Jowonews

Kisah Waldjinah Ratu Keroncong Indonesia Akan Diangkat Ke Layar Lebar

Kisah Waldjinah Ratu Keroncong Indonesia Akan Diangkat Ke Layar Lebar

SEMARANG – Pecinta musik keroncong di Indonesia tentu sangat mengenal sosok Waldjinah. Penyanyi yang mendapat julukan Ratu Keroncong ini telah mengawali karir sejak menjadi juara kontes menyanyi bertajuk Ratu Kembang Katjang pada tahun 1958. Penyanyi kelahiran Surakarta, Jawa Tengah itu telah menyanyikan banyak sekali lagu keroncong, bahkan mungkin agak susah untuk menghitungnya. Salah satu lagu keroncong yang paling populer adalah Walang Kekek dan Caping Gunung. Karena kiprah dan sosoknya yang legendaris itu, kisah perjalanan hidup Waldjinah akan diangkat ke layar lebar. Hal ini sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas dedikasinya di dunia musik dan kebudayaan Jawa. Produser, Ronny Paulus Tjandra merencanakan akan memproduksi film Waldjinah: Javanese Diva. Selain menjadi produser, Ronny juga akan menjadi penulis skenario film yang mengangkat sosok maestro keroncong tersebut. Ronny mengatakan film Waldjinah akan mengambil latar cerita perjalanan sosok si penyanyi Walang Kekek itu pada periode tahun 1952-1987 atau saat Waldjinah berumur 7-42 tahun. Menurutnya periode tersebut disebut sebagai periode awal Waldjinah berjodoh dengan bakat bernyanyi hingga berhasil menuai kesuksesan dan menjadi maestro keroncong. “Film ini berawal dari rekan saya Ayu Sulistyawati yang mengatakan putra Waldjinah, Mas Bambang, bilang ingin membuat karya tentang ibunya,” ujarnya, dikutip dari Antara, Kamis (4/7/2022). Latar belakang inilah yang membuat Ronny berharap film ini dapat segera diproduksi dan diselesaikan dalam waktu dekat, serta bisa ditonton langsung oleh Waldjinah “Waldjinah ini sosok yang sangat kental budaya Jawa. Kami ingin angkat itu sebagai latar film, termasuk bagaimana beliau menjadi ikon keroncong, kebaya, dan sanggul yang enggan dilepaskan,” katanya.

Sate Wedus Gembel Hj. Sidiq Banjarnegara, Perpaduan Daging Empuk dengan Bumbu Rempah Khas Jawa

Sate Wedus Gembel Hj. Sidiq Banjarnegara, Perpaduan Daging Empuk dengan Bumbu Rempah Khas Jawa

Saat berkunjung ke Banjarnegara, Jawa Tengah, tentu rasanya belum lengkap mencicipi Sate Wedus Gembel milik Bu Hj. Sidiq yang legendaris ini. Warung yang berada di Terminal Kalibening ini telah ada sejak tahun 1984. Sate Wedus Gembel menjadi menu andalah di warung Hj. Sidiq karena tekstur dagingnya tebal dan empuk yang dipadu dengan bumbu rempah khas Jawa. Hal inilah yang menjadikan sate di tempat ini terasa berbeda dibandingkan tempat lainnya. Untuk mendapatkan daging sate yang empuk dan cita rasa sate yang sempurna dengan rasa yang meresap, pemilik memiliki resep khusus. Salah satu rahasianya adalah pada pemilihan jenis kambing. Khusus untuk sate, jenis kambing yang dipilih adalah jenis domba yang muda. Pembakaran sate pun juga dilakukan secara sempurna menggunakan arang kayu. Sajian khas lainnya di Warung Hj. Sidiq dan menjadi klangenan para pecinta kuliner adalah menu balungan kambing. Tentu para pengunjung akan memiliki sensasi yang berbeda saat menikmati Sate Wedus Gembel yang empuk, dipadu dengan balungan berkuah. Lidah tentu tak akan berhenti bergoyang meresepi kelezatannya. Menurut keterangan pemilik, pelanggan yang datang untuk mencicipi dagangannya tak hanya dari dalam kota Banjarnegara saja, melainkan tak jarang juga dari luar kota seperti Semarang, Bandung, hingga Jakarta. Warung sate ini buka setiap hari mulai pukul 06.00 WIB hingga 17.000 WIB. Di warung sate ini juga ada menu lain yang istimewa seperti tongkol panggang dan ikan asap.

