Jowonews

Soto Garing Klaten, Meski Tanpa Kuah Tak Kalah Lezatnya

Saat ingin menyantap makanan berkuah banyak yang segar pasti salah satu pilihan tertuju pada soto karena soto identik dengan semangkuk kuah yang segar. Namun, di Klaten ada soto yang disajikan tanpa kuah. Bahkan soto yang biasanya disajikan di mangkok, soto ini disajikan di piring karena tanpa kuah. Soto Garing Klaten atau biasa orang menyebutnya toring, garing yang berarti kering.

Tidak semua warung soto di Klaten menyajikan kuliner unik ini. Jika penasaran, bisa ke Warung Soto Garing Bu Yanti yang merupakan salah satu pelopor soto garing. Lokasi tepatnya berdekatan dengan pasar tradisional Delanggu di antara gang pemukiman di Dusun Jogosatron, Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu, Klaten. Tidak jauh dari Warung Soto Bu Yati terdapat wisata air yang terkenal seperti Umbul Ponggok.

Pemilik warung ini, Sudiman, (72 tahun) sudah sejak 1973 mencetuskan sajian soto tanpa kuah ini. Yang hingga kini digemari pelanggannya yang tidak hanya berasal dari Klaten saja, tapi dari berbagai kota seperti Surabaya dan Jakarta.

Soto garing isiannya berupa nasi putih yang diberi tambahan topping seperti soto pada umumnya yaitu tauge, kubis, seledri, dan suwiran ayam kampung. Bedanya, bukan diberi semangkuk kuah segar tapi disiram kecap asin khas dan sedikit kuah kaldu kekuningan yang dibuat dari daging ayam dan daging sapi yang hanya sedikit membasahi topping soto tersebut.

Sebenarnya, di Warung Soto Bu Yati juga menyediakan soto dengan semangkuk kuah yang terpisah. Namun, karena warung ini unik dengan sajian soto garing maka pelanggannya justru lebih sering memesan soto garing.

Soto garing dapat dinikmati dengan tambahan topping yang tersedia seperti, jeroan sapi ataupun gorengan.

BACA JUGA  Oleh-oleh Grobogan Terbaik Untuk Keluarga Tercinta di Rumah

Sudiman mengatakan, masa keayaan soto garing pada era 1980-an saat pabrik karung di Delanggu masih beroperasi, para pekerjanya banyak yang sarapan di warungnya. Saat itu dalam sehari bisa menghabiskan 1 kuintal beras dan babat hingga 25 kg. Tapi saat ini, seiring berjalannya waktu, pelanggannya bergeser ke berbagai kota, provinsi yang melakukan perjalanan jauh maupun warga lokal seusai pulang ibadah dari masjid atau gereja di sekitarnya.

Saat ini Warung Soto Garing Bu Yati sudah dikelola generasi kedua yang merupakan anak Sudiman, Muhammad Irham atau yang biasa akrab disapa Dodo.

Warung Soto Bu Yati buka sejak subuh hingga pukul 14.00 WIB. Pelanggan juga tak perlu merogoh kocek dalam-dalm untuk mendapatkan satu porsi soto garing ini. Soto garing Bu Yati hanya dijual Rp 6000 – Rp 10000 disesuaikan dengan tambahan topping yang diinginkan.

Berkat kepopuleran soto garing milik Sudiman, saat ini sudah menjamur menu yang sama di warung soto lainnya di wilayah Delanggu hingga Klaten. Sudiman bertekad akan terus mempertahankan cita rasa soto garing yang dirintis bersama istrinya dengan meneruskan tiga warung sotonya kepada anak-anaknya sebagai penerusnya.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait