Jowonews

Kopi Santen Jepangrejo Blora, Perpaduan Rasa Gurih, Pahit dan Manis

Kopi Santen Jepangrejo Blora, Perpaduan Rasa Gurih, Pahit dan Manis

Kopi Santen Jepangrejo ini menjadi salah satu puzzle kuliner yang rasanya tidak akan lengkap jika Anda tidak melengkapinya. Bagi para penggemar kopi, pasti tidak lengkap rasanya jika tidak mencoba kopi yang satu ini. Bernama Kopi Santen, makanan khas pedesaan yang terkenal di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Rasa pahit yang dicampur dengan rasa gurih membuat para penggemar kopi ketagihan saat mencoba. Sensasi kopi ini bisa dinikmati di Kopi Santen Desa Jepangrejo yang sudah terkenal di kalangan pecinta kopi di Blora. Sesuai dengan namanya, kopi ini terbuat dari campuran kopi dan susu kelapa. Kedua bahan ini kemudian direbus bersama hingga mendidih di atas kompor. Cara merebus kopi ini yang membedakan Kopi Santen dengan yang lainnya. Rasa khas kopi yang pahit bercampur dengan rasa gurih dari susu kelapa menjadikan minuman ini sangat populer di kalangan pencinta kopi. Kopi Santen Desa Jepangrejo telah ada sejak tahun 1980-an. Saat ini, warung kopi ini dikelola oleh generasi ketiga Mbah Sakijah yang merupakan penemu kopi legendaris ini. Awal mula terciptanya Kopi Santen secara tidak sengaja oleh Mbah Sakijah. Ia mencampur susu kelapa sisa sayuran kemudian dicampur dengan kopi dan disajikan ke suaminya, dan ternyata rasanya enak. Kemudian ia mencobanya di tetangganya dan banyak yang menyukainya. Para tetangga yang sudah mencoba Kopi Santen meminta Mbah Sakijah untuk menjualnya. Setelah dicoba untuk dijual, ternyata minuman ini sangat laris. Tentang harga, Anda tidak perlu khawatir. Satu gelas Kopi Santen dijual dengan harga Rp6.000. Tentu saja harganya sangat terjangkau bagi Anda. Jika Anda penasaran dengan sensasi nikmatnya menyeruput kopi Santen khas desa, langsung saja datang ke Desa Jepangrejo, Kabupaten Blora

Asal-usul Lemper dan Makna Filosofinya

Asal-usul Lemper dan Makna Filosofinya

Asal-usul lemper dan makna filosofinya ini mungkin tidak banyak orang yang tahu. Lemper merupakan salah satu dari sekian banyak makanan tradisional yang ada di Pulau Jawa. Biasanya, masyarakat Jawa menyajikan lemper pada saat mengadakan acara hajatan. Namun, saat ini lemper sudah menjadi camilan yang banyak dijual di pasar. Makanan khas Jawa yang terbuat dari beras ketan dengan isi daging cincang ini mempunyai tekstur yang lengket. Selain itu, lemper memiliki ukuran yang relatif kecil, seukuran genggaman tangan, dan dibungkus dengan daun pisang yang memberikan aroma yang khas. Asal-usul lemper tidak diketahui dengan pasti, termasuk siapa yang menciptakannya. Pada awalnya, lemper tidak berisi daging cincang, tetapi berisi serundeng atau parutan kelapa. Jika diperhatikan dengan seksama, lemper bukanlah hanya makanan pengganjal lapar semata, tetapi memiliki filosofi yang lebih dalam. Lalu, apa filosofi di balik lemper? Makna Filosofi Lemper Ketan adalah singkatan dari “menyatukan hubungan kekeluargaan”. Para leluhur mengajarkan nilai-nilai persaudaraan melalui sifat yang lengket dari ketan, yang menjadi simbol dari ikatan erat antara manusia. Dalam acara hajatan, ketan juga melambangkan harapan akan datangnya rezeki. Dengan memberikan ketan kepada tamu undangan, orang yang menyelenggarakan acara berharap bahwa keberuntungan akan terus melekat pada mereka sepanjang acara. Dua tusuk bambu yang digunakan untuk mengunci bungkus lemper melambangkan rukun Islam dan iman. Sementara itu, pembungkus daun pisang diibaratkan sebagai simbol dari sifat-sifat buruk yang harus dihindari. Untuk menikmati ketan, seseorang harus membuka tusuk bambu dan pembungkusnya terlebih dahulu, sebagai simbol bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup, seseorang harus terlebih dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat buruk. Setelah ketan dibuka, baru bisa dinikmati. Ketan diibaratkan sebagai kehidupan dunia yang dapat dicapai setelah menghilangkan sifat-sifat buruk. Namun, kebahagiaan akhirat tetap menjadi tujuan akhir yang harus dikejar. Inti dari lemper yang terdiri dari daging atau serat daging yang lebih lezat dari ketan, melambangkan kebahagiaan abadi di akhirat setelah melalui kehidupan di dunia. Hal ini merupakan kebahagiaan hakiki yang diidamkan oleh manusia.

Cara Membuat Sambal Pecel Lele Pinggir Jalan, Cuma Pakai 5 Bahan Saja

Cara Membuat Sambal Pecel Lele Pinggir Jalan, Cuma Pakai 5 Bahan Saja

Cara membuat sambal pecel lele pinggir jalan ini bisa menjadi rekomendasi bagi Anda yang sedang kangen dengan kuliner pecel lele di warung tenda. Banyak orang tergoda dengan sambal dari pecel lele Lamongan yang biasanya dijual di warung tenda. Sambal ini memiliki perpaduan rasa gurih, pedas, asam, dan manis yang dihasilkan dari resep yang unik. Warung tenda di Lamongan, Jawa Timur, biasanya menyajikan soto, ayam goreng, dan lele goreng. Namun, untuk hidangan gorengan ikan lele, disajikan dengan sambal dan lalapan segar. Sambal ini memiliki rasa yang unik karena selain pedas, terdapat juga rasa manis, gurih, dan sedikit asam. Terasi yang wangi juga menambah cita rasa sambal ini. Namun, sambal ini tidak menggunakan terasi, melainkan bahan-bahan dan teknik memasak yang khusus. Untuk membuat sambal pecel lele ini, sangat mudah karena hanya menggunakan lima bahan saja. Berikut ini resep sambal pecel lele yang pasti berhasil. Resep Sambal Pecel Lele Pinggir Jalan Bahan-bahan: Cara membuat: Selamat mencoba.

Aneka Varian Nasi Goreng Indonesia yang Tak Banyak Diketahui

Aneka Varian Nasi Goreng Indonesia yang Tak Banyak Diketahui

Aneka Varian Nasi Goreng Indonesia ini bisa jadi belum begitu diketahui banyak orang. Seperti halnya soto, nasi goreng juga memliki kekhasannya sendiri di setiap daerah. Dalam voting yang dilakukan CNN pada tahun 2016 yang lalu, nasi goreng meraih peringkat kedua sebagai makanan terlezat di dunia. Rendang adalah satu-satunya makanan yang berada di atasnya. Kuliner khas Indonesia ini sangat populer dan sudah terkenal di seluruh dunia. Beberapa tokoh terkenal di dunia selalu menyebut nasi goreng sebagai makanan favorit mereka ketika berada di Indonesia. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama adalah salah satunya. Pembalap Marc Marquez dan Pol Espargaro juga menikmati nasi goreng saat mereka berada di Sirkuit Mandalika Indonesia untuk balapan. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa nasi goreng Indonesia memiliki berbagai varian yang berbeda. Berikut adalah beberapa varian nasi goreng Indonesia yang kami rangkum dari berbagai sumber. Aneka Varian Nasi Goreng Indonesia Nasi Goreng Jawa Nasi goreng Jawa ini dikenal dengan ciri khasnya yang berwarna cokelat kecoklatan. Ketika dihidangkan, nasi goreng ini dilengkapi dengan ayam yang dipotong-potong, telur, bawang goreng, serta daun bawang. Beberapa orang menyebutnya sebagai nasi goreng desa. Nasi Goreng Mawut Nasi goreng ini juga terkenal dengan sebutan nasi goreng Magelangan. Seperti namanya, hidangan ini berasal dari kota Magelang. Salah satu ciri khasnya adalah nasi goreng yang dicampur dengan mie. Nasi Goreng Kambing Jika dilihat sekilas, nasi goeng ini tampak serupa dengan nasi kebuli yang khas dari Arab. Nasi goreng ini sudah beredar di Indonesia sejak lama. Komposisi rempah yang melimpah dan menggunakan irisan daging kambing yang lezat. Nasi Goreng Aceh Nasi goreng ini kaya akan rempah-rempah. Meskipun tidak setenar mi Aceh, nasi goreng Aceh patut dicicipi. Nasi Goreng Resek Nasi goreng yang khas di Malang dikenal dengan nama “resek” karena sengaja disajikan secara acak. Isi dari nasi goreng ini terdiri dari potongan ayam, kol, mie, dan tauge. Nasi Goreng Merah Nasi goreng merah ini berasal dari Makassar. Nasi goreng ini dibuat dengan menggunakan saus tomat yang membuat warnanya menjadi merah. Selain itu, nasi goreng tersebut juga memiliki cita rasa khas yang sangat kuat berkat bumbunya yang pedas. Babat yang ditambahkan juga memberikan rasa yang nikmat dan teksturnya lembut. Nasi Goreng Sunda Sama seperti hidangan khas Sunda lainnya seperti seblak, karedok, rujak, dan yang lainnya. Nasi goreng khas Sunda juga dicampur dengan rempah kencur, sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Nasi Goreng Bali Nasi goreng ini dihidangkan bersama sate lilit. Umumnya nasi goreng ini dimasak dengan rempah-rempah khas seperti daun salam, daun jeruk, lengkuas, kunyit, kemiri, terasi, dengan saus tiram dan kecap asin. Nasi Goreng Hitam Surabaya Pigmen hitam pada nasi goreng tersebut dihasilkan dari tinta cumi-cumi yang teraduk dengan bahan-bahan rempah lainnya. Sebagai isian, nasi goreng tersebut dihiasi dengan potongan cumi-cumi. Terkadang, telur goreng dan petai juga ditambahkan untuk memperkaya rasa nasi goreng ini. Nasi Goreng Gila Nasi goreng ini mempunyai banyak bahan, terdiri dari potongan ayam, bola daging, sosis, telur dadar dan beberapa jenis sayuran. Banyaknya bahan tersebut membuat nasi goreng ini disebut sebagai nasi goreng spesial. Nasi Goreng Ijo Perbedaan dari nasi goreng ini terletak pada warna hijaunya. Warna hijau pada nasi goreng ini tidak dihasilkan dari bahan pewarna makanan, namun dari cabai hijau yang digunakan sebagai bumbu utama. Nasi Goreng Jawa Timuran Nasi goreng di wilayah Jawa Timur tampil dengan warna yang lebih merah karena diolah dengan campuran saus gurih sebagai bumbu utamanya. Biasanya, hidangan nasi goreng ini dilengkapi dengan sayuran sawi, kol, potongan ayam, acar mentimun, dan cabai utuh. Rasa nasi goreng khas Jawa Timur ini cenderung lebih kuat pada cita rasa gurih. Jika Anda menyukai makanan yang pedas, Anda bisa menambahkan cabai utuh sebagai pelengkap. Nasi Goreng Seafood Seperti namanya, nasi goreng ini mengandung beragam jenis makanan laut yang sangat menggiurkan. Termasuk di antaranya cumi, udang, daging kepiting, kerang, dan scallop. Selain isiannya yang terdiri dari makanan laut, kamu juga akan merasakan aroma makanan laut yang sangat kuat pada nasi goreng ini. Nasi Goreng Padang Seperti namanya, nasi goreng ini mengandung beragam jenis makanan laut yang sangat menggiurkan. Termasuk di antaranya cumi, udang, daging kepiting, kerang, dan scallop. Selain isiannya yang terdiri dari makanan laut, kamu juga akan merasakan aroma makanan laut yang sangat kuat pada nasi goreng ini. Nasi Goreng Kuah Nasi goreng khas Kediri ini menjadi variasi paling istimewa. Sebab, nasi goreng ini disajikan dengan kuah. Terdengar aneh, tetapi ternyata banyak orang menyukainya terutama saat udara sedang dingin, seperti saat musim hujan. Bumbunya sama seperti nasi goreng pada umumnya, sementara kuahnya terbuat dari kaldu ayam hangat yang lezat.

Soto Batok Kudus, Minikmati Gurih Lezatnya Soto di Dalam Tempurung Kelapa

Soto Batok Kudus, Minikmati Gurih Lezatnya Soto di Dalam Tempurung Kelapa

Soto Batok Kudus dapat menjadi opsi bagi Anda ketika mencicipi makanan di Kota Kretek. Selain rasa yang enak dan gurih, soto ini disajikan di dalam batok kelapa. Penyajian di dalam batok bertujuan untuk menjaga panas dari soto tersebut dan aroma rempah-rempahnya yang dapat membuat tubuh terasa hangat. Batok kelapa secara khusus didatangkan dari Magelang sebagai pengganti mangkuk biasa. Karena dihidangkan dengan menggunakan batok kelapa, maka tidak mengherankan jika makanan kuah ini disebut Soto Batok. Kustiwi, penjual Soto Batok Kudus mengatakan, awalnya dia ingin berdagang makanan yang unik. Kemudian terpikir olehnya untuk menjual soto yang disajikan di dalam batok kelapa. Resep soto batok tersebut dia peroleh dari neneknya. Kemudian dia mencoba untuk menjual soto di teras rumahnya. Resep sotonya tidak terlalu berbeda dengan soto biasa. Mulai dari ayam, nasi, seledri, kecambah, dan bawang putih. Bagi penggemar makanan pedas dapat menambahkan sambal yang sudah tersedia di atas meja. Sementara penggemar rasa manis dapat menambahkan kecap. Soto batok ini cocok disajikan sebagai menu sarapan atau makan siang. Satu porsi soto batok sesuai untuk orang dewasa. Meskipun menggunakan wadah batok, porsinya cukup banyak untuk orang dewasa. Bisa dikatakan porsi soto sebatok setara dengan porsi semangkuk. Warung Soto Batok milik Sri Kustiwi terletak di Jalan Mejobo, Kelurahan Mlati Norowito, RT 3 RW 9 Kecamatan Kota Kudus. Soto Batok buka setiap Senin-Sabtu mulai pukul 06.00 – 13.00 WIB. Foto Dok. Murianews/Vega Ma’arijil Ula

Nasi Pecel Gambringan Purwodadi, Kuliner Legendaris di Stasiun Kereta

Nasi Pecel Gambringan Purwodadi, Kuliner Legendaris di Stasiun Kereta

Nasi Pecel Gambringan merupakan salah satu kuliner legendaris yang telah ada di Purwodadi sejak tahun 1940-an. Pada awalnya, beberapa penduduk Desa Tambirejo menjual nasi pecel di Stasiun Gambringan, sehingga saat ini terkenal dengan nama nasi pecel Gambringan. Hidangan nasi pecel Gambringan serupa dengan pecel lainnya. Sebagai makanan berbasis sayuran, pecel dianggap sebagai “makanan universal” yang dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Jawa. Bahkan, beberapa wilayah di Jawa terkenal memiliki pecel khas mereka masing-masing. Nama pecel diambil dari bahan yang digunakan atau daerah asalnya. Contohnya, pecel pakis khas Kudus dan pecel semanggi khas Surabaya. Pecel pakis disebut demikian karena salah satu sayurnya adalah daun pakis yang banyak ditemukan di pegunungan Muria. Begitu juga dengan pecel semanggi, dinamai demikian karena menggunakan daun semanggi sebagai sayur di dalam pecelnya. Pecel Gambringan dinamai demikian karena pada awalnya, pecel ini dijual di Stasiun Gambringan – sebuah stasiun kereta api yang terletak di Dusun Pucang Kidul, Kecamatan Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Pecel Gambringan terdiri dari sayuran khas seperti bunga turi, daun pepaya, dan kecipir, serta bayam dan kecambah. Rasa khasnya berasal dari sambal kacang yang gurih, pedas, dan sedikit asin. Pecel ini disajikan dengan rempeyek udang atau keripik tempe. Dulu, para pedagang menjajakan pecel ke penumpang di gerbong kereta api jurusan Stasiun Semarang Poncol – Stasiun Bojonegoro yang melintasi Stasiun Ngrombo dan Stasiun Gambringan di Grobogan. Pecel disajikan dengan pincuk daun pisang. Dalam foto jadul koleksi Stasiun Gambringan pada tahun 1980-an, terlihat para perempuan dari desa Tambirejo menjajakan nasi pecelnya dengan menggunakan dunak atau tampah sebagai tempat nasi dan pelengkap pecelnya, di dalam komplek Stasiun Gambringan. Foto lain menunjukkan para penjual nasi pecel gambringan sedang melayani para pembelinya yang kebanyakan laki-laki di antara gerbong dan rel kereta api di Stasiun Gambringan. Tahun 2012, PT KAI mengeluarkan regulasi yang melarang penjual makanan dan minuman serta dagangan lainnya masuk di dalam kompleks stasiun. Regulasi itu membuat para penjual sega pecel gambringan tak lagi bisa berjualan di dalam stasiun. Padahal Stasiun Gambringan telah menjadi tempat berjualan mereka selama puluhan tahun. Mulai saat itu, penjual nasi pecel Gambringan mencari tempat baru untuk berjualan di luar stasiun. Beberapa tetap berjualan di sekitar stasiun, namun ada juga yang mencari keberuntungan dengan membuka kedai dan lapak di lokasi yang sama sekali baru dan jauh dari stasiun, termasuk di kota Purwodadi – ibu kota Kabupaten Grobogan. Saat ini, hanya satu penjual nasi pecel Gambringan yang masih bertahan di sekitar Stasiun Gambringan, yaitu Sri Rahayu yang biasa dipanggil Mbak Yayuk. Pedagang yang tepat berjualan di selatan stasiun ini telah menggeluti usahanya selama 15 tahun dan telah merasakan pahit getirnya berjualan nasi pecel. Pada masa kejayaannya, ia bahkan beberapa kali diundang oleh PT KAI untuk menyajikan nasi pecel Gambringan di Semarang. Bahkan Menteri Perhubungan sempat mampir ke warungnya untuk mencoba kuliner yang cukup legendaris ini.