Sejarah dan Asal-Usul Nama Kabupaten Pati Hingga Julukan Hogwarts Van Java

Sejarah dan Asal-Usul Nama Kabupaten Pati Hingga Julukan Hogwarts Van Java

Asal-usul nama Kabupaten Pati Jawa Tengah menurut Babad Pati ternyata terinspirasi oleh segarnya minuman dawet yang terbuat dari perpaduan pati aren, santan kelapa dan gula aren. Bahan-bahan baku pembuat dawet itu, kemudian dijadikan nama wilayah yang disebut dengan Kadipaten Pati-Pesantenan. Kota kecil yang berada di kawasan Pantura itu, saat ini dikenal dengan sentra peternakan ikan bandeng dan sentra kerajinan kuningan. Juwana adalah salah satu daerah di Pati yang terkenal dengan bandengnya. Selain itu, Pati juga memiliki beberapa julukan-julukan unik yang menandakan keunikan atau kekhasan kabupaten Pati. Salah satu julukan paling populer Kabupaten Pati adalah Hogwarts Van Java. Seperti diketahui, Hogwarts merupakan sekolah dan asrama di film Harry Potter untuk para penyihir. Jauh sebelum Pati Jawa Tengah mendapat julukan Hogwarts Van Java, Serat Kidungan yang ditulis Ki Ronggosutrasno pada 1929 juga menyebut makhluk halus paling ditakuti di Tanah Jawa salah satunya berasal dari Pati. Sebelum menelusuri Pati Jawa Tengah dari sisi mistisnya, berikut sejarah atau asal-usul nama Pati Jawa Tengah menurut Babad Pati yang ditulis Sosrosumanto dan Dibyosudiro pada 1925. Asal-usul Nama Kabupaten Pati Sumber tertulis yang menelusuri sejarah Pati cukup terbatas. Salah satu sumber rujukan para peneliti selama ini ialah Babad Pati. Babad Pati ditulis Sosrosumanto dan Dibyosudiro menggunakan aksara Jawa pada tahun 1925 dan diterbitkan NV. Mardimulya (Jogja). Babad Pati baru dialihbahasakan pada 1980 oleh Yanti Darmono dan diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. Babad Pati adalah karya sastra yang menceritakan sejarah Pati sejak bernama Pesantenan pada abad ke-13 (sekitar 1292) dan diakhiri dengan perang tanding antara Adipati Jayakusuma melawan Panembahan Senopati pada tahun 1600. Dalam babad itu disebutkan bahwa Pati mulanya adalah sebuah wilayah yang terdiri dari beberapa daerah kecil yang berdiri sendiri. Di antara daerah-daerah itu ada dua kadipaten yang dianggap besar dan mendominasi di Pati. Dua kadipaten itu adalah Paranggaruda yang dipimpin Yujopati dan negeri Carangsoka yang dipimpin Puspa Handungjaya. Selain itu, ada beberapa daerah lain seperti Kemaguhan (dipimpin Yuyu Rumpung), Matesih (dipimpin Singabangsa), Jambangan (dipimpin Kudasuwengi), Majasem (dipimpin Sukmoyono), dan Bantengan (dipimpin Kembang Joyo). Dalam Babad Pati disebutkan pemimpin Bantengan, Kembang Joyo, adalah tokoh yang mempersatukan wilayah-wilayah tersebut dalam kesatuan politis yang kuat dengan membentuk kadipaten bernama Pesantenan. Kembang Joyo kemudian memilih tinggal di desa Kemiri sehingga mendapat julukan Ki Ageng Kemiri. Selanjutnya, Kembang Joyo berusaha memperluas wilayah dengan menundukkan daerah-daerah lain. Dia juga membuka daerah baru dengan membuka hutan untuk dijadikan sebagai desa-desa baru. Saat Kembang Joyo membuka Hutan Kemiri menjadi perkampungan, datanglah seorang laki-laki penjual dawet bernama Ki Sagola. Terkesan oleh segar dan manisnya minuman dawet dari gentong yang dipikul Ki Sagola, Kembang Joyo pun menanyakan bahan dasarnya. Ki Sagola lalu menceritakan minuman dawet terbuat dari pati aren yang diberi santan kelapa dan gula aren. Mendengar jawaban itu Kembang Joyo pun terinspirasi. Setelah pembukaan hutan itu selesai, dia menamainya dengan Kadipaten Pati-Pesantenan. Inilah embrio kabupaten Pati, yang mana Kembang Joyo sebagai founding fathers-nya. Sumber Referensi: Detik Jateng

