Jowonews

Warung Duwur Blora, Keindahan Pemandangan Dari Bentangan Alam

Warung Duwur Blora, Keindahan Pemandangan Dari Bentangan Alam

Warung Duwur Blora Garden (WDB) merupakan salah satu wisata alam yang tergolong baru di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di lokasi ini wisatawan dapat menikmati pemandangan alam dan hutan blora dari atas bukit. Bahkan, pabrik Semen Indonesia di kawasan Rembang juga terlihat jelas di bukit ini. Berbagai fasilitas wisata yang ditawarkan dapat menginspirasi masyarakat tidak hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk menciptakan karya seperti foto, video, dan artikel yang menginspirasi. Untuk menikmati panorama alam yang memanjakan mata, pengunjung juga disediakan, kursi atau bangku dan tanaman yang dibentuk menyerupai hewan untuk berswafoto dengan latar panorama alam. Selain menyediakan beberapa tempat berteduh (gazebo) untuk acara keluarga, komunitas, forum dan tempat lainnya. Di tempat yang bebatuannya kokoh ini juga dicanangkan sebagai objek olah raga dan alam yang siap memanjakan pengunjung. Berbagai tanaman, bunga, dan permainan pemacu adrenalin lainnya untuk ditemukan dan diunggah oleh para pecinta fotografi ke jejaring sosial. WDB Garden telah dibuka dan siap dikunjungi pengunjung dengan biaya masuk yang relatif terjangkau yaitu Rp 5.000/orang. Indah, salah satu pengunjung mengaku sering datang ke taman Warung Duwur Blora ini, mengaku terkesan dengan pemandangan di lokasi wisata alam ini. “Tempatnya sejuk, pemandangannya indah. Bunganya juga banyak,” kata Indah dikutip dari tribunmuria.com, Sabtu (18/2/2023). Perempuan asal Desa Gedangdowo, Jepon ini kerap datang ke sini saat akhir pekan, karena kakak perempuannya juga merupakan warga desa tersebut. “Sabtu dan Minggu biasanya saya main ke sini. Saya main ke rumah kakak saya dan saya lanjut main ke sini. Saya ke sini sama teman-teman sekelas. Saya berharap ini akan lebih bagus dan bersih. Untuk dasarnya oke. Bisa lihat pabrik semennya,” harap Indah. Penjaga warung di WDB Garden, Jhon mengungkapkan, wisata ini dibangun pada Januari 2021. Wisatawan yang berkunjung tidak hanya dari Blora saja, melainkan juga dari Rembang dan Purwodadi, kata Jhon. Jhon mengatakan tempat ini paling ramai pada hari Sabtu dan Minggu. “Dari segi fasilitas, ada toilet, warung, dan area lesehan untuk selfie,” kata Jhon. Warung yang ditunggunya pun menjadi satu-satunya warung yang menjual makanan dan minuman ringan. “Semoga dengan adanya taman ini dapat membantu membangun kawasan Blora yang terus berkembang, khususnya di bidang pariwisata,” harap Jhon. Ketika di lokasi, para wisatawan juga dapat menikmati minuman seperti kopi, susu dan teh, serta mie rebus yang dapat dibeli di warung di sekitar area wisata. Karena WDB Garden mengusung tema Love of Nature, pengunjung diminta untuk tidak mencabut atau merusak tanaman yang dirawat. Untuk menuju lokasi WDB Garden sangatlah mudah. Warga bisa menempuh jalan dari Pertigaan Seso, Kabupaten Jepon, ke arah utara menuju Desa Soko, Kabupaten Jepon. Atau bisa dimulai dari perempatan pasar Sendangharjo kabupaten Blora, melewati desa Tempuran kemudian menuju desa Soko. Saat tiba, para tamu dapat parkir di sekitar taman WDB yang telah ditata. Kemudian, untuk mencapai puncak bukit, pengunjung bisa berkeliling sambil menikmati pesona alam yang ada. Ingat, pastikan Anda memiliki memori kamera yang cukup untuk menyimpan foto ke lokasi taman WDB. Karena ada begitu banyak mata pelajaran yang menarik untuk direkam. Bagi pecinta kuliner, tidak perlu khawatir. Karena WDB Resto juga menyediakan berbagai hidangan dan minuman seperti ikan bakar dan lain-lain. Termasuk penginapan juga telah disediakan bagi pengunjung yang ingin berlama-lama di lokasi. Lokasi WDB Garden sebenarnya digagas sebagai tujuan wisata khas dengan memanfaatkan potensi daerah. Hal ini untuk mendukung promosi sektor pariwisata Kabupaten Blora yang disebut “Ayo Dolan Blora”. 