Nasi Opor Sunggingan Kudus, Kelezatan Rasa Dari Resep Turun Temurun

Nasi Opor Sunggingan Kudus, Kelezatan Rasa Dari Resep Turun Temurun

Nasi Opor Sunggingan Kudus ialah salah satu lambang hidangan khas Kudus yang cukup ternama. Opor ini memiliki keunikan khas, yang jarang dijumpai di daerah lain. Dikenal sebagai opor bakar Sunggingan karena hidangan ini berasal dari Desa Sunggingan, Kabupaten Kudus. Untuk membuat hidangan spesial ini, bahan utama yang digunakan adalah ayam kampung dan bumbu-bumbunya terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, garam, jintan, dan santan kelapa. Perbedaan opor Sunggingan dengan opor ayam biasa adalah ayamnya yang dibakar secara utuh. Selain itu, opor Sunggingan tidak memakai kunyit, sehingga warna kuahnya tidak kuning seperti opor ayam pada umumnya. Hidangan Favorit Sunan Kudus Selain berbeda dari opor ayam biasa, Nasi Opor Sunggingan Kudus juga memiliki sejarah yang menarik. Hidangan ini diyakini sebagai hidangan favorit salah satu anggota Walisongo, yaitu Sunan Kudus. Walaupun sampai saat ini tidak ada sumber yang valid dapat dirujuk, namun cerita turun-temurun menyatakan bahwa opor sunggingan adalah makanan kesukaan Sunan Kudus yang aslinya bernama Raden Ja’far Shadiq. Hal ini diungkapkan oleh Nadjib Hassan, Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK). Ia mengatakan bahwa opor sunggingan adalah hidangan favorit Sunan Kudus. Apabila cerita ini benar, maka opor sunggingan seharusnya sudah ada sejak abad ke-16 ketika Sunan Kudus masih hidup. Ini juga berarti bahwa opor sunggingan bukanlah jenis masakan baru seperti yang disebutkan dalam buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik, Jalur Pantura dan Jalur Selatan Jawa (2018) oleh Bondan Winarno. Opor sunggingan sebenarnya adalah warisan kuliner yang sudah ada selama berabad-abad. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika opor sunggingan sering dihidangkan sebagai hidangan utama setiap kali ada acara di kompleks Menara Kudus. Contohnya adalah acara tradisi jamasan keris milik Sunan Kudus. Tradisi ini adalah ritual pembersihan keris peninggalan Sunan Kudus yang diadakan setiap tahun sekali. Setelah acara selesai, hidangan nasi opor sunggingan selalu disajikan kepada para tamu. Keaslian Resep Terjaga Turun Temurun Resep tradisional Nasi Opor Sunggingan Kudus masih dijaga dengan baik hingga saat ini, termasuk cara memasaknya yang masih menggunakan kayu bakar. Sehingga rasa autentiknya tetap terjaga dari dulu hingga sekarang. Untuk membuat opor sunggingan, ayam yang dipilih adalah ayam kampung besar dan tua jenis babon (betina). Lemak dari jenis babon tua ini berwarna kuning dan memberikan rasa yang sangat lezat. Ayam yang sudah dibersihkan utuh dan direbus dengan bumbu seperti bawang merah dan putih, merica, kemiri, ketumbar, dan jintan. Pemasakannya memakan waktu sekitar lima jam agar daging ayam empuk dan bumbunya meresap. Setelah direbus, ayam ditiriskan selama sekitar enam jam hingga dingin. Kemudian ayam dibakar atau dipanggang dengan arang dari kayu karet dengan jarak tertentu agar ayam tidak mudah terbakar. Pada saat dipanggang, ayam tidak perlu diputar. Metode ini menghasilkan kematangan yang merata, aroma panggang yang harum, dan rasa daging yang lebih lezat. Selanjutnya, kuah areh dibuat sebagai pelengkap opor sunggingan. Membuat santan ini membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Proses lama ini bertujuan agar santan tidak cepat basi. Santan yang telah dimasak kemudian diangkat dan menjadi santan areh yang kental. Santan atau areh ini yang memberikan rasa asin dan lezat pada opor sunggingan. Dalam penyajiannya, nasi diletakkan di atas daun pisang, diberi suwiran ayam panggang yang dipotong-potong, ditambah sambal tahu goreng yang manis dan pedas, baru kemudian disiram dengan kuah opor dan kuah areh. Makanan ini tidak menggunakan sendok logam, tetapi menggunakan suru, yaitu sendok dari daun pisang. Jika disimpulkan, hidangan nasi opor sunggingan menawarkan sensasi kenikmatan yang lengkap. Terdapat rasa asin dan gurih, serta manis dan pedas. Untuk pecinta rasa pedas yang tinggi, tersedia cabai utuh yang direbus dalam wadah terpisah sebagai tambahan. Populer Sejak Tahun 1960-an Sejak tahun 1960-an, opor sunggingan mulai populer di kalangan pecinta kuliner. Satu-satunya restoran yang menyajikan hidangan ini adalah Rumah Makan Opor Sunggingan, yang terletak di Jalan Niti Semito 9, Ploso, Kudus. Pendirinya adalah Warsito Sudadi dan Ngadilah, suami-istri. Sekarang, restoran ini telah diwarisi oleh generasi kedua, yaitu Suroso dan Siti Sundari. Nama “sunggingan” dalam “opor sunggingan” berasal dari sebuah kampung di Kelurahan Sunggingan, Kecamatan Kota Kudus, Kudus, tempat hidangan ini pertama kali dibuat. Kampung ini dinamai menurut seorang Tionghoa bernama Sun Ging, yang tinggal di sana pada abad ke-16, pada masa hidup Sunan Kudus. Meskipun restoran telah pindah ke lokasi baru di Jalan Niti Semito 9, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus pada tahun 2004, nama “opor sunggingan” masih tetap populer. Sebagai hidangan yang khas dan terkenal, opor sunggingan memiliki banyak penggemar, termasuk masyarakat umum, pejabat, dan artis. Beberapa artis yang pernah mencicipi hidangan ini antara lain Duta Sheila On 7, Jamal Mirdad, Sandra Dewi, Farhan, ST 12, Tantri Kotak, dan banyak lagi. Bahkan beberapa atlet bulu tangkis nasional seperti Liem Swie King, Susi Susanti, dan Alan Budi Kusuma juga pernah menikmati hidangan ini.

