Jowonews

Songgo Buwono, Makanan Para Bangsawan Yang Sarat Akan Filosofi

Songgo Buwono, Makanan Para Bangsawan Yang Sarat Akan Filosofi

Songgo Buwono Kuliner khas Jogja yang memiliki nama yang unik ini memiliki cita rasa yang sangat enak. Bahkan, makanan yang satu ini dijuluki sebagai hidangan khas para bangsawan di Keraton Jogja. Jogja dikenal sebagai kota yang memiliki banyak objek wisata yang menarik dan menyajikan berbagai kuliner khas dengan bentuk, rasa, dan makna filosofis yang beragam. Salah satu kuliner bersejarah yang berasal dari Jogja dan sangat enak serta memiliki makna filosofi yang mendalam adalah songgo buwono. Songgo buwono terdiri dari roti yang disajikan dengan beragam toping tambahan, mulai dari daging hingga sayuran. Setiap komponen yang ada dalam songgo buwono memiliki makna tersendiri. Dengan bahan-bahan yang lengkap dan bernutrisi, songgo buwono dianggap sebagai hidangan khas para bangsawan di Keraton Jogja. Inilah ulasan lengkap tentang songgo buwono. Sejarah Songgo Buwono Dikutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara RI, songgo buwono adalah hidangan pembuka yang lahir di Keraton Jogja. Sultan Hamengkubuwono VIII adalah tokoh yang memulai pembuatan songgo buwono. Oleh karena itu, makanan ini sering dijuluki sebagai hidangan priayi. Selain itu, songgo buwono juga mencerminkan kondisi politik di Jogja pada masa lalu. Pada saat itu, keberadaan Belanda sangat berpengaruh terhadap kesultanan di Jogja dan kuliner yang disajikan pun banyak bernuansa barat. Sebagai hidangan hasil akulturasi, songgo buwono mengombinasikan berbagai gaya hidangan dari beberapa negara. Misalnya, kue sus berasal dari Belanda, saus mayones dari Perancis, dan acar ala Tiongkok juga disajikan sebagai pelengkap songgo buwono. Apa Arti dari Songgo Buwono? Songgo Buwono ialah sajian yang terbuat dari adonan kue sus yang diisi dengan sayuran seperti daun selada dan campuran berbagai bahan seperti telur ayam, daging, wortel, dan lainnya. Menurut buku ‘Serba-Serbi Baking’ (2018) karangan MS Rinadedik, makanan ini umumnya disajikan dalam acara pernikahan dengan porsi yang lebih besar serta dihidangkan bersama acar sebagai pelengkapnya. Songgo Buwono merupakan hidangan tradisional yang populer di Yogyakarta yang berasal dari gabungan dua kata, yaitu songgo yang berarti penyangga dan buwono yang berarti kehidupan atau langit. Oleh karena itu, Songgo Buwono memiliki makna sebagai penopang kehidupan. Filosofi Songgo Buwono Songgo buwono terdiri dari beragam unsur yang memiliki makna filsafat masing-masing. Kue sus yang menjadi penyangga songgo buwono melambangkan bentuk bumi, di mana semua makhluk hidup lahir dan mati. Daun selada menggambarkan hamparan pepohonan dan tumbuhan hijau yang asri dan lestari. Isian songgo buwono yang bernama ragut merepresentasikan tentang keragaman masyarakat di dunia yang mampu bersatu dalam sebuah keselarasan. Sementara itu, telur ayam dan mayones melambangkan langit, dan acar menjadi simbolisasi bintang. Selain itu, sebagai hidangan pernikahan, songgo buwono mencerminkan kesiapan kedua mempelai untuk mengarungi kehidupan secara mandiri.

