Jowonews

Lomba Gropyok Tikus di Kotayasa Banyumas, Pemenang Dapat 500 Ribu

Lomba Gropyok Tikus di Kotayasa Banyumas, Pemenang Dapat 500 Ribu

BANYUMAS – Panasnya udara di Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas tak menyurutkan semangat warga desa yang ingin berburu tikus di persawahan kawasan tersebut. Mereka memperebutkan juara gropyokan tikus untuk mendapatkan uang tunai Rp 500.000. Tikus telah menjadi musuh para petani lokal dalam beberapa minggu terakhir. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Kotayasa mengadakan lomba gropyokan untuk mengusir tikus. “Bagi yang berhasil mendapatkan tikus terbanyak, kami akan memberikan hadiah uang tunai sebesar Rp 500.000. Uang ini berasal dari dana ketahanan pangan,” kata Kades Kotayasa, Tarwo, kepada wartawan, Minggu (9/03/2023). Tarwo menjelaskan, selama ini hasil panen petani di desanya buruk. Tikus menyerang tanaman pagi dan jagung. “Ini sangat memprihatinkan. Petani terancam gagal panen,” jelasnya. Menurutnya, total peserta yang mendaftar berjumlah ratusan. Kompetisi ini untuk umum, bukan hanya masyarakat setempat. Mereka bebas membuat rencana mereka sendiri. “Total ada sekitar 200 orang yang mengikuti perburuan tikus. Ada yang membawa bambu, mangar, emposan (alat penyiram asap) dan tabung elpiji lainnya,” jelasnya. Sementara itu, salah satu peserta sekaligus Kepala Dusun 3 Desa Kotayasa, Wasis mengaku cukup kesulitan untuk mendapat tikus. Sebab tikus sawah merupakan hewan nokturnal. “Sampai siang ini baru dapat satu. Karena tikus memang banyaknya keluar malam. Cukup sulit,” ujarnya. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya membantu para petani agar bisa mendapatkan panen padi lebih baik. Masyarakat desa juga mengadakan upacara amal tradisional yang bertujuan untuk menghasilkan hasil panen yang melimpah. “Ini yang paling parah menurut petani (hama tikus). Karena tak hanya di persawahan saja tapi sudah sampai ke permukiman warga,” pungkasnya. Foto Dok. Detik

Grebeg Sura Baturraden, Gunungan Hasil Bumi Diserbu Ribuan Warga

Grebeg Sura Baturraden

Sejumlah warga memadati jalan menuju objek wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. Mereka menanti prosesi perayaan Grebeg Sura Baturraden 2023. Warga mulai berkumpul di sepanjang jalan sekitar 2 km sejak pukul 12.00 WIB. Padahal acara baru dimulai pukul 14.00 WIB. Gunungan tersebut langsung habis dalam waktu kurang dari 5 menit setelah didoakan. Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas, Setya Rahendra menjelaskan acara tersebut digelar kembali setelah sempat vakum selama 3 tahun akibat pandemi. Oleh karena itu penduduk terlihat antusias untuk menyaksikan. “Ini kita gelar kembali setelah 3 tahun. Sekitar 5.000 penduduk yang menonton,” kata Setya kepada wartawan, Kamis (10/8/2023). Menurutnya, acara ini diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur penduduk setelah diberikan rezeki dalam satu tahun. Ada 3 gunungan hasil bumi setinggi 5 meter yang dikumpulkan dari penduduk sekitar. “Dimulai dengan iring-iringan gunungan dari 12 desa dalam satu kecamatan. Mereka membawa gunungan yang berisi bahan makanan dan buah-buahan,” jelasnya. Setya menyebut, acara ini melibatkan banyak elemen masyarakat. Termasuk di antaranya penggiat wisata dan budaya. “Ini memang jadi agenda tahunan untuk menarik wisatawan datang berkunjung. Selain perayaan tradisi budaya,” ujarnya. Selain perebutan gunungan hasil bumi, dalam acara tersebut juga dilakukan penyembelihan kambing jenis khusus serta penyebaran benih ikan untuk pelestarian lingkungan. Dalam acara ini tidak ada perhitungan hari spesifik. Namun yang pasti diadakan di bulan Suro dalam perhitungan kalender Jawa. “Tidak ada perhitungan secara spesifik. Yang penting masih di bulan Suro,” ujarnya. Salah satu warga Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Dwi (35) mengaku baru pertama kali menyaksikan acara budaya Grebeg Sura Baturraden. Ia rela berdesakan memperebutkan hasil bumi. “Ini baru pertama kali. Saya mendapatkan sayur kacang panjang dan kubis. Ternyata sangat meriah. Nanti saya akan memasaknya. Katanya bisa mendatangkan berkah,” katanya. Hal yang sama juga diungkapkan Kaitem (45) warga Karangtengah, Baturraden. Dirinya bahkan sudah menyiapkan kantong kresek agar bisa mendapatkan hasil bumi yang banyak. “Tadi berangkat setengah 1 dari rumah. Nanti ini akan digunakan sebagai pakan ternak dan dimasak,” pungkasnya. Foto Dok. Detik

