Jowonews

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga, Gurih dan Isiannya Meleleh Dari Dalam

Gemblong Cotot Salatiga ini bisa menjadi salah satu kuliner yang dapat Anda coba saat berkunjung ke Kota di kaki Gunung Merbabu ini. Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan kita. Di beberapa tempat, singkong tak hanya direbus, tetapi juga diolah menjadi berbagai camilan yang enak dan menggugah selera. Salah satunya adalah Gemblong Cotot Salatiga. Sejarah Gemblong Cotot Gemblong Cotot merupakan salah satu produk olahan singkong. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, gemblong terbuat dari tepung beras ketan putih yang diuleni hingga halus dan dibentuk-bentuk seperti bola. Kemudian adonan bulat berbentuk bola tersebut digoreng dan setelah dingin dilumuri dengan larutan gula merah. Di Jawa Timur, gemblong itu disebut Getas. Meski rasanya mirip, Getas terbuat dari beras ketan hitam, sedangkan gembllong terbuat dari beras ketan putih. Namun di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Semarang dan Salatiga, gemblong juga bisa dibuat dari singkong dan biasa disebut dengan gemblong cotot. Dilihat dari namanya, kue tradisional ini memang unik karena kata cotot jika diterjemahkan dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia berarti muncrat atau keluar secara tiba-tiba. Hal ini mungkin karena bahan isi dari kue ini akan terasa keluar ketika kita mengggitnya sehingga kue ini dinamakan demikian. Keunikan Gemblong Cotot Gemblong Cotot khas Salatiga ini memiliki rasa manis karena isiannya adalah gula pasir yang larut/meleleh saat kue digoreng. Selain itu, makanan tradisional ini memang bisa menunda rasa lapar karena makan 4-5 potong saja sudah membuat Anda merasa kenyang seperti makan sepiring nasi utuh. Berdasarkan tinjauan literatur yang telah dilakukan, tidak jelas dari mana sebenarnya gemblong cotot berasal. Namun, dengan memahami nama makanan ini, dapat diasumsikan bahwa asal usul gemblong cotot ini adalah dari Jawa Tengah. Gemblong Cotot D9 Salatiga Saat berkunjung ke Salatiga, Anda dapat mengunjungi Singkong Keju D9 Salatiga untuk merasakan kelezatan gemblong cotot ini. Gemblong cotot ini dapat Anda nikmati langsung di lokasi atau pun dapat Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh. Singkong Keju D9 beralamat di Jl. Argowiyoto No.8A, Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50732. Kuliner ini juga sangat mudah di temui di pasar-pasar tradisional Salatiga. Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mencicipinya?