Perbedaan Gula Jawa dan Gula Aren, Dua Jenis Gula Yang Sering Dianggap Sama

Perbedaan Gula Jawa dan Gula Aren, Dua Jenis Gula Yang Sering Dianggap Sama

Perbedaan gula Jawa dan gula aren seringkali jadi pertanyaan banyak pihak. Hal ini karena warnaya hampir mirip dan seringkali kedua jenis gula ini dianggap sama. Gula merupakan salah satu komoditas yang harus dimiliki di setiap rumah. Selain untuk minuman, gula juga digunakan sebagai bahan masakan. Terdapat beberapa jenis gula yang umum dikenal. Yang paling umum adalah gula putih, baik dalam bentuk pasir maupun kristal. Selain itu, terdapat juga gula aren dan gula Jawa. Kedua jenis gula ini memiliki warna yang hampir sama dan seringkali dianggap sama. Namun, sebenarnya terdapat perbedaan di antara gula aren dan gula Jawa, selain dari bahan dasarnya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui perbedaan ini agar tidak salah memilih. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai perbedaan antara gula aren dan gula Jawa yang perlu Anda ketahui. Apa Itu Gula Aren? Gula aren merupakan pemanis alami yang dihasilkan dari ekstrak nira pohon aren. Gula aren telah lama digunakan di Indonesia, India, Thailand, Afrika, dan beberapa negara lain sebagai bahan dasar dalam memasak. Gula ini memiliki rasa manis khas yang mirip dengan karamel, sehingga rasanya tidak akan terlalu terasa bahkan ketika dicampur dengan bahan lain yang memiliki rasa yang kuat seperti jeruk nipis atau kecap ikan. Gula aren tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari bubuk, cairan, hingga cetakan batok kelapa. Gula aren juga mengandung lebih banyak vitamin, mineral, dan nutrisi sehat daripada jenis gula lainnya. Apa Itu Gula Jawa? Gula Jawa atau gula merah adalah pemanis alami yang terbuat dari nektar pohon kelapa yang telah disaring dan direbus. Oleh karena itu, gula merah juga disebut sebagai gula kelapa. Warna dan rasa gula merah dapat bervariasi tergantung pada jenis kelapa yang digunakan dan waktu panen. Secara umum, gula merah memiliki warna merah kecoklatan dan rasa yang sedikit mirip dengan gula aren, namun tidak terlalu kuat dan dominan. Oleh karena itu, gula merah sering digunakan untuk meningkatkan rasa makanan yang gurih seperti kari, ayam, dan ikan. Selain itu, gula merah juga cocok digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue atau sebagai topping untuk minuman seperti kopi, teh, dan susu. Apa Perbedaan Gula Jawa dan Gula Aren? Meskipun secara kasat mata gula aren dan gula Jawa terlihat serupa, sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut adalah perbedaan utama antara gula aren dan gula Jawa yang mungkin belum diketahui. Baik gula aren maupun gula Jawa dapat digunakan sebagai pengganti yang lebih sehat untuk gula putih. Keduanya mengandung banyak nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga cocok untuk orang yang ingin menjalani pola hidup sehat. Anda juga dapat mengganti gula aren dengan gula Jawa atau sebaliknya dalam resep masakan, meskipun akan menghasilkan rasa yang berbeda. Namun, hal ini tidak masalah selama sesuai dengan selera dan preferensi Anda.

Kupat Sableng Brebes, Perpaduan Gurih Pedas dengan Kelezatan Sate Blengong

Kupat Sableng Brebes, Perpaduan Gurih Pedas dengan Kelezatan Sate Blengong

Kupat Sableng Brebes merupakan kuliner khas Pantura, terutama wilayah Brebes dan Tegal yang sangat sayang apabila Anda lewatkan. Ketupat atau Kupat ialah hidangan khas Indonesia yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur). Biasanya, makanan ini disajikan dalam perayaan agama seperti Idul Fitri dan dimakan bersama dengan lauk pauk lainnya. Jika Anda berkunjung ke Brebes, Jawa Tengah, Anda akan menemukan varian makanan dari Ketupat, yaitu Kupat Sableng. Saat berkunjung ke sana, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi hidangan lezat ini yang memiliki rasa pedas dan gurih. Kuliner asli Brebes ini menggabungkan ketupat, kuah santan, dan sate blengong sebagai lauk. Sate blengong terbuat dari daging Blengong, yaitu gabungan bebek dan menthok (Itik Serati). Kelembutan tekstur sate dicapai setelah melalui berbagai proses pengolahan. Salah satu cara memasak sate blengong adalah merendamnya dengan bumbu santan dan ditusuk menggunakan lidi yang panjang. Setelah bumbu meresap, sate kemudian dibakar dengan arang dan disajikan selagi masih hangat. Ketika membeli Kupat Sableng, Anda dapat meminta untuk menambahkan jumlah cabai dalam bumbu kuah ketupat sesuai selera Anda. Bagi yang menyukai makanan pedas, Anda dapat meminta banyak cabai untuk ditambahkan. Bagi yang tidak suka, Anda dapat meminta sedikit cabai atau tidak sama sekali. Bagi Anda yang ingin menikmati hidangan ini, ada banyak warung makan yang menjual Kupat Sableng di Brebes. Biasanya, hidangan ini dijual pada sore hingga malam hari, karena memang menjadi menu makanan malam di sana.