Mitos Jalur Krumput Banyumas, Pengendara Lempar Uang Agar Tidak Celaka

Jalur Krumput Banyumas

BANYUMAS, Jowonews.com – Jalur Krumput Banyumas merupakan jalan yang menghubungkan Purwokerto dan Jogja. Kedua sisi jalan adalah deretan karet yang menjulang tinggi. Jalur Krumput terletak di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Jalan utama menuju Purwokerto dari Jogja atau sebaliknya memiliki nuansa yang berbeda. Hal ini dikarenakan tidak adanya pemukiman penduduk di sepanjang jalan sepanjang 2 km ini. Bahkan ada pohon beringin besar yang menambah kesan angker di area tersebut. Jalur tersebut salah satu daerah rawan kecelakaan. Kontur tanah yang berkelok serta naik turun membuat pengendara terkadang terbatas jarak pandang. Meskipun tidak ada pemukiman, banyak penduduk setempat yang duduk di pinggir jalan. Mereka sepertinya menunggu uang dari pengendara yang lewat. Ternyata ada mitos di balik lemparan uang pengendara itu. Ada yang menyebut uang yang dilemparkan merupakan tolak bala untuk keselamatan. Ini adalah orang-orang yang tinggal tidak jauh dari hutan karet. Setiap hari, ada orang yang menunggu lemparan uang dari pengendara sepeda motor. Kegiatan ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, tidak jelas kapan tepatnya pengendara mulai membuang-buang uang saat melintas. Banyak warga yang hidup dari kegiatan ini. Salah seorang warga yang menunggu lemparan uang, Sariyah (53 tahun) mengatakan, pekerjaan ini ia lakukan sejak tahun 2006. Selama ini, ia sering mengalami kecelakaan lalu lintas. Salah satu kecelakaan lalu lintas paling serius yang pernah dia temui sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, konvoi bus Karya Sari terjun ke jurang dan menewaskan 15 orang. “Seingat saya, nama busnya Sari-Sari. Kalau tidak salah pas hari raya Idul Fitri. Banyak yang meninggal dunia, termasuk warga di sini yang sedang istirahat dan dua orang meninggal dunia,” ujarnya dalam rapat, Minggu (23/7/2023). Kecelakaan serius jarang terjadi akhir-akhir ini. Menurutnya, paling banyak hanya kecelakaan sepeda motor yang hilang kendali akibat tumpahan oli. “Paling kalau ada oli atau apa. Semingguan lalu. Yang sering motor. Kadang-kadang mengendarai sambil HP-an atau apa. Tapi sekarang sudah jarang kecelakaan. Dahulu waktu jalannya bergelombang sering,” terangnya, dikutip dari Detik Jateng. Tentang mitos melempar uang melawan bala, saya pernah mendengar seseorang yang memegang kepercayaan itu. Awalnya jalanan sepi dan gelap. “Kata warga banyak warga yang duduk di perbatasan. Lalu ada sopir yang membuang uang. Selang beberapa waktu, banyak warga yang duduk di sini dan menyebar,” jelasnya. Saat ini ada setidaknya ada sekitar 150 warga yang melakukan kegiatan seperti itu. Untuk perbatasan selatan adalah warga Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen. Sedangkan wilayah utara didiami oleh Desa Karangrau, Kabupaten Banyumas. “Jumlahnya sekitar 150 orang. Soalnya ada yang pernah antar sembako, bawa 100 paket tapi tidak cukup. Jadi mungkin jumlahnya kurang lebih segitu,” ujarnya. Sehari-harinya uang yang didapat dari hasil lemparan para pengendara tidak tentu. Namun pada saat akhir minggu atau hari libur jumlahnya akan lebih banyak. “Sehari bisa dapat minimal Rp 10.000. Tapi belum tentu. Kadang ada yang buang uang Rp 50.000 atau Rp 100.000, tapi itu jarang. Kalau hari libur biasanya jalanan ramai. Orang yang buang uang juga lumayan. Rata-rata koin yang dilempar,” ujarnya. Hasil tersebut didapat selama kurang lebih 4 jam ia duduk di tepian jalan setempat. “Saya tadi berangkat jam 12 lebih sampai jam 5 sore biasanya. Daripada cuma duduk di rumah mending ke sini cari uang. Soalnya saya kakinya sudah sakit, asam urat jadi sudah tidak bisa bekerja. Dahulu pernah kerja selama 15 tahun jadi karyawan,” katanya. Dalam kurun waktu 17 tahun tersebut, ia pernah mengalami kejadian unik. Pernah ada satu kesempatan, pengendara yang kasih uang berhenti dan meminta doa langsung dari dirinya. “Terkadang orang memberi uang tetapi berhenti berdoa untuk kedamaian dan kesuksesan. Ada juga yang meminta doa agar perceraian mereka lancar. Karena prosesnya panjang tapi tidak bisa dipisahkan. Saya berdoa sebanyak-banyaknya,” tutupnya. (Detik/JN)