Bledug Kuwu Grobogan, Keajaiban Semburan Lumpur yang Jadi Berkah

Bledug Kuwu Grobogan, Keajaiban Semburan Lumpur yang Jadi Berkah

Bledug Kuwu adalah kawah unik di Wirosari, Grobogan, Jawa Tengah. Setiap dua hingga tiga menit, kawah ini memuntahkan lumpur yang mengandung garam ke udara. Namun proses erupsi tidak berlangsung seketika melainkan berlangsung secara bertahap. Bledug Kuwu Grobogan memuntahkan air asin, yang kemudian digunakan penduduk setempat untuk membuat garam. Penduduk setempat juga percaya bahwa Bledug Kuwu adalah tempat yang menghubungkan pantai selatan atau Samudera Hindia. Seiring keberjalanan waktu, posisi kawah terus berpindah-pindah. Tapi ada dua tempat di mana lumpur dan garam terus keluar. Penduduk setempat menyebut kawah di sebelah timur itu sebagai Mbah Jokotua dan Mbah Rodenok. Pengunjung dapat menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan ini dari jarak sekitar 10 hingga 20 meter. Selain pemandangan alam yang luar biasa, profesi pembuat garam yang dilakukan oleh penduduk sekitar kawah juga merupakan momen yang sayang untuk dilewatkan. Legenda Bledug Kuwu Berdasarkan cerita rakyat yang ada di masyarakat Grobogan, Bledug Kuwu terhubung dengan Laut Selatan. Kawah Bledug Kuwu disebut-sebut sebagai jalur pulang Jaka Linglung dari Laut Selatan menuju Medang Kamulan. Asal usul Bledug Kuwu berawal dari kekalahan Dewata Cengkar dalam pertarungan dengan Aji Saka. Setelah kalah, Dewata Cengkar kemudian melarikan diri ke Laut Selatan dan menjelma menjadi Bajul Putih atau Buaya Putih. Sementara itu, Aji Saka yang memimpin/memerintah Medang Kamulan, kedatangan seorang siluman naga bernama Jaka Linglung. Jaka Linglung dalam kondisi sangat memprihatinkan. Dia pergi menemui Aji Saka dan mengaku sebagai anaknya. Aji Saka tidak mau mengakui Jaka Linglung sebagai anaknya karena fisiknya yang buruk. Namun, Aji Saka kemudian menggunakan kesaktian Jaka Linglung untuk membunuh Dewata Cengkar di Laut Selatan. Jaka Linglung kemudian menerima amanat dari Aji Saka. Sebelum anak itu pergi, Aji Saka memberi tahu Jaka Linglung bahwa jika dia memenangkan perang dengan bajul putih, dia tidak boleh kembali melalui jalur darat, tetapi harus melalui jalur bawah tanah. Aji Saka merencanakannya karena tidak ingin publik mengetahui tentang Jaka Linglung. Ia juga khawatir Jaka Linglung menjadi bahan pembicaraan. Belakangan, Jaka Linglung membunuh bajul putih, jelmaan Dewata Cengkar itu. Untuk membuktikan bahwa Jaka Linglung pergi ke Laut Selatan dan membunuh Dewata Cengkar, ia membawa serta seikat rumput grinting wulung dan air laut yang asin. Jaka Linglung akhirnya pulang lewat perut bumi, dia keluar beberapa kali ke daerah kampung Ngembak (sekarang daerah kota kecamatan Purwodadi), lalu ke Jono (kecamatan Tawangharjo), lalu Grabagan, Crewek , dan terakhir Kuwu. Ketiga lokasi tersebut berada di wilayah Kradenan. Saat itu di Kuwu, konon Jaka Linglung sempat bersantai. Sedangkan tempat munculnya Jaka Linglung dari dalam tanah kini diyakini sebagai sumber kemunculan Bledug Kuwu. Daya Tarik Wisata Bledug Kuwu Dalam bahasa Jawa, bledug artinya letusan, sedangkan kuwu artinya semburan, juga diambil dari nama desa tempat kawah lumpur itu berada. Saat memasuki tempat wisata seluas 45 hektar ini, pengunjung dapat menyaksikan langsung semburan lumpur yang menyembur dari dalam tanah dan dapat berlangsung selama 2 hingga 3 menit, serta ketinggian semburan dapat mencapai 1-10 meter. Semburan lumpur dapat muncul seluas 100 meter dengan diameter 1 hingga 3 meter dan berbentuk kubah. Kemunculannya juga akan dibarengi dengan suara gemuruh dan gelembung-gelembung akan membesar hingga akhirnya meledak. Letusan juga diketahui mengandung gas dan air asin. Uniknya, lokasi letusan ini juga berpindah-pindah dan meletus secara berkala. Selain melihat longsoran lumpur, pengunjung juga mendengar suara seperti air mendidih.   