Jowonews

Resep Sego Godog Magelang, Rasanya Istimewa dan Pedasnya Nendang

Resep Sego Godog Magelang, Rasanya Istimewa dan Pedasnya Nendang

Sogo godog adalah nasi berkuah khas Magelang, Jawa Tengah. Kuliner tradisional ini biasanya dijajakan warung di pinggir jalan Magelang dan Yogyakarta. Tak jarang karena kangen dengan kelezatannya, sebagian orang mencari-cari resep sego godog Magelang di internet. Sego godog pada awalnya digunakan sebagai salah satu hidangan untuk menyembuhkan gejala masuk angin. Pada saat itu, makanan ini sangat terkenal dan diminati oleh penduduk setempat dan maupun wisatawan. Nah, dari situlah kemudian mulai muncul warung dan tempat makan yang secara khusus menjual nasi rebus ini. Sega godog di tempat makan biasanya terbuat dari nasi, daging ayam, telur, dan sayuran. Bagi pecinta makanan pedas, Anda tidak perlu khawatir, karena menu sega godog ini nikmat disantap dengan rasa pedas yang nendang. Bagi yang ingin membuat sega godog, berikut ini resepnya. Resep Sego Godog Magelangan Bahan Cara Membuat

Es Puter Conglik Semarang, Legendaris dan Rasanya Eksotis

Es Puter Conglik Semarang, Legendaris dan Rasanya Eksotis

Jika ditanya mengenai saran makanan yang enak di Kota Semarang, mungkin sudah umum jika jawaban yang populer adalah tahu gimbal atau lumpia. Namun, adakah saran pilihan lain yang juga menjadi salah satu kuliner khas Semarang? Jawabannya ada. Cobalah untuk mengunjungi kedai Es Puter Conglik. Sebuah kedai es puter yang bersejarah di Semarang. Tempatnya terletak di Jl. Kyai Haji Ahmad Dahlan, Karangkidul, Semarang Tengah. Perihal jam operasional kedai ini, mungkin akan terasa aneh bagi sebagian orang. Es Puter Conglik buka saat waktu malam tiba. Tetapi setelah kamu merasakan kelezatan es puter ini, kamu baru akan menyadari bahwa es ini dapat dinikmati dalam segala kondisi, termasuk malam hari. Es Puter Conglik memiliki rasa yang benar-benar memanjakan lidah. Asal Mula Penamaan Es Puter Conglik Es puter ini telah ada sejak tahun 1982. Penciptanya bernama Sukimin, yang biasa dipanggil “kacung cilik”, karena sejak kecil ia bisa mencari uang sendiri.  Saat dia memulai usaha jualannya, banyak orang kemudian memanggilnya dengan sebutan “conglik”. Pada awalnya Sukimin berjualan disekitar Pecinan sambil membawa gerobak kecil. Sementara itu, metode pembuatan dan resep es krim buatannya merupakan warisan dari salah satu orang Belanda yang pernah ia temui sebelumnya. Perbedaan Es Puter dengan Es Krim Modern Es puter khas Semarang memiliki keunikan yang membedakannya dari berbagai jenis es krim modern yang sering kita jumpai saat ini, yaitu cara pembuatannya yang masih menggunakan metode tradisional. Bahan-bahan es krim itu ditempatkan ke dalam sebuah tabung besar dan kemudian disekitar tabung itu tambahkan dengan garam krosok agar tetap dingin dalam jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, jika es krim pada umumnya menggunakan campuran tepung, es puter tidak menggunakan bahan tersebut. Bahan-bahannya dibuat dari kelapa dan gula alami. Ragam Rasa Es Puter Semarang Ada empat variasi yang bisa Anda pesan. Mulai dari coklat, alpukat, kelapa hingga durian. Anda juga dapat memadukan berbagai varian tersebut sesuai keinginan. Rasa Es Puter Conglik Semarang ini tidak kalah dengan es krim modern. Dibuat dengan metode tradisional, es puter ini memiliki rasa yang khas dengan tekstur yang agak kasar saat dikunyah. Namun hal ini akan menghadirkan pengalaman berbeda dan unik saat dinikmati. Rasanya lezat dan terasa meleleh di mulut dengan perpaduan rasa manisnya yang pas. Es puter ini akan terasa semakin lezat apabila ditambahkan dengan berbagai pilihan toping. Porsi yang disajikan juga sangat melimpah, baik untuk es, maupun berbagai macam topingnya yang beragam. Mulai dari mutiara, roti, hingga sirup. Selain itu, pelanggan juga dapat menambahkan toping durian. Tertarik untuk datang ke sini? Silahkan untuk mengunjungi kedainya setelah pukul 6 sore sampai jam 11 malam. Jika akhir pekan tiba, pengunjungnya akan sangat banyak. Oleh karena itu, disarankan untuk datang sekitar jam 6 atau 7 malam, setelah kedai es puter ini mulai beroperasi. Satu porsi es puter conglik dihargai 20 ribu hingga 30 ribu sesuai dengan verian yang diinginkan.