Pasutri Ini Dinobatkan Jadi Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PURWOKERTO – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) memiliki dua guru besar baru. Menariknya, kedua guru besar tersebut adalah pasangan suami istri (pasutri) yang menjadi pengajar di kampus tersebut. Profesor Dr Pujiharto menjadi guru besar dalam bidang Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, sedangkan istrinya, Profesor Sri Wahyuni, merupakan pengajar di fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi. Dikutip dari Detik Jateng, Prof Puji mengaku tidak menyangka bahwa mereka berdua bisa meraih gelar guru besar bersama-sama. Pasalnya, mereka berdua menempuh pendidikan di bidang yang berbeda. “Saya tidak pernah menyangka bahwa kami akan meraih gelar profesor bersama-sama. Bidang keilmuan kami berbeda. Tentunya saya merasa bangga, bersyukur, dan terharu meraih gelar guru besar. SK kami keluar bersamaan. Mungkin ini sudah takdir,” kata Prof Puji kepada wartawan di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, pada hari Selasa (18/7/2023). Prof Puji menyebut bahwa dirinya dan istrinya telah membangun karier bersama-sama di UMP sejak tahun 1995. Namun, dia memulai karier di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sedikit lebih awal. “Dulu, saat kami membangun karier bersama-sama di sini. Namun, saya memulainya lebih dulu,” jelasnya. Selama menempuh gelar profesor, Puji mengatakan bahwa ada banyak cerita unik. Salah satunya adalah mereka harus berpisah kamar agar dapat fokus dalam melakukan penelitian ilmiah. “Kami bekerja di rumah masing-masing. Terkadang kami berdiskusi, misalnya sedang melakukan riset, apa isu terkini yang sedang berkembang. Kami saling memberikan masukan. Kami mencoba mencari strategi apa yang bisa berhasil. Kami memiliki argumen masing-masing,” tambah Prof Sri Wahyuni. Pasangan suami istri yang sudah memiliki tiga anak ini, mengaku memulai karier S2 dan S3 bersama-sama. Tentu saja dengan gelar profesor ini semakin membuat bangga keduanya. “Alhamdulillah bisa dikukuhkan bersama suami tercinta yang memang sudah kita rencanakan pada saat kuliah S2. Kita dari situ melanjutkan studi bersama-sama, kemudian S3 bersama juga. Berkah Ramadhan kemarin akhirnya kita keluar SK bersama-sama. Itu merupakan anugerah Allah yang tak terhingga bagi kami,” ungkapnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prof Puji selama ini, ia melihat petani di Indonesia masih belum maju. Sehingga perlu ada organisasi yang tepat. “Petani di Indonesia itu masih belum berkembang, sehingga perlu ada organisasi yaitu kelompok tani. Gabungan kelompok tani dan organisasi agribisnis untuk mengembangkan pertanian di Indonesia,” ujarnya. Sedangkan dari bidang ilmu yang ditempuh Prof Sri, ia melihat perlu adanya keamanan untuk menghindari kejahatan dunia maya yang saat ini merajalela. “Poin ilmiahnya adalah bagaimana audit internal dapat mengembangkan metode keamanan cyber di era digitalisasi yang semakin meningkat. Serangan siber yang luar biasa maka auditor internal harus siap menghadapinya. Mengembangkan model yang dapat mengurangi serangan siber,” katanya. Sementara itu, Rektor UMP, Assoc Prof Jebul Suroso mengaku bangga dengan pasangan suami istri tersebut. Dengan adanya dua guru besar membuat dosen bergelar profesor semakin tersebar. “Artinya UMP tidak hanya di fakultas tertentu yang memiliki guru besar tetapi sekarang sudah tersebar. Komitmen kami ini memang proses yang panjang untuk bisa menjadi guru besar tetapi dengan percepatan ada upaya yang kita lakukan secara terencana, nanti akan bertambah lagi guru besar,” terangnya. Pihaknya berencana untuk meningkatkan jumlah profesor dengan jumlah yang signifikan pada tahun 2027. “Ini berarti profesor yang ke-10. Bulan depan mungkin akan kita tunjuk satu lagi. Kita memiliki rencana jangka panjang sampai 2027 akan bertambah mudah-mudahan di atas 25 jumlah profesor,” pungkasnya. Foto Dok. Detik Jateng