Fenomena ini merupakan pelepasan air dan lumpur dari sedimen laut purba yang menyembur akibat tekanan vertikal air. Semburan lumpur di Bledug Kuwu disertai asap putih dengan tinggi rata-rata tiga meter. Namun pada saat-saat tertentu, biasanya pada pagi hari saat cuaca mendung atau udara lebih sejuk, letusan bisa lebih hebat. Di Bledug Kuwu juga terdapat beberapa kawah, yang terbesar adalah kawah Jaka Tuwa di sebelah timur dan kawah yang lebih kecil bernama Rara Denok di sebelah barat. Fenomena alam di situs ini juga dikenal sebagai vulkanisme lumpur, di mana cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti metana terekstrusi (cairan yang bergerak aktif untuk mencapai permukaan). Namun, suhu di gunung lumpur ini lebih rendah dan tidak mengeluarkan magma. Material yang keluar serupa butiran sangat halus yang yang tersuspensi dalam cairan, seperti air atau hidrokarbon. Dengan temperatur mendapatkan tekanan sedimen yang menghasilkan gas metana dan sedikit mengandung karbon dioksida dan nitrogen. Meski bisa dilihat dari jarak dekat, pengunjung harus berhati-hati agar tidak jatuh. Memang, meski tanah yang Anda pijak tampak keras, sebenarnya cenderung lembek dan tidak sekeras kelihatannya di luar, karena di dalamnya masih becek dan terkadang terasa goyah. Tanah di kawasan ini juga banyak mengalami keretakan, terik matahari juga membuat udara panas dan berdebu. Untuk kenyamanan beraktifitas ketika menjelajahi Bledug Kuwu, sebaiknya pengunjung menggunakan masker dan kaca mata. Lumpur Bledug Kuwu untuk membuat garam Kandungan garam dari semburan lumpur tersebut rupanya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk membuat garam dengan cara tradisional. Masyarakat juga sering melakukan kegiatan pengolahan garam di lokasi wisata dan wisatawan dapat menyaksikan bagaimana penduduk setempat mengumpulkan dan mengolah garam. Membuat garam dari lumpur juga menjadi salah satu keistimewaan Bledug Kuwu karena letaknya yang cukup jauh dari laut. Oleh masyarakat, air dari dataran garam dialirkan melalui parit buatan kemudian ditampung di kolam. Air semburan, yang disebut air bleng, dikumpulkan dan dituangkan ke dalam klakah, batang bambu yang dibelah menjadi dua bagian. Setelah itu klakah yang sudah diisi air dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung. Kadang-kadang dipercikkan air bleng dan kemudian didiamkan hingga membentuk kristal garam. Jika kristal garam sudah terbentuk, segera dikerok dan dikumpulkan di dalam wadah bambu. Konon, garam dari daerah ini rasanya lebih enak daripada garam dari air laut, garamnya sendiri lebih putih, bersih dan teksturnya lebih halus. Garam Bledug Kuwu mengandung mineral utama berupa kalsium, kalium, natrium dan klorin. Setelah diolah, garam ini aman untuk dikonsumsi. Bahkan, garam Bledug Kuwu juga sudah digunakan sejak zaman dahulu di dapur keraton Kasunanan Surakarta. Kandungan garam Bledug Kuwu diketahui berasal dari air laut yang terperangkap di bebatuan. Memang daerah Grobogan pada jaman dahulu berupa dasar laut yang kemudian mengalami peninggian permukaan. Selain digunakan untuk membuat garam, semburan lumpur juga digunakan untuk membuat kerupuk karak, makanan ringan yang terbuat dari nasi yang dicampur bumbu. Selain itu, lumpur yang mengandung garam ini juga dikenal sebagai krim lulur yang dapat … Baca Selengkapnya