Warung Kepala Ikan Manyung Bu Fat Semarang, Rasanya Bikin Kepala Mengangguk-angguk

Warung Kepala Ikan Manyung Bu Fat Semarang, Rasanya Bikin Kepala Mengangguk-angguk

Mangut adalah masakan yang biasa ditemukan di pantai utara Jawa, salah satunya di daerah Semarang, Jawa Tengah. Salah satu warung mangut yang terkenal adalah Warung Kepala Manyung Bu Fat Semarang. Restoran ini menggunakan ikan yang tidak umum diolah dengan bumbu mangut, yaitu ikan manyung, dan terkenal dengan rasa pedasnya yang membuat pelanggan berkeringat. Saat ini warung kepala manyung Bu Fat telah menjadi salah satu tujuan utama bagi pecinta kuliner saat mengunjungi Kota Semarang. Kepala Manyung Ibu Fat telah membuka tiga cabang di wilayah Semarang. Setiap hari warung ini tidak pernah sepi dari pelanggan. Terkadang, saat waktu makan siang tiba, seringkali pengunjung harus menunggu untuk mendapatkan tempat duduk, terutama di gerai utama yang berlokasi di Jalan Ariloka, Semarang Barat. Didirikan Bu Fat Tahun 1969 Restoran ini didirikan pada tahun 1969 di sebuah ruangan berukuran 3×3 meter yang dirancang oleh Fatimah dan sekarang dikenal sebagai “Bu Fat”. Sajian khas Kepala Ikan Manyung ini telah bertahan selama tiga generasi, atau hampir 50 tahun. Winda Riskayani, cucu Fatimah, kini ditunjuk sebagai penggantinya. Seiring berjalannya waktu, ada banyak penghargaan yang telah didapatkan Warung Kepala Ikan Manyung Bu Fat, seperti peringkat kedua dalam kategori Pelestari Kuliner Nusantara dari Festival Bango, serta beberapa penghargaan sebagai kuliner klasik dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang. Berbagai tokoh kenamaan seperti Yovie Kahitna, Ganjar Pranowo, Sudjiwo Tedjo, Yuni Sara, Tjahjo Kumolo, Bondan “Maknyus”, hingga Menlu Retno Marsudi semuanya pernah mencicipi soto pedas manyung ini. Bahan dasar ikan yang Kurang Populer Ikan Manyung merupakan jenis ikan laut yang dagingnya sering diolah menjadi ikan asin jambal roti. Sejak sekian lama, ikan ini kurang diminati sebagian besar orang. Mereka jarang yang mau mengolahnya baik dengan cara diasap atau dimasak dengan berbagai rempah-rempah. Kepala dan daging ikan manyung dipilih oleh Fatimah karena dagingnya gurih dan padat. Di warung ini, manyung yang disajikan berasal dari perairan Jepara, Cirebon, hingga Banyuwangi. Kemudian ikan tersebut dibawa ke pusat pengasapan ikan di Demak. Selanjutnya, ikan tersebut lalu dimasak dengan rempah-rempah yang dibuat oleh Bu Fat. Pada dekade 1970-1980, Bu Fat melakukan percobaan dalam memproses ikan manyung dengan menggunakan metode pengasapan dan membuat kuah mangut yang pedas. Menu tersebut berhasil mencuri perhatian para juri saat diuji dalam beberapa kompetisi memasak di Kota Semarang. Seiring berjalannya waktu, olahan manyung Bu Fat mendapat respon yang baik dari para pecinta kuliner. Banyak orang menyukainya dan semakin banyak orang penasaran dengan rasanya. Mempertahankan Cita Rasa Hingga Tiga Generasi Kelurga Fatimah menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam menjaga warisan resep selama hampir setengah abad. Menurut Winda, kegigihan sangat penting dalam mempertahankan rasa ikan manyung yang asli. Ikan yang ia pilih masih berasal dari perairan Pantai Utara, tempat yang sama seperti sebelumnya. Bumbu yang digunakan juga sama. Winda menguku, ia dapat menghabiskan lima kilogram cabai rawit dalam sehari untuk hidangan ikan manyung tersebut. Ikan manyung segar diasap di pusat pengasapan ikan Demak, kemudian dibawa ke dapur untuk dicampur dengan tumisan kuah mangut. Winda mengaku turun langsung untuk melihat proses pembuatan kuah yang khas tersebut. Menurutnya, agar cabai terasa paling pedas, ikan dan cabai dimasukkan terakhir setelah bumbu kuah diaduk dengan rata. Kemudian ikan dimasak dalam rendaman kuah tersebut selama kurang dari 30 menit. Setiap hari, satu warungnya mampu menjual 100 porsi ikan manyung setiap hari. Harga satu porsi kepala berkisar antara Rp 85.000 dan Rp 415.000, tergantung pada berat dan ukuran ikan, mulai dari porsi kecil hingga double jumbo. Bagi Anda yang ingin mencoba kuliner yang terkenal ini, dapat mengunjungi tiga lokasi Restoran Kepala Manyung Bu Fat, yaitu di Jalan Sukun, Banyumanik, dan Jalan Ariloka, Krobokan Semarang Barat, jam 07.00-19.00 WIB.