Bupati Banyumas Dukung Penuh Bandara Jenderal Soedirman Sebagai Feeder Perjalanan Umrah

Bupati Banyumas

PURBALINGGA – Bupati Banyumas, Achmad Husein, dengan tegas menyatakan dukungannya untuk optimalisasi Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS) sebagai feeder perjalanan umrah. Menurutnya, langkah tersebut adalah upaya untuk memeriahkan kembali bandara yang terletak di Desa Wirasaba, Kecamatan Bukateja, Purbalingga. “Saya merasa bertanggung jawab karena telah mengusulkan pembangunan bandara ini, sehingga saya mendukung sepenuhnya upaya apapun untuk mengoptimalkan Bandara JBS ini,” ujarnya saat hadir dalam acara Penandatanganan Surat Pernyataan Dukungan Optimalisasi Penerbangan Bandara JBS di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (5/6/2023) malam. Dalam acara tersebut, disetujui bahwa Bandara JBS Purbalingga akan secara resmi melayani feeder perjalanan umrah pada bulan Agustus 2023. Langkah ini merupakan salah satu upaya untuk memeriahkan kembali Bandara JBS yang telah diresmikan setahun yang lalu. “Saya mendukung sepenuhnya,” kata Husein. Pada kesempatan yang sama, Ketua Kadin Bandara Soekarno-Hatta, Arifah Mulyani, mengatakan bahwa optimalisasi Bandara JBS sebagai feeder umrah akan membuat perjalanan menjadi lebih murah, mudah, dan efisien. “Kami akan menyediakan pesawat khusus untuk Umrah dari Purbalingga dan fasilitas handling serta lounge di bandara agar pelayanan untuk jemaah menjadi lebih cepat dan nyaman,” ujarnya. Arifah, yang juga Direktur Utama PT. Jaho Mulya Sunjaya, optimis bahwa pemanfaatan Bandara JBS sebagai feeder umrah akan berhasil dengan dukungan besar ini. “Jika semuanya berjalan lancar, kami optimis bahwa program ini bisa dimulai pada bulan Agustus nanti,” tambahnya.