Sate Kere Solo, Kuliner Hasil Kreativitas Wong Cilik

Sate Kere Solo, Kuliner Hasil Kreativitas Wong Cilik

Sate Kere Solo merupakan salah satu kuliner lezat khas Solo yang bahan bakunya terbuat dari tempe gembus. Hingga kini sate kere menjadi kuliner yang cukup populer di tengah masyarakat. Sate kere sempat diremehkan karena bahannya terbuat dari sisa makanan. Tidak hanya bumbu yang seadanya, cerita di balik kemunculannya yang sangat tidak terduga juga membuat sate ini menjadi menu yang sangat istimewa. Namun dibalik kelezatannya, sate kere tidak hanya sebatas menjadi kuliner tradisional saja. Ada kisah perjuangan masyarakat Solo dari kisah penciptaan sate kere. Sejarah Sate Kere Sate Kere mengacu pada kata bahasa Jawa “kere” yang berarti miskin atau tanpa uang. Hal ini didasarkan pada zaman penjajahan Belanda, dimana penduduk asli dari keluarga miskin memakan sate ini. Memang saat itu bahan baku pembuatan sate seperti daging cukup mahal. Sehingga penduduk asli saat itu mengganti daging dengan ampas tahu atau gembus, dan jeroan yang dijadikan sebagai pengganti daging. Dari situlah nama Sate Kere muncul. Sate Kere konon merupakan hasil kreativitas dari kaum inlander dalam memanfaatkan bahan makanan yang dibuang oleh orang kulit putih atau kalangan atas pada masa pendudukan Belanda. Sate ini juga merupakan semacam budaya tandingan yang diciptakan oleh orang yang dijajah untuk melawan penjajah. Jika penjajah karena kekuasaan dan kekayaannya bisa menikmati daging sate, maka orang miskin atau pribumi yang terjajah hanya bisa menikmati sisanya. Oleh karena itu, tidak heran jika Sate Kere menjadi makanan yang biasa disantap oleh masyarakat miskin atau kere. Dulunya sate ini adalah makanan orang miskin atau orang yang tidak mampu, kini sate kere telah menjadi makanan favorit bagi wisatawan yang datang dari luar daerah Solo. Bahkan hingga kini, Sate Kere sudah populer di berbagai kalangan masyarakat lho. Karena sajian sate ini memiliki cita rasa unik yang nikmat sehingga membuat siapapun yang memakannya langsung jatuh cinta. Bumbu Sate Kere Seperti kebanyakan sate, sate kere juga disajikan dengan bumbu kacang. Bumbu kacang untuk sate unik ini berbeda dengan bumbu kacang khas Ponorogo atau pun sate di daerah lain. Jika dibuat dengan benar, bumbu sate kere dapat membuat gembus terasa seperti daging. Bumbu yang digunakan untuk sate kere ini antara lain gula merah, cabai, dan kacang tanah. Bumbu Sate Kere biasanya pedas, namun selalu memiliki rasa manis yang dominan. Seperti kebanyakan makanan khas Solo dengan rasa manis yang dominan. Kini Jadi Makanan Semua Kalangan Meski pada masa lalu menjadi makanan “wong cilik”, kini sate kere disukai oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan sate kere juga menjadi sajian favorit Presiden Joko Widodo. Sampai-sampai sate kere menjadi hidangan langganan saat Jokowi menggelar pesta atau hajatan di kampung halamannya. Warung Sate Kere yang bisa menjadi tujuan wisata kuliner Sate Kere bisa ditemukan di seluruh Solo. Di kota ini banyak terdapat rumah makan dan tempat makan yang menjual sate kere bahkan sudah puluhan tahun berdiri. Jika kamu datang ke Solo jangan lupa untuk mencoba hidangan ini. Karena Sate Kere merupakan sajian yang enak dan bergizi dengan harga yang terjangkau. Beberapa tempat makan yang bisa Anda kunjungi di Solo untuk makan sate kere adalah: Warung Sate Kere Yu Rebi (Jalan Kebangkitan Kios 1-2, Sriwedari, Laweyan, Solo)Warung Sate Kere Mbak Tug (Jalan Arifin Nomor 63, Jebres, Solo)Warung Sate Kere Mbah Ranu (Jalan Popda 1, Banjarsari, Nusukan, Solo)Warung Sate Kere Mbah Yem (Jalan Sukereno, Serengan, Solo). Satu porsi sate kere, lengkap dengan lontong, bawang merah, dan cabai, harganya bisa berkisar antara sepuluh ribu hingga tiga puluh ribu. Sepiring penuh kelezatan!

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga, Warung Kopi Legendaris Sejak 1966

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga, Warung Kopi Legendaris Sejak 1966

Kopi Babah Kaca Mata Salatiga merupakan salah satu minuman yang dapat kamu nikmati untuk menghangatkan badan di tengah dinginnya udara Kota Salatiga. Salatiga dikenal dengan kota singgah karena lokasinya yang berada dekat dengan kota-kota besar seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Magelang. Juga berada dekat dengan Gunung Merbabu, Merapi, Telomoyo, Ungaran membuat Salatiga menjadi kota yang dingin. Todak jarang kota ini dijadikan sebagai destinasi berlibur dan melepas penat dari hiruk pikuk kota besar. Salah satu aktivitas untuk menikmati dinginnya Kota Salatiga adalah ngopi. Minum kopi bersama di cuaca dingin menjadi aktivitas yang menenangkan. Ada salah satu kuliner bersejarah di Salatiga yang menjajakan kopi yaitu Kopi Babah Kacamata. Gerai ini hanya menjual kopi robusta, cocok untuk penikmati kopi dengan rasa pahit yang kuat. Kopi Babah Kacamata adalah kopi olahan rumahan yang sudah ada sejak 1966 di Salatiga. Pertama kali dibuka oleh sepasang suami istri Warsono (Tan Tjun Gwan) dan Lucia Rusmiyati. Kopi ini sudah terkenal seantero kota. Di tiap warung kopi, cafe, kebanyakan menggunakan Kopi Babah Kacamata. Sudah 54 tahun Kopi Babah Kacamata Salatiga bertahan sampai generasi kedua, Astono. Hal ini karena hingga saat ini Kopi Babah Kacamata masih mempertahankan produk kopinya yang baik. Sangrai kopinya masih mengikuti metode yang digunakan orang tuanya – menggunakan mesin sangrai bath berbentuk seperti tabung, lalu di bawahnya dinyalakan tungku berisi kayu bakar dan api menyala. Tabung itu setelah diisi 20 kg kopi robusta Pingit, lalu diputar oleh mesin di atas tungku api. Jadi tidak ada resep khusus, yang penting kopi disajikan secara murni tanpa tambahan biji jagung yang lumrah ditemui pada kopi tubruk lainnya. Kopi yang digunakan adalah biji kopi utuh, robusta green been dari Temanggung. Dalam sehari, mereka bisa 5 kali sangrai dengan masing-masing kapasitas 20 kg. Kopi Babah Kacamata mempunyai tekstur halus seperti kopi bubuk sasetan. Soal grind size ukurannya fine. Karena tekstur dan gilingan yang halus itu. Kopi Babah Kacamata biasa dinikmati dengan cara ditubruk – cara paling cepat menyajikan kopi. Ampasnya terhitung sangat lembut, hampir ikut larut saat meminumnya. Nama Babah Kacamata sendiri berasal dari pelanggan yang menjuluki Pak Warsono (pendiri) sebagai Babah Kacamata karena beliau menggunakan kacamata. Sehingga, bungkus Kopi Babah Kacamata di desain sablon orang berkacamata yang makin membuat kopinya semakin otentik dan jadul. Kopi Babah Kacamata dapat dibeli bahkan dinikmati di toko sederhana yang berlokasi di Jalan Kalinyamat No 16 Salatiga. Bagi penikmat kopi jangan lewatkan untuk mencoba kopi jadul ini.