Rekomendasi Kuliner Tradisional Banjarnegara, Wajib Dicoba

Rekomendasi Kuliner Tradisional Banjarnegara, Wajib Dicoba

Rekomendasi Kuliner Tradisional Banjarnegara berikut bisa jadi panduan bagi Anda yang ingin menikmati kuliner lokal yang khas di Kota Dawet Ayu ini. Banjarnegara terletak di Jawa Tengah dan dikenal dengan pesona wisata pegunungan. Namun, kuliner khas Banjarnegara juga patut dicicipi. Terdapat beberapa hidangan khas Banjarnegara yang hanya bisa ditemukan di daerah tersebut. Meskipun ada beberapa kuliner yang serupa dengan hidangan dari daerah lain, namun rasa dan rempah-rempahnya memiliki perbedaan yang mencolok. Karena wilayahnya yang didominasi oleh dataran tinggi, makanan khas Banjarnegara cenderung berasal dari hasil pertanian, bukan dari hasil laut seperti daerah pantai. Rekomendasi Kuliner Khas Banjarnegara Berikut ini daftar hidangan khas Banjarnegara di Jawa Tengah yang diambil dari buku “Kuliner Khas Jawa Tengah” (2022) karya Prasita Puspita Sari, diterbitkan oleh Guepedia. Buntil Makanan khas Banjarnegara di Jawa Tengah yang cukup terkenal adalah buntil. Kuliner Banjarnegara ini sebenarnya merupakan hidangan yang terbuat dari daun pepaya, daun singkong, dan daun talas yang dibentuk bulat. Selain di Banjarnegara, buntil juga dapat ditemukan di Banyumas. Nama buntil sendiri berasal dari cara pembuatannya, yaitu daun-daun tersebut diikat-ikat yang dalam bahasa Banyumasan disebut diuntil-until. Soto Krandegan Makanan istimewa Banjarnegara Jawa Tengah yang cukup terkenal adalah Soto Banjarnegara atau lebih sering disebut Soto Krandegan. Soto ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan soto dari daerah lain. Kuliner asli Banjarnegara ini mempunyai kuah berwarna kuning yang dicampur dengan santan dan tulang sapi. Soto khas Banjarnegara ini juga diisi dengan ketupat, tauge, dan potongan daging sapi. Nama Krandegan sendiri diambil dari daerah asal warung yang pertama kali menjual soto ini. Combro Kalipalet Makanan istimewa dari Banjarnegara Jawa Tengah selanjutnya adalah Combro Kalipalet. Sesuai dengan namanya, Combro Kalipalet berasal dari Kalipalet, sebuah daerah di mana penduduknya sangat pandai dalam membuat Combro. Mirip dengan Combro dari daerah lain, Combro Kalipalet juga terbuat dari singkong yang diparut kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan garam. Isian Combro Kalipalet biasanya terdiri dari oncom. Makanan khas Banjarnegara ini cocok untuk dinikmati sebagai camilan sambil menikmati kopi atau teh. Itulah tiga Rekomendasi kuliner tradisional Banjarnegara Jawa Tengah yang dapat Anda cicipi saat mengunjungi daerah tersebut.

Oleh-oleh Grobogan Terbaik Untuk Keluarga Tercinta di Rumah

Oleh-oleh Grobogan Terbaik Untuk Keluarga Tercinta di Rumah

Oleh-oleh Grobogan berikut mungkin bisa menjadi rekomendasi bagi Anda saat berkunjung ke Kota Swieke ini. Walaupun kota ini tidak sebesar dan sepopuler kota-kota sekitarnya seperti Solo, Semarang, dan lain-lain, namun siapa sangka bahwa kota ini memiliki sejumlah destinasi wisata alam yang menarik bagi para wisatawan. Selain itu, ada juga sejumlah kuliner khas Grobogan yang pantas dijadikan oleh-oleh. Kuliner-kuliner tersebut tidak hanya menawarkan cita rasa yang lezat, tetapi juga dijual dengan harga yang terjangkau. Tidak hanya itu, keunikan dan rasa dari kuliner-kuliner di Kabupaten Grobogan dapat dianggap sebanding dengan daerah-daerah yang lebih terkenal. Oleh-oleh Grobogan Yang Unik dan Menggugah Selera Berikut ini adalah oleh-oleh khas Kabupaten Grobogan yang bisa dijadikan pilihan ketika berkunjung ke daerah tersebut. Emping Jagung Makanan ini menjadi oleh-oleh yang khas karena di Grobogan menjadi salah satu sentra penghasil jagung. Emping jagung memiliki rasa yang khas, yaitu renyah dan gurih, serta lebih tipis jika dibandingkan dengan emping melinjo. Makanan ringan ini sangat pas untuk dijadikan camilan saat menonton TV atau berbincang-bincang dengan keluarga. Rasa gurih dan sedikit pedas dari makanan ringan ini juga terkenal sebagai oleh-oleh khas Purwodadi di kalangan masyarakat setempat. Yangko Makanan ini merupakan salah satu oleh-oleh khas Purwodadi yang memiliki nama serupa dengan wingko. Yangko dibuat dari campuran gula dan ketan. Di dalamnya terdapat isian gula jawa atau kacang yang telah dihaluskan. Dari penampilan dan kemasannya, kue ini sangat menyerupai dodol asli Garut. Namun, yang membedakan kue yangko adalah variasi warnanya yang mencakup hijau, kuning, dan merah muda. Kue ini diproduksi secara massal di desa Godong, Kabupaten Grobogan dan dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Kue Semprong kuliner satu ini mirip dengan egg roll. Rasanya manis, asin, dan renyah. Cemilan kering ini menjadi oleh-oleh yang populer di Purwodadi. Merk yang terkenal adalah Ganeca. Kue semprong umumnya disajikan oleh masyarakat Grobogan saat Hari Raya. Ini tentu menjadi salah satu oleh-oleh yang sesuai sebagai hadiah ketika mengunjungi keluarga. Marning Jagung Makanan ringan yang satu ini terbuat dari jagung dan memiliki cita rasa yang gurih serta tekstur yang renyah. Kamu pasti akan ketagihan mencicipinya. Sekarang ini, kamu bisa menemukan banyak variasi rasa yang tersedia di pasaran. Marning jagung juga merupakan oleh-oleh khas Purwodadi yang mudah ditemukan