Komisi E Pantau Layanan di RSUD Margono Soekarjo 

Komisi E Pantau Layanan di RSUD Margono Soekarjo 

BANYUMAS – RSUD Margono Soekarjo menjadi salah satu rumah sakit rujukan jantung dan stroke karena kesigapannya menangani pasien. Untuk itu, Komisi E DPRD Provinsi Jateng menyambangi RSUD tersebut, Jumat (10/3/2022), membahas pelayanan kesehatan.  Saat berdiskusi, Plt. Direktur RSUD Untung Ginarto memaparkan soal inovasi pelayanan yang ada di RSUD. Diantaranya Petroke (Penanganan Stroke), Juminah (Kunjungan Maring Umah), Sister Vira Antar Obat Pasien ke Rumah, dan Cilong (Cuci Kinclong) yang memanfaatkan lahan kosong di belakang Rumah Sakit. Pelayanan Petroke sendiri merupakan pelayanan yang paling diandalkan. Karena, walaupun sudah ada 16 rumah sakit di Indonesia, tapi yang sudah benar-benar melaksanakan baru RSUD Margono. “Dengan adanya Petroke, angka kecacatan akibat stroke sudah sangat minim. Karena, yang tadinya penanganan 2 sampai 6 jam di UGD, sekarang cukup 30 menit. Jadi, saat pasien telepon ke Margono, sudah dibimbing dari rumah, dan rumah sakit sudah menyiapkan semua, sehingga pasien sampai rumah sakit sudah tidak perlu menunggu lama,” jelas Untung. Untuk pelayanan Juminah, kata dia, hanya pelayanan terbatas untuk laboratorium dan fisioterapi, belum home care penuh. Dalam pelayananan ini. BPJS belum merespon, namun untuk pembayaran perhitungan biayanya relatif murah yaitu Rp 250.000.  Biaya tersebut untuk memanggil dokter di RSUD Margono dalam penanganan fisioterapi, parkinson, dan lainnya. Namun untuk Juminah belum bisa turun ke pasien kurang mampu, dan hanya terbatas di Purwokerto saja. Hal ini menjadi bagian yang harus dikembangkan untuk pelayanan Juminah.  Pelayanan lainnya yaitu pelayanan Sister Vira Antar Obat Pasien ke Rumah, yang merupakan pelayanan one stop service. Jadi, pasien diperiksa dari mobil, tanpa turun dari mobil, setelah selesai langsung pulang, nanti obat diantar ke rumah gratis.  “Layanan ini pun bisa sampai ke luar jawa, melalui video call, dan nanti obat dikirim melalui paket,” katanya. Sementara, Anggota Komisi E lainnya Umar Utoyo lebih menekankan mengenai adanya ‘ambulan swasta’ di sekitar rumah sakit. Ia menilai ambulan tersebut memberikan tarif tinggi sehingga bisa memberatkan pasien. “Ambulan swasta tolong ditertibkan karena biasanya memberikan tarif yang memberatkan pasien. Kasihan pasien yang tidak tahu, jadi bisa terintervensi.” kata Umar. Menanggapinya, Untung mengaku sudah menertibkan ‘ambulan swasta’ dengan tidak memberi akses masuk ke RSUD Margono. Karena, rumah sakit belum ada support kendaraan dari rumah sakit untuk mengantar pasien pulang.  “Kami hanya bisa mengedukasi pasien untuk memesan taksi online seperti Grab atau Gojek dengan tarif yang jelas, supaya tidak terkena ‘ambulan swasta’ itu,” kata Untung. Sebagai informasi, capaian pendapatan pada 2022 di RSUD Margono mencapai 133,94%, dengan angka realisasi Rp 513 miliar dari target Rp 382 miliar. Untuk pelayanan BPJS tercapai 90%, asuransi umum 9%, dan umum pribadi 1% dengan kunjungan rata-rata 1.082 pasien/hari.  Pelayanan unggulan di RSUD Margono adalah bedah syaraf, jantung, dan maternal perinatal. Selain itu Margono menjadi rumah sakit rujukan untuk jantung, stroke, gastropologi, dan terbaru yaitu rujukan anak. Untuk menambah pelayanan dan kenyamanan, RSUD Margono menyiapkan bangunan baru setinggi 4 lantai. Fasilitas pengembangannya yakni syaraf jantung dan bedah syaraf, serta dokter rangka. (Adv)