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng diambil dari bahasa Jawa kawi yang berarti tempat para dewa berada. Dieng merupakan dataran tinggi yang memiliki banyak kawah aktif hingga saat ini. Dataran Tinggi Dieng yang membentang di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah, merupakan kawasan pegunungan dengan sejarah geologis yang panjang. Proses geologis yang terjadi di sana telah menciptakan kawah dan danau yang tersebar di beberapa tempat. Meski kini dijadikan objek wisata, Dieng sebenarnya merupakan gunung api aktif yang rutin dipantau oleh Badan Geologi. Ahli vulkanologi melaporkan bahwa Dataran Tinggi Dieng terjadi 3,6 juta tahun yang lalu sekitar 2.500 tahun yang lalu. Di Dieng, terjadi fase letusan Gunung Prau yang disusul letusan di kawasan kaldera. Serta yang termuda dimulai 8.500 tahun yang lalu ketika terjadi letusan gunung api berbentuk kerucut di selatan Dieng. Masyarakat umum mengenal Dieng sebagai tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah bak surga. Dihimpun dari berbagai sumber, asal usul nama Dieng berasal dari bahasa Jawa Kawi yang terdiri dari dua kata. Yaitu, Di berarti tempat atau gunung dan Hyang berarti Tuhan. Jadi, Dieng secara harfiah berarti Gunung tempat para Dewa berada. Para ahli mengatakan bahwa Dieng bukanlah gunung api yang mengacu pada satu gunung api. Namun kompleks vulkanik yang mengarah ke kawasan Dieng ini merupakan rangkaian gunung api yang tercipta dari magma bawah tanah dalam jumlah besar. Dari citra satelit, kawasan Dieng terlihat seperti massa vulkanik besar yang hancur akibat letusan. Ini kemudian membentuk puncak gunung api baru di sekitar gunung api tua di tengah Cekungan Dieng. Gunung Api Dieng terbentuk dari subduksi lempeng samudera Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Sundaland. Gunung api Dieng terbentuk dari masa Pleistosen (2,58 juta tahun yang lalu) hingga Holosen. Meski merupakan gunung api, potensi bencana tidak terjadi berupa letusan, lelehan lahar, maupun hujan abu. Ancaman utama terletak pada rangkaian kawah aktif yang mengeluarkan gas belerang dengan konsentrasi tinggi. Kawah Dieng Beberapa kawah yang masih aktif di Dieng adalah kawah Sinila, Sikidang, Sileri dan Timbang. Dari sederet kawah, Dinas Geologi menyebut Timbang adalah yang paling berbahaya karena mengandung gas beracun dalam jumlah besar. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Kawah Timbang memiliki retakan berisi gas berbahaya. Jika aktivitas meningkat, kawah akan mengeluarkan gas berupa hidrogen sulfida dan karbon dioksida yang bersifat racun dan membahayakan kehidupan organisme. Lokasi kawah ini cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, aktivitasnya saat ini terus mendapatkan perhatian.