di toko oleh-oleh. Sale Banyak daerah yang menghasilkan sale sebagai oleh-oleh khas. Ini karena rasa sale yang lezat dan daya tahannya yang terbukti. Namun, setiap daerah memiliki citarasa yang berbeda. Sale Purwodadi dijual dalam dua varian: basah dan kering. Kamu dapat memilih sesuai selera. Pasti akan tersedia di pusat oleh-oleh. Sambal Pecel Gambringan Sambal pecel sudah menjadi makanan yang umum. Namun, setiap daerah memiliki sambal pecel dengan karakteristik yang berbeda-beda, seperti sambal pecel gambringan yang memiliki rasa gurih dan asin yang khas. Ini berbeda dengan sambal pecel lain yang lebih manis. Anda bisa mendapatkan sambal pecel kering di toko oleh-oleh pusat Purwodadi. Anda bisa membawanya pulang sebagai oleh-oleh. Telur Asin Bledug Telur asin ini serupa dengan telur asin biasanya. Namun, yang membedakannya adalah penggunaan garam lokal Puwodadi dalam proses pembuatannya. Selain itu, nama bledug berasal dari daerah penghasil garam, yaitu Bledug Kuwu. Sirup Kartika Sirup Kartika merupakan salah satu jenis oleh-oleh khas yang terkenal di kalangan penduduk Grobogan. Pabriknya terletak di Desa Gubug, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Sirop dengan kemasan yang berwarna merah khasnya dapat dengan mudah ditemukan di toko-toko, terutama di beberapa pusat oleh-oleh Purwodadi. Kecap Purwodadi Cap Udang Kecap Purwodadi Cap Udang terkenal dengan reputasinya yang legendaris. Produk ini dapat ditemukan di beberapa tempat penjualan oleh-oleh dan di pasar modern Purwodadi. Kecap ini dilabeli dengan label berwarna cerah kuning dengan gambar udang berwarna merah. Labelnya menampilkan nama Kecap Purwodadi cap Udang Manis Gurih yang dibuat oleh Ny. Oei Hok Hoo dan dikemas dalam botol kaca dan plastik. Tempe Keripik Di samping kecap, Kedelai Grobogan diolah menjadi berbagai produk, termasuk tempe kripik yang bisa dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke kerabat. Makanan ini terkenal di Grobogan dan dianggap sebagai hidangan khas Purwodadi. Tempe kripik sangat pas sebagai camilan atau pelengkap makan nasi. Pusat Oleh-oleh Grobogan Harus diingat bahwa kebanyakan barang oleh-oleh yang disebutkan di atas tersedia di tiga lokasi pusat oleh-oleh di Grobogan. Ketiga lokasi tersebut adalah Pusat Oleh-Oleh Purwodadi “Mas Bambang” di Jalan Purwodadi-Solo, yang terletak di Desa Depok, Kecamatan Toroh. Selanjutnya, Pusat Oleh-Oleh Purwodadi “Toko Dewi” di Jalan MT Haryono No 91 Purwodadi, sekitar 250 meter ke utara dari perempatan RS Yakkum Purwodadi. Terakhir, Pusat Oleh-Oleh Purwodadi “Toko Viva” di Jalan Ahmad Yani No 37, sekitar 50 meter ke timur dari Pasar Induk Purwodadi.

Nasi Jangkrik Kudus, Kuliner Lezat Kesukaan Para Wali

Nasi Jangkrik Kudus, Kuliner Lezat Kesukaan Para Wali

Nasi Jangkrik Kudus merupakan nasi asal Kudus dengan lauk daging kerbau yang empuk. Kuliner tradisional ini biasanya dibungkus menggunakan daun jati dan diyakini sebagai menu favorit Sunan Kudus. Masyarakat Kudus mengenal nasi jangkrik sebagai hidangan yang diberikan secara cuma-cuma saat puncak tradisi buka luwur atau pelepasan kain selubung makam Sunan Kudus pada tanggal 10 Muharram (Asyura). Nasi jangkrik diyakini membawa berkah karena diawali dengan doa oleh juru kunci makan Sunan Kudus setelah salat Subuh. Namun, jangan salah paham bahwa nasi jangkrik mengandung serangga jangkrik. Istilah nasi jangkrik hanya digunakan untuk menyebut menu warisan Sunan Kudus. Seperti halnya nasi kucing khas angkringan dan HIK ala Yogyakarta dan Solo, nasi jangkrik juga tidak mengandung daging kucing. Nasi jangkrik terdiri dari nasi putih dengan lauk olahan daging kerbau yang dipotong dadu. Seporsi nasi jangkrik terdiri dari nasi putih, olahan daging kerbau, tahu, kadang-kadang ditambah krecek, dengan kuah bersantan nyemek yang gurih. Rasa pedasnya berasal dari sambal yang biasa disajikan bersama nasi jangkrik. Bahan-bahan untuk membuat nasi jangkrik berasal dari sumbangan masyarakat, termasuk kerbau, kambing, beras, dan lain-lain. Dalam penyajiannya, nasi jangkrik disajikan dengan menggunakan bungkus atau lemek daun jati untuk mempertahankan kearifan ekologis. Selain memiliki makna kesederhanaan, daun jati juga menambah aroma khas pada nasi jangkrik sehingga secara psikologis dapat meningkatkan nafsu makan karena makanan terasa lebih lezat. Tradisi Buku Luwur Luwur itu sendiri merujuk pada kain kelambu atau penutup yang digunakan untuk menutupi makam. Dalam upacara buka luwur, luwur yang lama dari makam Sunan Kudus diganti dengan yang baru. Bagian dari upacara tersebut yang masih dipertahankan hingga sekarang adalah pembagian nasi jangkrik. Tujuan dari pembagian nasi jangkrik adalah untuk memupuk rasa saling berbagi terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Asal-usul Nasi Penamaan Nasi Jangkrik Dari kisah turun temurun yang terkenal, Sunan Kudus telah menggunakan nama jangkrik semasa hidupnya. Diceritakan bahwa Sunan Kudus dan Kyai Telingsing berkumpul di bangunan tajug Menara Kudus bersama para wali lainnya. Ketika istri Sunan Kudus menyiapkan hidangan yang sekarang dikenal sebagai nasi jangkrik, kelezatannya dirasakan oleh para wali yang hadir. Saat menikmati hidangan itu, terdengar suara celetukan yang konon berasal dari Kyai Telingsing. Saat itu, mbah Telingsing berkata “jangkrik” enak sekali. Akhirnya, hidangan itu dinamakan nasi jangkrik. Versi lain mengatakan bahwa nama nasi jangkrik berasal dari bawang goreng yang ditebarkan di atas nasi jangkrik. Bawang goreng itu memiliki bentuk yang mirip dengan bulu jangkrik, berwarna mengkilap kecoklatan. Oleh karena itu, masakan tersebut dinamakan nasi jangkrik. Dulu Hanya Bisa Didapatkan Saat Tradisi Buka Luwur Pada masa lalu hidangan nasi jangkrik hanya dapat ditemukan pada saat perayaan buka luwur makam Sunan Kudus. Namun, kini, hidangan tersebut sudah tersedia setiap hari. Meskipun masih terbatas, terdapat beberapa angkringan dan kedai di Kudus yang menyajikan hidangan nasi jangkrik. Salah satunya terletak di Pusat Kuliner Menara Kudus, yaitu Waroeng Kita yang berlokasi di persimpangan Sucen atau sekitar 450 meter di sebelah utara Menara Kudus. Angkringan Nasi Jangkrik Saat berada di Kota Kretek, Anda dapat mencicipi kuliner jadul ini di beberapa angkringan yang tersedia, salah satunya adalah Angkringan Kidoel Soetjen. Angkringan yang berada di Selatan Perempatan Sucen, Jalan Menara, Desa Langgardalem, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus itu cukup ramai setiap harinya.