Ribuan Masyarakat Berdesak-desakan Saksikan Festival Kenthongan HUT Banyumas ke-452

Festival Kenthongan

BANYUMAS – Ribuan masyarakat dari Kabupaten Banyumas dan sekitarnya tumpah ruah di jalan Jenderal Soedirman Purwokerto dari arah Alun-alun Purwokerto hingga Pendapa Kabupaten Banyumas. Mereka berkumpul untuk menyaksikan pagelaran seni budaya bernama Festival Kenthongan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas dalam rangka memperingati HUT Banyumas ke-452 pada Jumat malam (24/2/2023). Sebanyak 31 peserta mengikuti festival kenthongan, empat di antaranya merupakan tim eksibisi dari Bank Indonesia Cabang Purwokerto, OJK dan BUMD di Kabupaten Banyumas, sedangkan 27 peserta lainnya merupakan peserta dari 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Diungkapkan Rahayu (23 tahun), warga Kecamatan Gumelar datang ke Purwokerto menyempatkan diri menyaksikan festival tersebut. “Mau bareng temen dan kerabat, dari kemarin pengen nonton. Soalnya tahun lalu kebetulan nggak nonton,” ujarnya. Rahayu mengaku senang dengan adanya festival tersebut. Namun, dia berharap lebih banyak orang akan bergabung. “Kalau bisa lebih banyak lagi yang ikut, mungkin bisa menggandeng dari kabupaten tetangga. Kalau hari ini belum selesai, besoknya lanjut lagi, jadi acaranya semakin meriah,” ujarnya, dikutip dari serayunews.com. Berbeda dengan Pak Tyas (38 tahun), warga Purwokerto mengaku sedikit kecewa dengan penampilan tersebut, karena setelah lama menunggu di Alun-alun Purwokerto, ia dan keluarganya kesulitan menyaksikan festival karena jumlah pengunjung yang banyak. “Saya bawa bayi, kalaupun saya bisa melihatnya di pinggir jalan, saya harus berdesak-desakan, kan kasihan anak saya. Itu ada videotron kenapa nggak diputer tayangan kenthongan ini, jadi yang kesulitan nonton dipinggir jalan bisa nonton lewat videotron,” kata dia. Foto dok. Serayu News

Luapan Banjir Bercampur Tanah Resahkan Masyarakat di Karangtengah Cilongok

Banjir Desa Karangtengah

PURWOKERTO – Hujan dengan intensitas yang lumayan tinggi menimbulkan banjir di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Beruntung walaupun banjir lumayan deras, luapan air tidak masuk ke dalam rumah penduduk. Akan tetapi, masyarakat berharap segera ada tindakan dari pemerintah terkait peristiwa tersebut, Kamis( 22/ 9/ 2022). Ripto Sudarmo, salah seorang warga Desa Karangtengah menarangkan, sesaat sebelum terjadi banjir, hujan dengan intensitas yang lumayan tinggi berlangsung sejak pukul satu siang.“ Sesudah hujan deras, air meluap dari selokan itu, hingga saat ini hujan masih cukup deras di sini,” terangnya, dikutip dari serayunews.com. Walaupun banjir yang bercampur dengan tanah tersebut, tidak masuk hingga ke dalam rumah. Tetapi, masyarakat berharap terdapat tindakan dari pemerintah terhadap perihal tersebut. “Baru kali ini terjadi, dari dulu di sini tidak pernah banjir,” ungkapnya. Sementar itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho mengatakan, saat ini timnya tengah mengarah ke lokasi bencana guna melihat banjir tersebut. “Sedang ada perbaikan embung di sana, tim kami sedang menuju ke lokasi kejadian,” katanya melalui pesan singkat. Budi juga menarangkan, jalan mengarah tempat wisata Air Terjun CIpendok tersebut sebelumnya juga pernah mengalami banjir pada Rabu( 21/ 9/ 2022). Hal ini merupakan dampak dari rusaknya embung di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak ( BPTU HPT ) yang hingga sekarang masih dalam proses perbaikan.