Pohon Pengantin Salatiga, Keindahan Dibalik Mitos Yang Melingkupi

Pohon Pengantin Salatiga, Keindahan Dibalik Mitos Yang Melingkupi

Pohon Pengantin Salatiga pada dasarnya bukanlah tempat wisata, namun karena keindahan pemandangan dan keunikannya, banyak orang yang kemudian tertarik untuk mengunjunginya. Salatiga merupakan kota kecil yang sejak dulu sudah diakui keindahannya. Sampai sekarang kota ini juga banyak menawarkan lokasi wisata yang indah. Salah satunya Pohon Pengantin. Pohon Pengantin sebetulnya bukan tempat wisata resmi, namun karena keunikan dan pemandangan sekitarnya yang cantik, banyak yang tertatrik untuk mengunjungi Pohon Pengantin ini. Sehingga keberadaan lokasi ini terekam dalam situs Google Maps. Lokasi Pohon Pengantin berada di Jalan Siranda, Pulutan, Kota Salatiga. Letaknya berada di dekat SMP Islam Al Azhar Salatiga dan dapat dikunjungi dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Keunikan Pohon Pengantin Siranda Bukan sekadar pohon, pohon pengantin ini sangat unik bentuknya. Pohon ini tumbuh sendirian di pematang sawah. Bentuknya juga meliuk-liuk, unik seperti ular. Batang bagian bawahnya membentuk tempat duduk yang alami karena proses pertumbuhannya. Pohonnya tampak seperti tanaman kerdil bonsai dalam ukuran besar. Tempat ini sering menjadi tempat untuk sesi foto pre-wedding bagi pasangan kekasih yang akan melangsungkan pernikahan. Legenda Pohon Pengantin Salatiga Warga sekitar menuturkan bahwa dulunya ada dua pohon di lokasi tersebut, namun salah satu pohon sejak lama sudah ditebang. Pohon itu merupakan simbol cinta. Mitos yang beredar jika sesrorang berkunjung ke pohon tersebut bersama pasangannya, hubungan mereka akan menjadi langgeng. Karena kepopulerannya hingga ada musisi asal Salatiga Erfix Bahtiar, mengungkapkan pesona pohon itu ke dalam sebuah lagu berjudul “Pohon Pengantin”. Lokasi Pohon Pengantin Salatiga Lokasi Pohon Pengantin ini sangat mudah diakses. Jaraknya hanya sekitar 3,9 km dari Kota Salatiga dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit saja. Rutenya, jika dari Kota Salatiga menuju Jl Diponegoro, tiba di pertigaan sebelah Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga, belok kira menuju Jl Siranda Raya Bancaan, kemudian lurus terus sampai lokasi. Pohon Pengantin terletak di pinggir jalan. Untuk mengunjungi Pohon Pengantin tidak dipungut biaya, paling hanya biaya untuk membayar parkir jika membawa kendaraan.Pohon Pengantin

Wisata Alam Kalipasang Kopeng, Pesona Jajaran Hutan Pinus Yang Estetik

Wisata Alam Kalipasang Kopeng, Pesona Jajaran Hutan Pinus Yang Estetik

Pesona Wisata Alam Kalipasang Kopeng bisa menjadi destinasi liburan akhir pekan Anda bersama keluarga. Wisata alam ini didominasi oleh vegatasi pinus merkusi yang lebat dan berjajar rapi. Sehingga udara di lokasi ini sangat sejuk dan segar. Wisata gunung tidak hanya bisa dinikmati untuk pandakian menuju puncak gunung. Tapi juga bisa dinikmati di kaki gunung. Hamparan sawah yang mengelilingi, udara sejuk serta pemandangan gagahnya gunung yang bisa dilihat di kaki gunung. Selain itu bisa juga digunakan sebagai area berkemah. Seperti di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini yang bernama Pesona Wisata Alam Kalipasang. Area perkemahan ini di dominasi oleh vegetasi tegakan Tusam atau Pinus Merkusi yang menjulang tinggi, lebat dan berjajar rapi. Selain indah juga udara sejuk serta suara hembusan angin yang terdengar menambah suasana menjadi romantis. Karena jajaran pinus yang sangat lebat, membuat matahari hanya samar-samar terlihat dari bawah. Suasana Hutan Pinus Kalipasang tambah indah saat pagi menjelang. Sinar matahari yang mulai muncul menembus rapatnya tegakan Tusam, menciptakan lukisan alam yang berbeda dan mempesona. Dengan suasana seperti ini, sangat cocok sebagai tempat untuk melepas penat, mengembalikan kesegaran jiwa dan raga setelah penatnya beraktivitas. Area perkemahan Kalipasang Merbabu ini juga bisa dikunjungi tanpa harus berkemah. Hanya sekadar berjalan-jalan diantara tegakan Tusam yang menjulang, menghirup udara segar sebanyak-banyaknya khas Gunung Merbabu, juga berfoto. Disediakan jalur berupa tangga sejauh 500 meter. Jika mengikuti jalur yang telah disediakan, akan berakhir di ujung jalan hingga bertemu dengan bangunan tower. Cukup 10 sampai 15 menit menuju ujung dengan berjalan santai. Suasananya masih sangat alami, tanpa banyak embel-embel yang dibuat-buat. Fasilitas yang disediakan di wisata Kalipasang Kopeng juga cukup lengkap. Ada area parkir yang luas dan aman, toilet, mushola, teater alam, pendopo yang luas untuk acara-acara bersama. Wisata Kalipasang ini bukan hanya sebagai area berkemah dan berwisata, tapi juga sebagai rumah bagi para hewan seperti burung dederuk, kutilang, pentet, prenjak, dan lain-lain. Selain pinus juga ada berbagai macam tanaman seperti akasia dekuren, cemara gunung, puspa, tembelekan, dan lain sebagainya. Lokasi Wisata Alam Kalipasang ini sangat mudah di akses baik dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda 4, bisa diakses melalui rute dari arah timur (Kota Salatiga) sejauh 16 kilometer, juga dari arah barat (Kota Magelang) sejauh 30 kilometer. Tiket masuk cukup membayar Rp 7.500 per orang. Cukup terjangkau ya. Namun tetap ingat untuk menjaga kebersihan di lokasi wisata manapun yang dikunjungi.

