Jowonews

Seri Babad Tanah Jawi: Sumber-Sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Seri Babad Tanah Jawi: Sumber-Sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Sebelum membahas sejarah berdirinya Kerajaan Kediri, ada baiknya jika kita mengetahui sumber-sumber sejarah Kerajaan Kediri yang bercerita atau menceritakan tentang Kerajaan Kediri. Penting untuk diketahui, sumber sejarah Kerjaan Kediri berasal dari beberapa prasasti yang dimaksud di antaranya sebagai berikut : Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan, diperkirakan bersal dari Raja Bameswara (1117-1130 M). Prasasti Ngantang (1135 M) yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat desa Ngantang berupa sebidang tanah yang bebas dari pajak. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan, seperti Kebo Waruga dan Tikus Finada. Prasasti Kamulan (1194 M) yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang. Selain beberapa prasasti tersebut, sumber sejarah lain yang berkisah tentang Kerajaan Kediri berasal dari brita asing. Adapun berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri. Misalnya, Kronik Cina bernama Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik Fei. Kedua buku ini menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13 M

Seri Babad Tanah Jawi: Kerajaan Kediri

Seri Babad Tanah Jawi: Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri (Kadiri), dalam peta sejarah nasional, sangat popular. Demikian juga pengaruhnya terhadap kehidupan sekarang, kerajaan ini sering kali menjadi referensi bagi masyarakat awam dalam menanggapi fenomena kontemporer. Terkadang, masyarakat awam yang marginal, miskin, dan putus asa itu bernostalgia lagi terhadap kejayaan Kerajaan Kediri. Hal ini tentunya tak lepas dari mitos Ratu Adil yang diwakili oleh Prabu Jayabaya, yang sudah mengakar kuat dalam ingatan massa kejawen. Kerajaan Kediri memiliki peradaban kebudayaan yang tinggi. Bahkan, pada masanya, sudah dihasilkan beberapa karya sastra. Di antaranya adalah cerita Kakawin Barata-Yudha yang diterjemahkan dari kitab Bharata-Yudha ke Bahasa Jawa kuno, dan dengan cerita yang agak berbeda dari cerita-cerita sebelumnya, yaitu menceritakan tentang perang saudara antara Panjalu dan Janggala. Tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam bidang spiritual, Kerajaan Kediri juga sangat maju. Pada masa kejayaannya, tempat ibadah dibangun di mana-mana. Para guru kebatinan mendapat tempat yang terhormat. Bahkan, Sang Prabu kerap melakukan tirakat, tapa brata, dan semadi. Ia suka bermeditasi di tengah hutan yang sepi. Laku prihatin dengan cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan-tidur. Hal ini menjadi aktivitas ritual sehari-hari. Lalu, Kapan Kerajaan Kediri itu berdiri? Apa saja sumber sejarah yang menceritakan sejarah Kerajaaan Kediri? Bagaimana keadaan masyarakatnya? Dan, apa penyebab runtuhnya Kediri? Itulah deretan pertanyaan yang coba dijelaskan pada bab ini. Bab ini dapat dikatakan kelanjutan dari Kerajaan Kahuripan yang dipecah menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu (Kediri). Baca selanjutnya Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Bupati Kebumen Kukuhkan Paguyuban Kepala Desa Reksa Praja