Nasi Becek Purwodadi, Kuliner Daging Berkuah Yang Bikin Lidah Bergoyang

Nasi Becek Purwodadi, Kuliner Daging Berkuah Yang Bikin Lidah Bergoyang

Nasi Becek Purwodadi ialah makanan khas dari Kabupaten Grobogan yang terbuat dari daging dan tulang sapi. Makanan ini memiliki rasa yang istimewa, yaitu bercampur antara asam, pedas, dan manis yang menyegarkan lidah saat dinikmati. Becek khas Purwodadi umumnya disajikan saat ada acara perayaan atau pernikahan. Becek berasal dari cara mencampur bumbu dengan cara ditumbuk menggunakan alat yang disebut “dibecek” dalam bahasa Jawa. Hidangan ini memiliki kesamaan dengan kari, soto, dan gule. Namun, memiliki kuah sayur berwarna keruh dengan aroma rempah potongan daging, tulang iga, dan sumsum sapi. Sayur becek disajikan dengan iga sapi, dengan sisa daging yang masih melekat pada tulang. Bahan-bahan sayur becek meliputi bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, dan cabai. Dicampur dengan daun kedondong. Dengan penambahan daun kedondong dan dayak, sayur becek memiliki kombinasi rasa unik dengan rasa asam yang segar. Sayur becek disajikan dengan nasi putih hangat, cabai hijau, tempe kering, dan kacang tolo sebagai lalapan. Sumsum pada tulang sapi yang dimasak bercampur kuah dengan suhu mendidih membuat citarasa kaldu lebih nikmat. Semangkuk sayur becek lebih nikmat disajikan dengan nasi putih dan oseng cabai hijau, tempe kering, dan kacang tolo sebagai pelengkap. Nasi Becek Purwodadi sekarang telah menjadi salah satu ikon kuliner terkenal di Kabupaten Grobogan, selain Swieke Kodok. Wisatawan dapat dengan mudah menemukan warung makan yang menjual sayur becek di daerah ini. Rekomendasi Warung Nasi Becek Purwodadi Warung Makan Putra 45 Tempat makan ini terletak di pojok Taman Segitiga Emas Purwodadi. Hanya butuh waktu dua menit dari Kantor Bupati Grobogan. Nasi basah menjadi menu utama di sini, juga menjadi pilihan favorit beberapa staf Pemerintah Kabupaten Grobogan. R.M. Sedep Yanto Ganjar Becek & Sate Kerbau Warung makan ini berlokasi di Jalan Purwodadi – Blora, Km 1 No. 16 Getasrejo, Kecamatan Grobogan. Seperti namanya, kedai ini terkenal dengan nasi becek yang disajikan dengan daging kerbau, bukan daging sapi seperti biasanya. Kedai Cangkir dan Waroeng Soto Noroyono Tempat makan ini terletak di Jalan Siswomihardjo No. 62 Purwodadi, berdekatan dengan simpang kantor Diskominfo Grobogan. Sekitar 200 meter ke arah timur dari simpang tersebut. Nasi becek menjadi salah satu hidangan utama di tempat makan yang cukup populer di Instagram ini. Warung ini juga memiliki cabang di Jalan Purwodadi-Blora di Kelurahan Kunden, Wirosari dan di Jalan Purwodadi-Gubug di Desa Tinanding, Kecamatan Godong.

Sega Pecel Pawon Mbah Minah Blora, Ludes Dalam 2 Jam Meski Hanya Dijual dari Dapur

Sega Pecel Pawon Mbah Minah Blora, Ludes Dalam 2 Jam Meski Hanya Dijual dari Dapur

Sega Pecel Pawon Mbah Minah merupakan menu kuliner tradisional yang wajib Anda coba saat berkunjung ke Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Keunikan dari warung sego pecel Pawon Mbah Minah terletak pada suasana pedesaan dan dapur tradisional yang dimilikinya. Tak lupa, sego pecel yang dibungkus daun jati juga memberikan cita rasa yang berbeda. Meski agak tersembunyi sekitar 200 Meter dari jalan raya Randublatung, lokasi warung di gang Kutilang, Kelurahan Wulung tetap mudah diakses berkat bantuan Google Maps dan media sosial. Nasi pecel disajikan di atas pincuk daun jati dengan sayuran daun ketela, toge, kacang panjang, mlanding lamtoro, hingga ale (kecambah mlanding), dan disiram sambel pecel khas buatan Pawon Mbah Minah. Sekarang, warung Pecel Pawon Mbah Minah diteruskan oleh Mbah Su, generasi kedua dari Mbah Minah. Meski usianya sudah mencapai 73 tahun, Mbah Su masih sehat, cantik, dan semangat berjualan dengan bantuan anak dan cucunya. Tidak heran jika Pecel Pawon Mbah Minah menjadi salah satu warung pecel legendaris di Kabupaten Blora. Hampir setiap hari, warung Sega Pecel Mbah Su selalu ramai dikunjungi pembeli, bahkan saat liburan lebaran kemarin banyak pembeli dari luar kota yang datang. Beberapa pembeli bahkan memesan sambel pecel kering untuk oleh-oleh. Warung sego pecel Pawon Mbah Minah semakin terkenal berkat media sosial Instagram @pawon_mbah_minah yang digunakan untuk mempromosikan usahanya. Baru-baru ini, tim liputan kuliner dari salah satu stasiun televisi nasional juga datang untuk mendokumentasikan Mbah Su. Pawon Mbah Minah hanya buka pada pagi hari mulai 06.00 WIB dan biasanya sudah habis pukul 08.00 WIB. Untuk itu para pembeli harus datang pagi-pagi sekali agar dapat merasakan kelezatan dari nasi pecel legendaris ini.