Gunung Kembang Wonosobo, Primadona Baru Karena Keindahan Alamnya

Gunung Kembang Wonosobo, Primadona Baru Karena Keindahan Alamnya

Gunung Kembang Wonosobo menjadi destinasi pendakian gunung \yang sedang digemari karena keindahan yang di tawarkan cukup mempesona. Daya tarik lainnya yaitu rute perjalanan yang berbeda dengan pendakian lainnya, karena pemandangan alam yang luar biasa akan selalu tersaji. Gunung yang populer disebut sebagai anak Gunung Sindoro ini memiliki ketinggian 2340 MDPL dan termasuk gunung yang tak terlalu tinggi, tetapi masyarakat percaya bahwa gunung ini dapat terus bertambah tinggi. Pasalnya, letak Gunung Kembang yang berada di sebelah Gunung Sindoro yang notabene gunung berapi aktif diyakini selalu menumpahkan hasil aktivitas vulkaniknya ke Gunung Kembang. Untuk jalur pendakian sendiri, setidaknya ada dua jalur yang bisa digunakan. Jalur Blembem dan Jalur Lengkong, keduanya terletak di kecamatan yang berbeda. Asal-usul Nama Gunung Kembang Menurut masyarakat setempat, gunung ini hanya memiliki tinggi 1.200 mdpl pada 10 tahun yang lalu dan bertambah tinggi karena aktivitas magma Gunung Sindoro yang mengalir ke Gunung Kembang. Adapun asal usul nama Gunung Kembang, yakni karena banyak dijumpai berbagai macam jenis bunga atau kembang di wilayah pegunungan ini. Bahkan menurut tim dari IPB (Institut Pertanian Bogor) yang pernah melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa, terdapat 100 jenis spesies bunga Anggrek termasuk jenis yang langka terdapat di gunung ini. Jadi, para pendaki pun akan disuguhi pemandangan yang sangat indah. Apalagi, ditambah dengan beragam jenis bunga di wilayah gunung. Daya Tarik Gunung Kembang Wonosobo Ketinggian Gunung Kembang Wonosobo adalah 2.340 mdpl. Meski medannya tidak begitu tinggi, namun digemari para pendaki. Daya tarik gunung di Wonosobo satu ini yaitu terkenal akan medannya yang terus menanjak dan jarang terdapat dataran. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki untuk bisa menaklukan Gunung Kembang tersebut. Selain itu, Gunung Kembang Wonosobo ini memiliki 7 rute pendakian yang akan dilewati oleh pendaki, begitu banyak dan ekstrim. Pendaki harus melewati satu persatu pos tersebut untuk sampai ke puncak gunung. Setiap pos mempunyai nama unik dan fenomenal yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan para pendaki. Para pendaki dihimbau untuk selalu berhati-hati saat diperjalanan menuju lokasi gunung, serta pastikan membawa keperluan dan peralatan yang lengkap. Jalur Pendakian Gunung Kembang via Blembem Salah satu jalur pendakian yang populer ialah melalui rute Blembem. Basecamp Gunung Kembang via Blembem dibuka setiap hari dan 24 jam selama jalur pendakian dibuka. Di sekitar jalur pendakian gunung ini terdapat perkebunan teh milik PT Tambi. Dengan adanya perkebunan teh tersebut, semakin menambah keindahan pemandangan gunung. Pendakian gunung melalui rute Blembem terdiri dari tujuh pos, yaitu Istana Katak, Kandang Celeng, Liliput, Simpang Tiga, Akar, Sabana, dan Tanjakan Mesra. Istana Katak Pos pertama dinamakan sebagai Istana Katak karena di sebelah bangunan tersebut terdapat kolam yang dihuni banyak kecebong dan ketika musim hujan, kolam tersebut terdapat banyak katak. Perjalanan dari basecamp Blembem ini dipenuhi dengan pemandangan perkebunan teh yang menawan. Kandang Celeng Dinamakan kandang celeng karena pos ini merupakan gerbang untuk memasuki hutan Gunung Kembang dan di hutan gunung ini masih terdapat banyak celeng atau babi. Liliput Pos berikutnya bernama liliput karena konon katanya, di pos ini pernah terlihat manusia kerdil yang memiliki tinggi satu meter. Simpang Tiga Selanjutnya ada pos simpang tiga. Dinamakan simpang tiga karena di pos ini terdapat jalur bercabang yang pada zaman dahulu digunakan untuk membuka jalur pendakian. Akar Alasan mengapa disebut Pos Akar adalah karena di kawasan ini banyak terdapat pohon yang akarnya menjuntai seperti akar pohon beringin. Dalam posisi ini, beberapa pendaki bahkan bisa berayun dengan akar pohon besar. Padang rumput/Sabana Pos selanjutnya adalah Pos Sabana. Jika sabana pada gunung lain berupa padang rumput yang luas dan datar, maka sabana pada gunung Kembang merupakan padang rumput dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Jika beruntung, pendaki dapat menyaksikan bunga eidelweis yang bermekarang. Tanjakan Mesra Selanjutnya adalah Pos Tanjakan Mesra. Disebut dengan Tanjakan Mesra karena saat jalur pendakian ini dibuka, salah satu tim yang merupakan pasangan suami istri Kang Aziz dan Mbak Yahma bergandengan tangan saat menyusuri jalur ini. Sehingga area ini dikenal sebagai pendakian mesra oleh pendaki gunung lainnya. Setelah melewati semua pos tersebut, pendaki dapat mencapai puncak dan mengagumi pemandangan Gunung Kembang yang menawan. Para pendaki juga diperbolehkan bermalam di puncak gunung. Kawasan Puncak Kembang mampu menampung hingga 20 tenda pendakian. Namun saat bermalam di sini, sebaiknya berhati-hati karena di sekitar hutan masih banyak terdapat babi hutan. Oleh karena itu, sebaiknya jangan membawa makanan dengan bau yang menyengat. Fakta dan Hal Menarik Seputar Gunung Kembang Terkait fakta dan hal menarik tentang gunung Kembang, dan mengapa gunung ini direkomendasikan bisa kamu lihat dibawah ini. Jalur Pendakian Unik Terkait jalur pendakian, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada dua jalur yang berbeda. Yang pertama adalah jalur Blembem lama dan yang kedua adalah jalur Blembem baru Keistimewaan jalur Blembem lama adalah memiliki medan yang berat dan berbahaya sehingga tidak disarankan bagi pendaki pemula. Bahkan ada desas-desus bahwa jalur pendakian ini telah ditutup agar tidak ada pendaki yang tersesat. Untuk itu, kini direkomendasikan jalur Blembem Baru yang lebih aman untuk didaki. Untuk jalur baru Blembem sendiri sekarang lebih umum digunakan karena medannya lebih bersahabat dengan pendaki. Jalan baru ini merupakan jalan utama yang digunakan untuk pendakian, karena cukup ramah bagi setiap pendaki. Anak Gunung Sindoro Mungkin banyak dari kamu yang belum mengetahui nama Gunung Kembang, namun anda telah familiar dengan nama gunung Anak Sindoro. Padahal, keduanya merupakan gunung yang sama karena Gunung Kembang terletak persis di sebelah Gunung Sindoro. Peningkatan Ketinggian setiap tahun Gunung Sindoro sendiri merupakan gunung api aktif yang masih melakukan aktivitas magmatik hingga saat ini. Akibatnya, ketinggian Gunung Kembang bertambah setiap tahun. Kabarnya 10 tahun lalu, ketinggiannya masih hanya 1.200 meter di atas permukaan laut. Aturan pendakian yang ketat Berbeda dengan gunung lainnya yang biasa didaki, gunung yang satu ini memiliki aturan ketat yang ditetapkan oleh pengelola. Contoh paling sederhana adalah melakukan pendataan secara detail dari setiap barang yang dibawa oleh pendaki di pos keberangkatan. Seluruh barang diperiksa dan ditata dengan detail untuk memastikan tidak ada barang yang dilarang. Selanjutnya, bahan makanan yang ada di dalam kemasan plastik juga harus dibuka dan ditempatkan dalam satu wadah, untuk meminimalisir jumlah sampah plastik yang mungkin berjatuhan. Pilihan area berkemah Untuk area berkemah sebenarnya ada dua tempat yang berbeda. Pertama di Pos Sabana 2, … Baca Selengkapnya