Paguyuban Kepala Desa Reksa Praja

KEBUMEN – Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto mengukuhkan Paguyuban Kepala Desa Kabupaten Kebumen Reksa Praja masa bakti 2022-2025. Pengukuhan dilakukan di Pendopo Kebumian, Sabtu (20/8/2022). Kepala Desa Banjarsari Tasrip dilantik menjadi Ketua Paguyuban Kepala Desa Kabupaten Kebumen Reksa Praja dengan sebutan Glondong Sepuh. Sementara Wakil Ketua dijabat oleh Kasimin Kades Tanggulangin dengan sebutan Glondong Enom, Sekretaris Anam Lutfi Kades Patukgawemulyo, dan Bendahara Imad Durokhman Kades Logede. Ketua Paguyuban terpilih, Tasrip mengatakan paguyuban Reksa Praja dibentuk sebagai wadah perkumpulan kepala desa di tingkat lokal (Kebumen). Keberadaan organisasi ini menurutnya, bukan untuk menyaingi organisasi kepala desa yang sudah ada. “Ini sebenarnya digagas sudah lama sejak 2007. Ini merupakan wadah perkumpulan kepala desa tingkat lokal Kebumen. Sekupnya lokal, beda dengan Papdesi yang garisnya sampai nasional pusat. Tapi ini lokal, ya untuk menyelaraskan dan mendampingi progam dan visi misi Bupati,” ujar Tasrip, dikutip dari beritakebumen.co.id, Sabtu (20/8/2022). Ia mengungkapkan setidaknya ada 300 kepala desa yang hadir dalam acara tersebut. Tasrip juga menegaskan bahwa organisasi yang ia bentuk sudah berbadan hukum dan terdaftar di Kesbangpol. “Sudah legal semua. Selanjutnya kita fokus membuat program untuk kemajuan Kebumen,” tandasnya. Sementara itu, Bupati Arif Sugiyanto menyatakan, pihaknya menyambut baik dibentuknya organisasi paguyuban kepala desa Reksa Praja. Semakin banyak organisasi, maka kata Bupati, semakin menunjukan masyarakat Berkembang. “Banyak organisasi itu menunjukan masyarakat kita berkembang. Tapi disisi lain jangan sampai munculnya organisasi baru justru malah membuat gesekan di masyarakat karena kepentingan pribadi rebutan pengaruh. Ini jangan sampai,” ucapnya. Sebaliknya kata Bupati, adanya organisasi ini diharapkan bisa menjadi wadah tukar pikir dan pengalaman bagi para kepala desa, bisa saling menguatkan untuk kemajuan masyarakat desa. Karena pada dasarnya kemajuan kabupaten diukur dari masyarakat desanya. “Kita harapkan bersama para kepala desa yang tergabung dalam wadah paguyuban ini bisa melakukan sebuah program yang inovatif, utamanya dalam peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Bupati juga mewanti-wanti kepada kepala desa agar amanah menjalankan tugasnya. Terutama dalam penggunaan anggaran dana desa. Meski bukan PNS, namun kepala desa memegang uang negara, yang harus bisa dipertangungungjawabkan. “Saya mengingatkan jangan sampai Kades ini menyalahgunakan dana desa. Meski bukan PNS tapi kades ini diberi amanah mengelola uang negara. Jadi kalau disalahgunakan pasti pidana, ada konsekuensi hukumnya,” tandas Bupati. Kabar baiknya, Bupati bakal menaikan tunjangan kepala desa. Hal ini tentunya disesuaikan dengan PAD dan Pendapatan Asli Desa. Jika PAD Kebumen meningkat pastinya akan berdampak pada pendapatan tunjangan dari kepala desa dan perangkatnya.

Warga Magelang Gelar Pasar Budaya Grebeg Telo Untuk Angkat Potensi Ketela

Grebeg Telo Magelang

MAGELANG – Warga di Kabupaten Magelang menggelar Pasar Budaya Grebeg Telo. Setidaknya ada 20 tumpeng ketela diarak dan kemudian diperebutkan warga, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Pasar Budaya Grebeg Telo yang diselenggarakan di Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang ini berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu (20-21/8/2022). Pembukaan dilakukan pada hari Sabtu (21/8/2022) dan dibuka Ketua Dekranasda Kabupaten Magelang yang diwakili Siti Adi Waryanto. Kemudian dilanjutkan dengan pentas kesenian lokal setempat. Pada hari selanjutnya, Minggu (22/8/2022), warga setempat melakukan Kirab Grebeg Telo. Dikutip dari borobudurnews.com, salah satu panitia Grebeg Telo, Catur Prabowo mengatakan, gelaran Pasar Budaya ini untuk mengangkat dan mengedukasi masyarakat luas bahwa ketela dapat diolah menjadi beragam makanan. ”Pada hari ini, kami mengajak ibu-ibu PKK untuk mengolah hasil ketela yang ada di Desa Bumiharjo untuk menjadi beragam olahan,” kata Catur. Ia mengungkapkan ada sekitar 20 tumpeng yang diarak dalam Kirab Grebeg Telo ini. Tumpeng-tumpeng tersebut berasal dari 19 RT yang ada di wilayah tersebut. “Masing-masing RT membuat satu tumpeng dan dari panitia satu tumpeng,” terangnya. Catur menambahkan, pihaknya berencana menggelar pasar budaya secara rutin dengan menggandeng seluruh komponen masyarakat. ”Kami berharap bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” pungkasnya. Foto: doc. borobudurnews.com