Nasi Kropokhan Demak, Kuliner Favorit Raja Pada Masa Lalu

Nasi Kropokhan Demak, Kuliner Favorit Raja Pada Masa Lalu

Rasanya kunjungan Anda ke Kabupaten Demak kurang lengkap apabila belum mencicipi khasnya, nasi kropokhan. Menurut Wikipedia, Raja Demak sangat menyukai nasi Kropokhan. Makanan ini dibuat dari daging kerbau dan labu putih, dengan kuahnya terbuat dari santan kuning, dan biasanya disajikan dengan nasi putih. Alasan mengapa daging kerbau dipilih dalam makanan ini bukanlah tanpa sebab. Faktanya, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan kuat dengan budaya Hindu pada masa lalu merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam sejarah Demak. Orang Hindu tidak memakan daging sapi karena menganggapnya sebagai hewan yang suci dan terhormat. Rasa Nasi Kropokhan Demak Di lidah, nasi kropokhan memiliki rasa yang segar dengan kombinasi rasa gurih, pedas, dan asam. Selain itu, daging kerbau yang diolah terasa empuk. Tidak hanya mengandalkan bumbu rempah, nasi kropokhan menjadi lebih nikmat dengan tambahan beberapa daun kedondong. Selain memberikan sensasi asam, daun kedondong juga diyakini memiliki kemampuan untuk mengurangi kadar kolesterol pada daging dan santan. Cabai yang dipakai dalam masakan ini masih tersimpan dengan baik. Nasi kropokhan sendiri sudah sangat langka di Demak. Hanya beberapa warung di pinggiran jalan saja yang menjualnya. Salah satu pedagang sego kropokhan bisa ditemui adalah Erlina Yunita. Ia membuka warung di Jalan Bhayangkara dekat Rumah Sakit Sunan Kalijaga. Wanita asal Padang, Sumatera Barat, ini mengaku memasak kropokhan berdasarkan resep warisan ibu mertuanya yang asli Demak. Dia pun berharap bisa terus mengenalkan sego kropohan ke anak cucunya. Dia mengatakan bahwa penggemar nasi kropohan di warungnya berasal dari berbagai jenis kalangan, mulai dari pelanggan setia, penduduk setempat, dan mereka yang mencari kuliner khas Demak. Pelanggan hanya perlu membayar Rp 15 ribu untuk seporsi sego kropohan ini.