Air Terjun Kedung Kayang Magelang, Eksotis dan Mistis

Air Terjun Kedung Kayang Magelang, Eksotis dan Mistis

Air Terjun Kedung Kayang Magelang menjadi tempat wisata alam yang menyajikan keindahan alam mempesona. Di sekitar air terjun dengan ketinggian sekitar 40 meter ini, pengunjung juga dapat menyaksikan panorama alam Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Air Terjun Kedung Kayang terletak di Desa Ngagrong, Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Salah satu air terjun tertinggi di Jawa Tengah ini menjadi objek wisata yang sangat indah. Daya Tarik Air Terjun Kedung Kayang Magelang Air Terjun Kedung Kayang merupakan tempat wisata yang tidak terlalu ramai sehingga suasananya cukup tenang. Air Terjun Kedung Kayang berada di ketinggian 1200 mdpl dengan ketinggian air terjun sekitar 40 meter. Di kawasan ini pengunjung dapat menikmati ketenangan dan kedamaian dengan duduk di atas batu sambil mendengarkan gemuruh air terjun yang terdengar syahdu. Pesona air terjunnya memang luar biasa. Air terjun yang deras terlihat seperti tirai putih raksasa. Pemandangan di sekitar air terjun juga tak kalah mengagumkan, air terjun ini terletak di sebuah ceruk raksasa. Saat musim hujan, Anda bisa melihat air terjun kecil di sekitarnya. Aktifitas populer yang dilakukan wisatawan adalah berfoto dengan latar air terjun. Selain itu, area air terjun juga cocok untuk aktifitas tracking. Namun, saat musim hujan, kawasan di sekitar air terjun bisa banjir. Saat cuaca buruk, pengelola akan mengumumkan melalui pengeras suara meminta pengunjung untuk segera naik ke atas. Waktu terbaik untuk mengunjungi air terjun ini adalah saat cuaca sedang cerah. Menikmati Keindahan dan Panorama Alam dari Atas Air Terjun Spot terbaik untuk menikmati keindahan air terjun Kedung Kayang adalah dari atas terjun. Di lokasi ini terlihat panorama alam sekitarnya seperti Gunung Merapi dan Merbabu, serta air terjun yang banyak bebatuannya. Pada musim hujan aliran air sangat deras karena sumber aliran Kedung Kayang berasal dari sungai. Lokasi kedua berada di area kolam air terjun Kedung Kayang. Airnya turun dengan sangat cepat, hal ini dikarenakan air terjun Kedung Kayang memiliki tinggi sekitar 40 meter dan merupakan salah satu air terjun tertinggi di Jawa Tengah. Pengunjung dapat memanfaatkan gardu pandang untuk berswafoto dengan latar air terjun, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. ria. Untuk bisa berswafoto ria di gardu pandang ini, para pengunjung harus membayar Rp5.000 per orang serta jasa fotografer sebesar Rp2.500 untuk satu foto dalam bentuk softfile. Menuju ke kawasan air terjun Kedung Kayang di bawah ini Air Terjun Kedung Kayang dapat dicapai melalui jalan raya Boyolali-Magelang. Kemudian Anda akan menemukan papan petunjuk yang bertuliskan Air Terjun Kedung Kayang. Parkir mobil tidak jauh. Setelah membayar tiket masuk Rp4.000 dan biaya parkir sepeda motor Rp2.000, perjalanan menuju air terjun dilakukan dengan berjalan kaki. Saat menuju lokasi, Anda kemudian akan menemukan dua persimpangan, yaitu menuju spot panorama atas atau menuju spot air terjun. Jika Anda memilih untuk pergi ke spot air terjun, Anda akan menuruni jalanan setapak. Meski jalanan sudah dicor, namun Anda harus tetap berhati-hati karena jalanan cukup licin. Perjalanan akan lebih nyaman jika Anda memakai sepatu anti selip. Dibutuhkan sekitar lima sampai sepuluh menit untuk berjalan kaki ke tepi sungai yang berasal dari air terjun. Tapi itu tidak berarti jalan menjadi lebih mudah untuk dilalui. Tantangan sesungguhnya baru saja dimulai. Ternyata jalan menuju puncak air terjun harus melewati sungai. Pada musim penghujan aliran sungai ini cukup besar sehingga harus berani menyebrang. Ada dua cara untuk menyeberangi sungai, yaitu berjalan di tengah aliran atau melompati bebatuan. Keduanya membutuhkan keberanian yang besar. Risiko melompati bebatuan tentu saja terpeleset ke sungai. Selama ini, jika Anda berjalan di tengah sungai, Anda berisiko kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sungai. Perjalanan dilanjutkan di sepanjang jalan setapak di tepi sungai. Sesekali Anda harus melewati bebatuan. Rupanya untuk menuju menuju air terjun Anda harus melalui sungai kembali. Pengunjung harus pintar memilih bagian sungai mana yang cukup dangkal. Setelah menyeberangi sungai kedua, puncak air terjun sudah terlihat semakin dekat. Kondisi medan di sekitar air terjun berbatu. Semakin dekat dengan air terjun, titik air di udara cukup terasa karena derasnya aliran air terjun. Pesona area bawah air terjun Kedung Kayang Berfoto di depan air terjun merupakan kegiatan favorit wisatawan. Dengan sudut pengambilan yang tepat, foto-foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenangan yang tak terlupakan setelah menempuh jarak yang agak sulit untuk mencapai titik air terjun. Namun jika ingin memotret, sebaiknya kamera tidak terlalu lama diarahkan ke air terjun. Banyak bintik air yang dapat dengan cepat membasahi kamera. Jika terlalu basah, kamera bisa rusak. Satu hal yang perlu diperhatikan, kunjungan ke Air Terjun Kedung Kayang sebaiknya dilakukan pada hari yang cerah. Saat hujan, air terjun dapat meluap dan banjir sehingga berbahaya. Jika cuaca buruk, pengelola akan mengumumkan melalui pengeras suara meminta pengunjung untuk segera naik. Asal Penamaan dan Misteri Air Terjun Kedung Kayang Nama Kedung Kayang akan dikenal oleh penduduk setempat secara turun temurun, berasal dari nama tiga empu atau tokoh keramat Wonolelo di masa lalu. Yaitu Empu Panggung, Empu Putut dan Empu Khalik. Konon para empu sering bertemu di lokasi air terjun, baik di atas maupun di bawah kedung. Pertemuan para empu tersebut bertujuan untuk memperebutkan suatu kekuatan yang dikenal dengan sebutan ‘Tanding Balang’, yang dalam bahasa Jawa berarti berperang. Tanding Balang dilakukan oleh tiga empu saat memasuki bulan Suro dan dalam pertandingan ini, siapa yang dapat melempar telur angsa ke dalam kedung dalam keadaan masih utuh akan menjadi pemenangnya. Sayangnya, ketiga telur angsa tersebut pecah dan masuk ke dalam kedung Para empu tersebut kemudian menelusuri tebing untuk melihat ke arah kedung, namun anehnya mereka tidak menemukan cangkang telur yang pecah. Dari pecahan telur inilah muncul mata air yang kering. Sejak itu, setiap malam Jumat Kliwon, selama bulan Suro, selalu terdengar suara atau nada gamelan Jawa yang nyaring. Selain malam Jumat Kliwon, pada Kamis Wage, tepat pada hari pasaran tersebut konon banyak kera yang berkumpul di atas Kedung Kayang. Kemisteriusan Air Terjun Kedung Kayang dengan segala macam legenda dan mitosnya menjadi daya tarik yang tidak bisa ditampik. Air terjun ini juga konon terdapat penunggunya. Kepercayaan setempat menyebutkan bahwa pelindung penunggu tersebut adalah Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Pengasih. Selain air yang memancar dari mata air di atas, di celah-celah tebing, juga terdapat beberapa mata air mengalir sepanjang tahun dan … Baca Selengkapnya