PSIS Semarang Rekrut Titus Bonai Untuk Menambah Kedalaman Lini Depan

PSIS Semarang Rekrut Titus Bonai Untuk Menambah Kedalaman Lini Depan

SEMARANG – Jelang penutupan pendaftaran pemain Liga 1 2002-2023, PSIS Semarang mendatangkan Titus Bonai untuk menambah kedalaman lini depan. Kedatangan Titus Bonai dalam skuad PSIS Semarang diumumkan secara resmi melalui akun Instagram klub berjuluk Laskar Mahesa Jenar itu. Chief Executive Officer (CEO) PSIS, Yoyok Sikawi mengatakan, Titus Bonai didatangkan untuk menambah kedalaman lini depan. Pemain yang akrab disapa Tibo itu diharapkan dapat segera beradaptasi dan nyetel dengan tim. “Sebelum kami kontrak, Tibo telah melakukan tes media dan tes fisik. Hasilnya cukup baik,” kata Yoyok, dikutip dari laman resmi PSIS, Kamis (4/8/2022). Titus Bonai sendiri sebagaimana diketahui bersama merupakan pemain depan asal Papua yang sudah malang melintang di dunia persepak bolaan nasional. Tercatat ia pernah memperkuat Persipura Jayapura, Borneo FC, PSM Makassar, Sriwijaya FC, Semen Padang, dan beberapa klub lainnya. Selain itu, ia juga beberapa kali memperkuat Timnas mulai dari Timnas kelompok umur.

Festival Tumpeng Mini Desa Temanggal Kebumen Untuk Meriahkan Tahun Baru Hijriyah

Festival Tumpeng Mini Desa Temanggal Kebumen Untuk Meriahkan Tahun Baru Hijriyah

KEBUMEN – Warga Desa Temanggal, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, mengadakan Festival Tumpeng Mini. Festival tersebut dalam rangka menyemarakkan tahun baru hijriyah dan tasyakuran panen musim tanam (MT)-II. Festival tumpeng mini diselenggarakan di area Pasar Minggu Pon (Pagupon), pada Minggu (31/7/2022), lalu. Acara ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat untuk mengikuti festival yang cukup unik ini. Sebanyak 317 buah tumpeng mini terkumpul dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Tumpeng mini tersebut terdiri atas berbagai jenis seperti nasi putih, nasi kuning, oyek, singkong, bahkan ada yang dari jagung. Selain itu, tumpeng yang dibawa tidak lebih dari Rp 50.000, serta tidak menggunakan plastik dan bahan kimia. Kepala Urusan Perencanaan Desa Temanggal, Agus Syarifudin menjelaskan, festival ini sengaja digelar bersamaan dengan pelaksanaan pagupon karena waktunya juga bertepatan dengan tahun baru hijriyah. “Pagupon ini rutin digelar setiap 35 hari sekali, yaitu setiap hari Minggu Pon dalam kalender penanggalan Jawa,” katanya, dikutip dari kebumenupdate.com. Pagupan yang memanfaatkan jalan desa setempat berlangsung mulai pukul 06.00-10.00 WIB. Pasar ini menyuguhkan beragam makanan tradisional, permainan tradisional, aneka hiburan hingga pojok baca.