Sego Ndoreng Khas Demak, Kuliner Legendaris Sejak Masa Kerajaan

Sego Ndoreng Khas Demak, Kuliner Legendaris Sejak Masa Kerajaan

Sega ndoreng atau nasi ndoreng adalah satu dari beberapa kuliner khas Demak turun temurun sejak masa kejayaan Kerajaan Demak Bintoro. Secara umum, nasi ndoreng mirip dengan pecel dalam hal komposisi sayuran dan bumbu kacang. Namun, ternyata cara memasak bumbu dan penyajian nasi ndoreng berbeda dengan pecel. Nasi ndoreng ini terdiri dari nasi yang dikukus kemudian ditumpuk di atasnya dengan sayuran yang direbus lalu diguyur dengan bumbu kacang. Setelah itu, pada bagian atasnya ditaburi “uyah goreng” dan nasi ndoreng pun siap disajikan dalam “pincuk” (wadah makanan tradisional, biasanya terbuat dari daun pisang atau daun jati yang dilipat menjadi segitiga, seperti kerucut dengan sematan lidi di bagian ujungnya). Dikutip dari laman resmi pariwisata Demak, masakan legendaris nasi ndoreng asal Demak ini sangatlah unik. Nasi ndoreng disajikan dengan tambahan “uyah goreng”. Uyah goreng merupakan sejenis serundeng yang terbuat dari kelapa parut yang kemudian dibumbui dan disangrai tanpa minyak hingga berwarna kecokelatan dengan rasa asin dan gurih. Nasi ndoreng ini terdiri dari nasi yang dikukus kemudian ditumpuk di atasnya dengan sayuran yang direbus lalu diguyur dengan bumbu kacang. Penyajian Nasi Ndoreng Penyajian nasi ndoreng saat akan dinikmati adalah dengan cara dipincuk. Pincuk adalah cara penyajian makanan dalam wadah makanan tradisional yang terbuat dari daun pisang atau daun jati yang dilipat menjadi segitiga, seperti kerucut dengan sematan lidi di bagian ujungnya. Inilah yang menjadi ciri khas nasi ndoreng.

Selat Solo, Steak Ala Eropa Khas Jawa

Selat Solo, Steak Ala Eropa Khas Jawa

Selat Solo adalah hidangan khas Solo yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Selat Solo merupakan salah satu dari banyak kuliner khas Kota Surakarta yang terkenal di kalangan wisatawan. Di balik kelezatannya, ternyata hidangan ini adalah perpaduan antara masakan Eropa dan Indonesia yang dikenal dengan nama Bistik Jawa. Selat Solo memiliki rasa manis, asam, dan gurih. Hidangan ini memiliki aroma rempah yang khas. Selat Solo atau Bistik Jawa adalah hidangan daging yang diolah dengan berbagai jenis sayuran. Warna coklat pada hidangan ini berasal dari penggunaan kecap. Dahulu, hidangan bistik Jawa ini hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan, namun sekarang mudah ditemui di berbagai restoran. Sejarah Selat Solo Menurut buku Etnografi Kuliner Makanan dan Identitas Nasional (2021) oleh Adzkiyak, selat Solo pertama kali muncul ketika Benteng Vastenburg yang terletak di depan gerbang Keraton Surakarta mulai dibangun. Makanan ini merupakan hasil dari pertemuan dan rapat yang sering diadakan oleh pihak Keraton dan pihak Belanda. Pada pertemuan tersebut, selalu disajikan makanan yang tidak cocok di mana orang Belanda harus diberikan daging saat makan sedangkan pihak Keraton terbiasa makan makanan dengan sayuran. Keluhan kedua pihak tersebut kemudian direspon dengan menciptakan menu baru yang menggabungkan bahan-bahan seperti wortel (wortelen), selada (sla), kentang (aardappel), buncis (boon), mentimun (komkommer), telur (ei), dan saus kecap (sojasaus) serta saus mayones. Selat Solo merupakan perpaduan bistik dan salad. Penggunaan nama selat berasal dari kata “slachtje” yang berarti salad. Dagingnya disebut steak yang berasal dari bahasa Belanda, “biefstuk”. Di Eropa, daging untuk steak disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang. Raja-raja Kasunanan Solo tidak terbiasa makan daging seperti itu. Oleh karena itu, daging yang seharusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti, dan telur. Bahan-bahan ini dicampur, kemudian dibentuk seperti lontong dan dibungkus daun pisang. Selanjutnya, bahan tersebut dikukus sampai matang. Daging yang sudah matang didinginkan. Setelah itu, diiris tebal dan digoreng dengan sedikit margarin. Penyajian Selat Solo Selat Solo disuguhkan dengan sayuran seperti wortel dan buncis yang direbus, tomat, dan daun selada. Untuk memberikan rasa kenyang, steak juga disajikan dengan kentang goreng. Di atas daun selada biasanya ditambahkan saus mustard. Terkadang ada yang menambahkan acar mentimun. Ciri khas lain dari Selat Galantin terletak pada kehadiran telur rebus. Gabungan steak dan salad sayuran membuat Selat Solo terlihat berwarna-warni sehingga menggoda siapa pun untuk segera menikmatinya. Sama seperti steak, Selat Solo juga diberi taburan lada hitam bubuk dengan butiran sedikit kasar sehingga memberikan sedikit sensasi pedas. Untuk sausnya, tercium pula aroma pala. Penyajian Selat Solo sangat berbeda dengan penyajian steak khas Eropa. Selat Solo disajikan dengan rempah yang cukup kuat dan disajikan dalam keadaan dingin. Sedangkan steak Eropa biasanya disajikan tanpa rempah dan disajikan dalam keadaan panas.