Kampung Premulung Surakarta, Sentra Perajin Alat Cap Batik

Kampung Premulung Surakarta, Sentra Perajin Alat Cap Batik

SURAKARTA – Selain Kampung Batik Laweyan dan Kauman, Kota Solo juga memiliki sentra kerajinan alat dan pembuatan batik. Sebut saja seperti Kampung Premulung, dan Sondakan. Tak hanya batik tulis saja, namun juga terdapat batik cap dan printing. Seperti halnya Kampung Premulung yang dikenal sebagai sentra kerajinan alat cap batik. Alat cap batik rata-rata dibuat dari tembaga. Namun, kini jumlah perajin cap batik di Solo telah berkurang dan hanya menyisakan beberapa saja. Kebanyakan dari mereka yang bertahan merupakan usaha turun menurun/ usaha keluarga yang masih dilestarikan. Mengutip dari laman surakarta.go.id, membuat alat cap batik tak semudah yang dibayangkan. Untuk membuatnya diperlukan ketelitian agar hasil cap batik rapi, detail dan indah. Mengingat tingkat kesulitan pada industri ini, maka diperlukan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki ketelitian ekstra. Oleh karena itu, perajin tersebut rata-rata telah berusia sekitar 40 hingga 60 tahun. Adapun bahan baku yang digunakan adalah tembaga. Apabila harga tembaga naik, maka harga cap batik pun ikut naik. Namun, jika bahan baku tembaga benar-benar tidak ada, hal itu bukanlah masalah karena kerajinan ini bisa diakali dengan menggunakan pipa tembaga bekas yang masih layak dan dibentuk lempengan untuk desain corak batik. Sehingga lebih menghemat biaya produksi. Dengan menggunakan alat cap batik, proses membatik akan lebih cepat dan menghasilkan pakaian batik yang lebih banyak dibandingkan dengan batik tulis. Oleh karenanya, keberadaan perajin ini harus tetap dilestarikan dan harus diturunkan ke generasi selanjutnya. Agar produksi alat cap batik tetap berjaya di tengah masyarakat. Foto: doc. surakarta.go.id

Nelayan Tegal Gelar Sedekah Laut Dengan Melarung 7 Kepala Kerbau

Nelayan Tegal Gelar Sedekah Laut Dengan Melarung 7 Kepala Kerbau

TEGAL – Nelayan di Kota Tegal selenggarakan Sedekah Laut dengan melarung tujuh kepala kerbau. Mereka berharap penyelenggaraan sedekah laut memberikan keberkahan dan menjauhkan mereka dari berbagai musibah. Setelah pembacaan doa, tujuh ancak dilarung menggunakan kapal Sea Rider, milik Mako Angkatan Laut Tegal. Sedangkan tamu VIP, Angkatan Laut Tegal juga menurunkan kapal Maribaya, termasuk Polres Tegal Kota menurunkan Kapal dari Kepolisian Air dan Udara (Polairud). Turut hadir dalam acara ini Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tegal, Forkopimcam Tegal Barat, Lurah Tegalsari dan Muarareja serta ribuan nelayan Kota Tegal. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Eko Susanto mengatakan acara Sedekah Laut Nelayan Kota Tegal dapat menjadi momentum untuk menghidupkan kebudayaan lokal setempat. Ia berharap ke depan acara seperti ini dapat berlangsung lebih meriah. “Semoga sedekah laut 2022 dapat berjalan lancar, dan ke depan juga bisa lebih meriah laggi, lebih mengena, satuan bisa lebih banyak lagi. Semoga nelayan Kota Tegal semakin maju dan sejahtera,” kata Eko, dikutip dari iNews Tegal. Lebih lanjut Eko berharap Pemerintah Kota Tegal supaya menyediakan alat pemadam. Hal ini untuk mengantisipasi agar kejadian kebakaran kapal tidak terulang kembali. Sementara itu, Wali Kota Tegal H Dedy Yon Supriyono mengatakan, rencana ke depan Pemerintah Pusat akan merevitalisasi Pelabuhan Perikanan Kota Tegal seluas 60 hektare. Diharapkan setelah revitalisasi pelabuhan mampu menampung Kapal-kapal ikan yang bersandar. “Ini salah satu upaya untuk menanggulangi kejadian kebakaran kapal di Kota Tegal,” kata Dedy Yon. Ia menghimbau kepada pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK) agar dapat bekerja sama untuk menjaga kapal masing-masing selama bersandar. “Perlu kerja sama yang baik, pemilik kapal dengan awak kapal, terkait penataan parkir, pemilik kapal memberikan edukasi kepada awak kapal, kapal yang bersandar harus ada yang bergiliran berjaga, aki dilepas,” kata Dedy Yon. Ia berharap tidak akan terjadi lagi kebakaran kapal seperti peristiwa sebelumnya. “Kompor juga dilepas, selain itu jika sedang menguras menggunakan pompa, agar tetap dijaga jangan sampai mesin terbakar,” ujarnya. Foto: Doc. Tribun Pantura

