batik, baik itu penerus batik, konsultan batik, desainer atau pun pengusaha di bidang batik. “Dengan mengenalkan proses membatik sejak dini, semoga akan tumbuh semangat mengenal batik secara lebih mendalam dan lahir pula keinginan untuk menjadi seorang pembatik yang handal,” demikian Afzan Arslan Djunaid. Foto: doc. Antara Jateng

Pemkot Pekalongan Manfaatkan Aplikasi Omahe Dewe Untuk Data Kondisi Rumah Warga

Pemkot Pekalongan Manfaatkan Aplikasi Omahe Dewe Untuk Data Kondisi Rumah Warga

PEKALONGAN – Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, akan memanfaatkan aplikasi untuk melakukan pendataan rumah warga di wilayahnya. Aplikasi bernama Omahe Dewe itu diharapkan dapat menyajikan informasi jumlah rumah warga, luasannya, dan berapa rumah yang termasuk kriteria rumah tidak layak huni (RTLH). Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kota Pekalongan, Andrianto mengatakan, aplikasi Omahe Dewe akan menjangkau seluruh rumah, termasuk data spesifik seperti jenis kerusakan, keberadaan kamar mandi dan sanitasi, hingga kepemilikan rumah. “Untuk pendataan, pada nantinya akan ada petugas khusus yang mendatangi rumah warga satu persatu dan mendata untuk diinput ke aplikasi tersebut,” kata Andriyanto, Selasa (9/8/2022). Andrianto mengungkapkan pihaknya telah memulai melakukan uji coba aplikasi Omahe Dewe. Ia akan terus melakukan pembaruan agar bisa dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada September 2022. “Untuk anggaran aplikasi ini akan kami kejar pada perubahan anggaran tahun ini. Jika disetujui, kami akan meluncurkan aplikasi ini pada September 2022,” katanya.