Wajik Kletik Gula Jawa, Jajanan Legendaris Khas Banjarnegara

Wajik Kletik Gula Jawa, Jajanan Legendaris Khas Banjarnegara

Wajik kletik gula jawa adalah salah satu hidangan khas Banjarnegara yang sangat sayang untuk dilewatkan. Hidangan tradisional ini masih dibuat dengan cara yang sangat tradisional, dengan memasaknya menggunakan tungku tanah liat selama 4 jam. Makanan ringan ini memiliki rasa manis yang khas dan alami. Wajik kletik gula jawa memiliki tekstur yang keras, memberikan sensasi kletik-kletik dari beras, dan meleleh di mulut saat dimakan dengan rasa manis yang khas dan alami. Hidangan ini merupakan makanan khas dari Kalibening, Banjarnegara. Makanan ringan ini bisa dijadikan sebagai oleh-oleh dan bisa ditemukan di pegunungan utara Banjarnegara, tepatnya di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, atau bisa ditemukan di jalur Pekalongan-Dieng. Wajik kletik asal Banjarnegara ini termasuk dalam kategori makanan ringan yang legendaris. Saat ini, salah satu produsen Wajik Kletik, Tika Suryati merupakan generasi keempat. Cara Membuat Wajik Kletik Untuk menjaga konsistensi cita rasa, ia mengakui masih menggunakan metode yang dilakukan oleh pendahulunya. Salah satunya dengan tetap menggunakan kayu bakar dan tanpa zat pengawet. Proses pembuatan, pertama gula merah dicampur dengan beras ketan dan kelapa dalam panci besar. Biasanya, ini diaduk selama 4 jam secara terus-menerus untuk menghasilkan rasa yang sempurna. Setelah matang, siapkan peralatan untuk mencetak. Kemudian cetak adonan jangan sampai dingin, jika dingin akan mengeras dan tidak bisa dicetak. Setelah selesai dicetak, kemudian dijemur agar wajik bisa bertahan lama, karena tidak menggunakan zat pengawet dan zat pewarna. Wajik kletik ini biasanya digunakan saat ada perayaan seperti pernikahan, pengajian, dan juga syukuran. Selain itu wajik khas Banjarnegara ini juga dapat digunakan sebagai oleh-oleh.