Nepal Van Java Magelang, Panorama Indah di Lereng Gunung Sumbing

Nepal Van Java Magelang, Panorama Indah di Lereng Gunung Sumbing

Nepal van Java Magelang adalah julukan desa wisata yang terletak di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di dusun Butuh, desa Temanggung, kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Julukan itu tak lain adalah karena penataan rumah-rumah penduduk desa yang ditata seperti terasering, seperti di Lereng Pegunungan Himalaya, Nepal. Tentang Wisata Nepal van Java Nepal Van Java adalah tempat wisata yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Magelang, Jawa Tengah. Tempat ini menjadi viral karena memiliki pemandangan yang indah yang membuat kamu merasa seperti berada di negari asing. Dijuluki Nepal Van Java karena lanskap rumah penduduk Dusun Butuh tampak tumpang tindih sehingga memiliki suasana yang identik dengan pedesaan di Nepal. Wisata Nepal Van Java, terletak di Dusun Butuh, desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Desa ini terletak pada ketinggian sekitar 1600 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini terletak di lereng Gunung Sumbing. Dengan ketinggian yang begitu tinggi, pedesaan ini menawarkan suasana yang segar, asri dan sejuk, serta pemandangan yang menakjubkan. Desa ini dulunya hanya jalur pendakian ke Gunung Sumbing. Hingga tahun 2019, desa ini telah menjelma menjadi tujuan wisata populer dengan rumah-rumah bercat aneka warna dan rumah yang tampak bertumpuk. Kondisi ini menghadirkan nuansa baru, seperti desa Namche Bazaar di Nepal yang terletak di pegunungan Himalaya. Hingga terciptanya Nepal Van Java yang populer di jejaring media sosial karena sangat instagramable dan kekinian. Dikutip dari akun Instagram resmi Dusun Butuh, @nepal_van_java, cuaca di Nepal van Java berkisar antara 12 hingga 19 derajat Celcius. Di Wisata Nepal van Java Magelang, kamu bisa menyusuri jalanan Dusun Butuh yang sempit, berkelok-kelok dan penuh tanjakan serta turunan. Bagi yang belum terbiasa hiking, menyusuri jalanan Nepal van Java dengan rumah-rumah warna-warni tentu cukup melelahkan. Tapi jangan khawatir, ada jasa layanan ojek disana. Kegiatan menarik yang direkomendasikan di Nepal Van Java Magelang Panorama alam yang disajikan Nepal van Java Magelang sangat indah. Dari desa ini, kamu bisa melihat kemegahan Gunung Sumbing yang menjadi wallpaper dusun Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik ini. Nah, inilah beberapa kegiatan wisata yang bisa kamu lakukan di Nepal Van Java. Untuk mengawali keseruan aktivitas di Dusun Butuh, kamu dapat datang pagi-pagi sekali untuk merasakan udara segar dan suasana pagi. Kamu juga bisa bermalam agar tidak ketinggalan momen sunrise. Berikut rekomendasi aktivitas seru di Nepal Van Java di Magelang. Menjelajahi Desa dan Perkebunan Mata pencaharian sebagian besar penduduk Dusun Butuh adalah pertanian dan perkebunan. Maka tak heran jika di sekitar Nepal Van Java Magelang kamu akan disuguhkan pemandangan hijau yang membuat mata terasa segar. Suasana desa di Nepal Van Java juga sangat asri dan masyarakatnya ramah. Kamu bisa berkeliling sambil menikmati pemandangan perkebunan dengan bentuk terasering khas pegunungan. Kamu juga bisa mencoba kegiatan yang biasa dilakukan warga sekitar, seperti menanam atau mengumpulkan hasil pertanian di dusun Butuh. Tapi jangan sampai melanggar dan ingat untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukannya. Menyaksikan Laut Awan Jika datang pagi-pagi sekali, Kamu dapat menikmati keindahan lautan awan yang berpadu dengan hijaunya ladang penduduk di sekitar dusun Butuh. Pemandangan semakin menarik saat matahari perlahan terbit di ufuk timur. Lautan awan akan menguning, membuatnya semakin terlihat mengagumkan. Keindahan pemandangan ini juga berpadu dengan suasana yang segar dan sangat sejuk. Momen seperti ini pasti tidak tersedia akan tersedia di kota-kota besar. Berfoto di Spot-spot Populer dan Instagramable Ada banyak lokasi spot foto yang tersedia di Nepal Van Java. Beberapa diantaranya kamu bisa berfoto di Teras Nepal, Gerbang Dusun, Taman Depok atau Gerbang Pendakian Gunung Sumbing. Semua lokasi tersebut menawarkan pemandangan Gunung Sumbing yang indah sebagai latar belakang. Menikmati Sajian kuliner lokal Jika sudah puas dengan panorama lautan awan dan indahnya matahari terbit, lanjutkan sarapan untuk mengisi kembali tenaga. Tidak perlu jauh-jauh untuk sarapan, kamu bisa mencicipi makanan dari warung-warung yang dikelola warga di Dusun Butuh. Beberapa warung juga menawarkan jajanan tradisional. Harga makanan di Dusun Butuh juga cukup terjangkau. Setiap warung memiliki latar atau pemandangan yang berbeda-beda. Berhenti Sejenak dan Menikmati Keindahan Curug Silawe Jika dirasa telah puas menikmati keindahan Nepal Van Java Magelang, saat perjalan pulang kami bisa mampir dan bersantai sejenak di Curug Silawe. Destinasi wisata terletak searah dengan jalan pulang. Air Terjun Silawe terletak di Desa Kopeng, Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran. Jarak dari Nepal van Java hanya sekitar 20 menit dengan kendaraan bermotor. Di Curug Silawe, kamu akan disuguhi pemandangan air terjun setinggi 60 meter yang menakjubkan. Air ini bersumber langsung dari Gunung Sumbing, sehingga sangat jernih dan dingin. Suasana dan lingkungan sekitar selalu terlihat sangat bagus dan segar. Sangat cocok untuk relaksasi santai dan menghilangkan penat. Tips Berwisata dan Berkunjung Ke Nepal Van Java Magelang Bagi para traveller yang ingin berwisata dan mengunjungi desa ini perlu mengetahui beberapa hal terlebih dahulu, mengingat lokasi wisata berada di lereng gunung sehingga perlu dilakukan persiapan yang matang sebelum berangkat. Tiba di Pagi Hari Pagi adalah waktu yang tepat jika kamu memang ingin mengunjungi Nepal Van Java. Kondisi pagi hari tentunya cuaca menjadi lebih cerah, sehingga pemandangan alam juga bisa lebih indah dan jernih. Tak hanya itu, matahari terbit di langit timur juga akan mempercantik warna yang ada. Memastikan Kendaraan dalam Keadaan Baik Tidak hanya kendaraan yang mampu atau kuat ditanjakan, tetapi tentu perlu memperhatikan rem kendaraan agar aman saat melewati medan jalan turunan. Situasi ini akan banyak dilalui ketika wisatawan perjalanan pulang dari dusun Butuh. Rute menurun ini cukup panjang dan harus benar-benar perlu diperhatikan bagi pengendara yang menggunakan motor dengan transmisi otomatis. Mengerem terus-menerus tentu saja dapat menyebabkan rem lebih mudah rusak. Jauh lebih baik jika Anda berhenti sejenak untuk menyegarkan kendaraan Anda sambil menikmati pemandangan alam di sekitar. Menggunakan Drone untuk Mengambil Foto Dari Ketinggian Tips selanjutnya bagi wisatawan ketika berlibur ke Nepal Van Java adalah mencoba menggunakan drone untuk merekam dan mengambil gambar dari berbagai lokasi wisata ini. Tentunya semua pemandangan alam disana tidak akan terlewatkan sama sekali dan akan terlihat jauh lebih mempesona. Dengan kamera drone ini, Anda pasti mendapatkan perpaduan panorama alam rumah penduduk setempat dengan latar belakang Gunung Sumbing. Nepal Van Java akan memukau dengan latar belakang Gunung Sumbing saat cuaca cerah. Jadi pastikan cuaca cerah dan bersahabat selama kunjungan Anda. Biasanya, cuaca cerah ini mungkin terjadi selama musim kemarau, … Baca Selengkapnya