Sebanyak 20.000 Porsi Sambal Akan Dibagikan Gratis Di Festival Kuliner Solo

Sebanyak 20.000 Porsi Sambal Akan Dibagikan Gratis Di Festival Kuliner Solo

SURAKARTA – Event tahunan Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) akan kembali digelar pada 4-7 Agustus 2022 di Kota Solo. Pada nantinya sebanyak 20.000 porsi sambal akan dibagikan grastis kepada para pengunjung. Kabid Pengembangan Sumberdaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo, Is purwaningsih mengatakan, perhelatan kuliner tahunan ini akan digelar di Benteng Vastenburg Solo mulai pukul 10.00-22.00 WIB. Festival ini menurut rencana akan dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, dan Wali Kota Solo pada 4 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB dengan atraksi flambe, bakar sate, jugling, dan nyambel bareng. “Program acara lain lain demo dan display kuliner tradisional dan nusantara. Dalam festival aneka sambal nusantara dan tengkleng, nantinya dibagikan secara gratis kepada pengunjung sebanyak 20.000 porsi sambal dan 1.000 porsi tengkleng,” ujarnya. Panitia Penyelenggara Solo Indonesia Culinary Festival, Daryono mengatakan, event pariwisata dan ekonomi kreatif ini juga turut memeriahkan event olahraga internasional ASEAN Para Games yang sekarang tengah berlangsung di Kota Solo. Foto: iNews.id/Ary Wahyu Wibowo.

Petani Temanggung Jajaki Padi Organik Untuk Tembus Pasar Ekspor

Petani Temanggung Jajaki Padi Organik Untuk Tembus Pasar Ekspor

TEMANGGUNG – Beberapa kalangan petani sejumlah kecamatan di Kabupaten Temanggung, kini tengah menjajaki menanam padi organik untuk komoditas ekspor. Pendamping Relawan Penggerak Petani Kabupaten Temanggung dan Magelang, Edi Sriyono di Temanggung, mengatakan saat ini sebagian besar petani berada di fase konversi atau tengah beradaptasi menuju perubahan kultur menanam padi organik. “Permintaan beras organik di pasar internasional sangat tinggi. Banyak negara lain yang kekurangan pasokan, inilah yang menjadikan Kabupaten Temanggung sangat potensial untuk ikut andil mengirimkan hasil pertanian yang ada,” katanya, dikutip dari Antara Jateng (31/7/2022). Ia mengunggkapkan mulai Oktober 2022 sudah ada permintaan beras organik dari beberapa negara sebanyak 300 ton per bulan. Namun, mengingat banyak petani yang masih dalam tahap konversi, maka diujicobakan lebih dulu sebanyak satu kontainer berisi 18 ton beras organik dan dua ton kopi organik dengan tujuan Taiwan. “Kami butuh luasan lahan sekitar 400 hektare untuk memenuhi kebutuhan permintaan ekspor sebesar 300 ton per bulan. Namun baru kami uji cobakan dulu sekitar 18 ton pengiriman beras organik yang ditanam oleh sejumlah petani di lima kecamatan, yakni Kedu, Candiroto, Tembarak, Kaloran, dan Selopampang,” katanya. Ia menyampaikan untuk memenuhi harapan tersebut, sementara ini pihaknya dibantu oleh Gabungan Petani Organik Sawangan (Gatos) Kabupaten Magelang. Tokoh Penggerak Desa Sejahtera Astra (DSA) Kabupaten Temanggung, Sofiyudin Achmad menambahkan permintaan ekspor beras organik ini merupakan momentum tepat bagi kalangan petani lokal untuk ambil bagian dalam upaya menyembuhkan bumi ini. “Maksudnya, dengan beralih menanam padi organik, berarti petani ikut serta membantu banyak pihak untuk merawat bumi ini. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan pupuk pestisida dan insektisida dan memurnikan dengan beralih menggunakan pupuk organik,” katanya. Wakil Bupati Temanggung Heri Ibnu Wibowo yang hadir dalam acara tersebut meminta petani yang tersebar di berbagai wilayah untuk dapat menangkap sinyalemen positif ini. Menurut dia selain pangsa pasar yang terbuka lebar, dengan beralih menanam padi organik atau kopi organik berarti para petani sudah membantu berbagai pihak untuk menjaga kelestarian alam, minimal pengurangan penggunaan zat kimia yang dapat menurunkan produktivitas tanah. “Masyarakat dunia tengah berlomba untuk beralih pemanfaatan pangan organik. Petani Temanggung dengan berbagai potensi yang ada sudah seharusnya mampu memanfaatkan peluang tersebut. Apalagi, hal ini merupakan salah satu cara efektif dalam merawat kelestarian alam dan bumi ini,” katanya.