Rekomendasi Oleh-oleh Semarang untuk Keluarga di Rumah

Rekomendasi Oleh-oleh Semarang untuk Keluarga di Rumah

Rekomendasi oleh-oleh Semarang berikut ini mungkin bisa menjadi referensi Anda saat berkunjung ke Kota Atlas. Kota Semarang dinilai sebagai kota dengan nilai budaya Jawa Tengah yang kuat. Karena itu, kota ini hampir tak pernah sepi oleh wisatawan. Tentunya, setelah berkunjung, mereka mencari oleh-oleh Dikutip dari artikel Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang Sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi Wisata Kuliner Jawa Tengah yang ditulis Novia Rochmawati, Nailah, dan Imam Oktariadi, masyarakat Semarang cenderung menyukai hidangan dengan rempah-rempah yang sederhana. Selain itu, rasa hidangan di Semarang terkenal akan kepedasannya. Rekomendasi Oleh-oleh Makanan Semarang Sambal Goreng Semarang Sambal Goreng Semarang sering kali disuguhkan pada acara santap bersama. Komposisinya terdiri dari kentang, telur, dan hati ampela ayam. Komponen kuliner ini terdiri dari sambal merah yang terbuat dari cabai, bawang bombay dan bawang putih, kemiri, hingga daun salam. Di tempat lain, Sambal Goreng Semarang sering juga dikenal sebagai sambal goreng ati. Pindang Serani Pindang Serani dikenal dengan pembuatannya yang cukup sederhana. Menurut artikel Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang Sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi Wisata Kuliner Jawa Tengah oleh Novia Rochmawati, Nailah, dan Imam Oktariadi, metode memasak hidangan ini dilakukan dengan merebus ikan pindang bersama bumbu-bumbu dapur, seperti garam, bawang putih, bawang merah, cabai, tomat, dan serai. Glewo Koyor Glewo Koyor sebenarnya adalah nasi berkuah kelapa dengan lauk daging sapi. Sajian ini, meskipun terkenal di Semarang, keberadaan kuliner ini kini semakin langka. Kuliner yang satu ini memiliki rasa kelapa yang lezat, dan umumnya disantap dengan keripik emping. Mie Titee Mie Titee menggabungkan hidangan mie kuning yang tebal dengan hiasan daging babi dan udang kecil. Supnya jernih dan lezat, dicampur dengan berbagai jenis sayuran seperti sawi dan kecambah. Makanan Mie Titee juga dikenal sebagai makanan khas China. Lontong Cap Gomeh Lontong Cap Gomeh tidak hanya terkenal di Semarang tetapi juga di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Lauk utamanya adalah opor ayam, sayur labu siam, sambal goreng ati, tepung kedelai, dengan taburan bawang goreng. Menariknya, makanan ini adalah perpaduan dari budaya Jawa dan Cina. Rekomendasi Oleh-oleh Minuman Semarang Wedang Tahu Wedang Tahu yang terkenal di Semarang sering disebut sebagai Tahwa di tempat lain. Proses pembuatannya dilakukan dengan merendam kedelai segar selama semalam, kemudian dibersihkan kulitnya. Setelah itu, kembang tahu disajikan dengan jahe dan kacang-kacangan. Wedang kacang Seperti namanya, wedang atau minuman panas ini menggunakan kacang tanah sebagai bahan utamanya. Rasanya manis, berstruktur, dan panas. Es Gempol Es Gempol memadukan gempol atau adonan tepung beras yang tercampur dengan siraman kuah santan dan gula. Untuk menghasilkan gempolnya, dibutuhkan tepung beras, tepung sagu, air hangat, dan garam yang cukup. Sedangkan gula yang dimaksud adalah kombinasi gula merah, daun pandan, air, dan garam. Jamu Jun Siapa yang bilang jika oleh-oleh jamu tidak menarik? Malahan, Jamu Jun asal Semarang ini dianggap istimewa karena dibuat tidak hanya dari satu, melainkan 12 macam rempah sekaligus. Nama jun itu sendiri diambil dari tempat penyimpanannya, yaitu gerabah yang mirip dengan kendi. Es Kombor Jika belum pernah mendengar nama Es Kombor sebelumnya, ini adalah minuman kuno yang terkenal pada tahun 80-an. Sampai sekarang, Es Kombor masih ada, tetapi sudah mulai jarang dijual. Rasa Es Kombor pekat akan tape yang manis, asam, dan menyegarkan. Rekomendasi Oleh-oleh Camilan Semarang Lumpia Jika kita berbicara tentang Lumpia Semarang, sepertinya banyak orang yang sudah mengenal makanan khas yang terkenal ini. Pada umumnya, Lumpia Semarang diisi dengan bambu muda, telur, ayam, atau udang. Disajikan dengan tambahan serai, cabai kecil, atau saus pedas. Wingko Babat Makanan ringan lain yang tidak kalah terkenal adalah Wingko Babat. Gabungan beras ketan dan serutan kelapa yang khas, membuat Wingko Babat tidak pernah terlewatkan dari saran oleh-oleh khas Semarang. Oleh karena itu, tidak sulit menemukan warung-warung yang menjual Wingko Babat ini. Kue Ganjel Ril Kue Ganjel Ril memiliki bentuk persegi panjang, dengan warna yang kecoklatan. Nama Ganjel Ril sendiri bermakna pengganjal atau penopang rel kereta. Karena bentuknya yang menyerupai penopang rel kereta api itulah yang membuat kue ini disebut sebagai Kue Ganjel Ril. Ketan Salak Saat berkunjung ke Semarang, ketan salak ini tak patut Anda pertimbangkan sebagai oleh-oleh. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ketan salak antara lain beras ketan, gula aren, daun pandan, serutan kelapa, garam, dan air. Warna ketan salak ini mayoritas coklat, dengan rasa yang manis, kenyal, dan gurih. Serabi Kucur Serabi Kucur memiliki bentuk bundar yang lembut. Makanan ringan ini terbuat dari tepung beras dan kelapa yang dipanggang di wajan kecil. Oleh karena itu, rasa Serabi Kucur mudah dikenali karena kombinasi manis dan gurih yang menyatu.