Warga Tegalgede Karanganyar Gempar Dengan Temuan Mayat Di Sungai Siwaluh, Tangan dan Kaki Terikat

Warga Tegalgede Karanganyar Gempar Dengan Temuan Mayat Di Sungai Siwaluh, Tangan dan Kaki Terikat

KARANGANYAR – Warga Tegalgede, Kabupaten Karanganyar gempar dengan adanya temuan mayat laki-laki di Sungai Siwaluh yang berada di desa setempat. Mayat tersebut ditemukan seorang warga dengan kondisi tangan dan kaki terikat rafia, pada Minggu (21/8/2022) Pukul 15.30 WIB. Menurut keterangan Ps Kasubsi Penmas Humas Polres Karanganyar, Bripka Sakti mengungkapkan, korban ditemukan dalam keadaan kedua kaki terikat rafia dan tangan kanan terikat dengan badan. “Posisi korban tangan kiri sudah terlepas dari ikatan, sementara kaki dan tangan kanan terikat rafia,” terangnya dikutip dari genpi.co. Sementara itu, pihaknya belum dapat menyimpulkan apa penyebab kematian mayat pria tersebut. “Untuk kepolisian belum dapat menyimpulkan terkait peristiwa tersebut jadi masih dalam pendalaman dan penyelidikan anggota di lapangan,” ungkapnya. Korban ini diketahui bernama Ngadiman (63) asal Tegalwinangun RT 03 RW 13, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Korban ditemukan oleh Sutono (50) warga Mulyorejo, Tegalgede, Karanganyar, saat hendak memancing. Saksi melihat korban dalam keadaan tengkurap terapung di aliran Sungai Siwaluh. Sementara itu, Komandan Markas SAR Karanganyar, Arif Sukro Yunianto, menjelaskan korban dibawa ke RSUD Karanganyar untuk dilakukan visum. “Informasi terakhir masih menunggu visum,” jelasnya. Foto: Doc. Humas Polres Karanganyar

Sebanyak 296 Ribu Batang Rokok Ilegal Diamankan Bea Cukai Kudus

Rokok Ilegal Kudus

KUDUS – Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Kudus mengamankan sebanyak 296.000 batang rokok ilegal. dari hasil penindakan ini diperkirakan potensi kerugian negara yang dapat diselamatkan mencapai Rp 228,77 juta. Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi KPPBC Tipe Madya Kudus, Dwi Prasetyo Rini mengatakan barang bukti rokok yang diamankan berjenis sigaret kretek mesin (SKM) sebanyak 296.000 batang. “Dari jumlah barang bukti tersebut, perkiraan nilai barang sekitar Rp 337,44 juta. Sementara potensi kerugian negara sebesar Rp228,77 juta” katanya dikutip dari Antara, Minggu (21/8/2022). Menurutnya potensi kerugian tersebut dihitung dari nilai cukai rokok yang dihitung berdasarkan tarif cukai sigaret kretek termurah sebesar Rp 600 per batang, ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 9,1% dikali harga jual eceran sekitar Rp1.020. Selanjutnya, nilai ini masih ditambah lagi dengan pajak rokok sebesar 10% dari nilai cukai. Dwi membeberkan penindakan terhadap pelanggaran cukai berawal dari informasi ada truk yang diduga mengangkut barang rokok tanpa pita cukai. Selanjutnya, tim Bea Cukai Kudus melakukan penyisiran di Jalan Lingkar Kudus-Pati pada Rabu (17/8). Tim lalu menghentikan truk yang dimaksud tersebut dan dilakukan pemeriksaan dan penindakan di depan Terminal Jati Kudus. Dari hasil pemeriksaan, pihaknya menemukan 37 karton rokok jenis SKM berbagai merek tanpa dilekati pita cukai. “Untuk keperluan pemeriksaan, sopir truk dan kernetnya dibawa ke kantor KPPBC Kudus,” imbuh dia. Sebagai informasi, jumlah penindakan terhadap pelanggaran pita cukai rokok maupun pelanggaran lainnya selama Januari hingga Juli 2022 sebanyak 68 kasus. Dari kasus rokok ilegal ini dengan nilai barang sebesar Rp 11 miliar dan potensi penerimaan negara sebesar Rp 7,4 miliar. Foto: Doc. Antara