Soto Mamo Banjarnegara, Sensasi Menikmati Soto Sapi di Tepi Sungai Serayu

Soto Mamo Banjarnegara

Soto Mamo di Prigi kini tengah digandrungi pecinta kuliner Banjarnegara dan sekitarnya. Selain karena rasa sotonya yang lezat, pembeli juga dapat merasakan suasana pinggir sungai yang sejuk. Soto santan daging sapi ini dikenal dengan sebutan Soto Mamo. Untuk menikmati soto ini, Anda dapat mengunjungi Desa Prigi Kecamatan Sigaluh. Warung soto ini berlokasi di sebuah gang kecil sekitar 200 meter dari jalur utama Semarang-Banjarnegara. Selain cita rasa yang lezat, soto santan daging sapi ini juga menawarkan pengalaman makan yang berbeda karena dapat dinikmati di tepi Sungai Serayu. Tidak mengherankan jika restoran ini selalu ramai terutama pada jam makan siang. Mamo, pemilik restoran ini, sengaja menggunakan alam sungai sebagai tempat makan untuk para pengunjungnya. Ia tidak menambahkan bangunan apapun dan hanya menempatkan tikar dan meja. Setelah restoran tutup, tikar dan meja langsung dikemas. Banyak pengunjung yang menyukai soto santan daging sapi ini karena rasanya yang gurih dan segar. Lia Wardani, seorang pelanggan setia selama dua tahun, mengatakan bahwa kuah santannya gurih dan dagingnya empuk. Menurutnya, selain suasana alam sungai juga menambah nikmatnya makan siang, terutama jika bersama dengan teman atau keluarga. Harga yang ditawarkan oleh Soto Mamo juga cukup terjangkau, yaitu Rp 13 ribu untuk soto santan daging sapi dan Rp 8 ribu untuk nasi pecel.