Kue Lompong Purworejo, Kue Hitam Dengan Rasa Gurih Manis

Kue Lompong Purworejo, Kue Hitam Dengan Rasa Gurih Manis

Kue Lompong Purworejo merupakan kuliner tradisional yang berbahan dasar kue ketan, kacang tanah dan gula Jawa. Kue tradisional ini biasanya dijual pagi hari bersamaan dengan camilan lainnya di pasar tradisional daerah Kutoarjo, Purworejo, dan Grabag. Ciri khas kue lompong adalah warna kulitnya. Warna hitam pada kue ini berasal dari lompong. Lompong sendiri bagi orang Jawa adalah batang talas, sehingga pewarna yang digunakan adalah pewarna alami murni dan memiliki aroma yang khas. Sejarah nama kue Lompong Konon, kue tradisional ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Nama unik yang disematkan berasal dari daun talas kering (lompong) yang digunakan sebagai pewarna hitam pada kue. Daya Tarik Kue Lompong Rasa manis kue lompong berasal dari kacang tanah yang disangrai, ditumbuk, dan dibumbui. Istimewanya, sekarang isian kuenya semakin beragam. Mulai dari kacang hijau, keju, cokelat, dan lainnya. Sedangkan rasa kenyal dan gurihnya berasal dari campuran beberapa bahan dasar seperti tepung ketan, tepung merang, gula merah atau gula pasir. Bahan-bahan ini menutupi isian kue lompong yang manis. Untuk penyajiannya, kue lompong dibungkus dengan klaras atau daun pisang kering, kemudian diikat dengan benang. Menggunakan daun pisang kering membuat kue menjadi lebih istimewa baik rasa maupun aromanya. Kue lebih enak dimakan saat panas karena kulitnya akan lebih keras, jika dimakan dingin kulitnya cenderung alot, namun pembuatan kue saat ini telah memperhitungkan hal tersebut. Kini kue lompong bisa dikukus kembali jika ingin dimakan, jadi tidak perlu khawatir jika ingin menjadikan kue ini sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Cara Membuat Kue Lompong Purworejo Cara membuat kue lompong sebenarnya sangat mudah. Pertama siapkan beberapa bahan dasar seperti campuran tepung ketan, abu merang, gula pasir, garam dan bumbu dasar sederhana. Bahan-bahan tersebut kemudian diuleni dengan air gula hingga diperoleh tekstur yang kental dan lentur. Pada zaman dahulu adonan kue lompong menggunakan santan dan gula merah. Namun penggunaan santan menjadikan kue ini tidak tahan lama. Solusinya, penggunaan santan diganti dengan minyak. Setelah adonan selesai, kita bisa menyiapkan bahan isiannya. Jika ingin membuat lompong khas, isiannya adalah kacang tanah. Namun jika ingin membuat versi modernnya, maka bisa diganti dengan keju, coklat, selai, kacang hijau dan lain-lain. Sangrai kacang terlebih dahulu, lalu buang kulitnya yang tipis dan tumbuk. Sedangkan untuk proses penghalusan dapat ditumbuk, diblender dan digiling, tergantung tingkat kehalusan yang diinginkan. Ingatlah untuk menambahkan beberapa bumbu seperti gula pasir atau gula jawa dan garam untuk mendapatkan rasa yang enak. Lalu aduk rata. Langkah selanjutnya adalah menambahkan isian ke adonan kue lompong yang sudah disiapkan. Kemudian gunakan daun pisang kering untuk membungkus dan mengikat. Jika Anda tidak memiliki tali dari akar, Anda dapat menggantinya dengan tali biasa. Setelah dibungkus dengan hati-hati, kue lompong dikukus selama kurang lebih dua jam. Ciri khas dari kue tradisional Purworejo ini adalah tidak mudah basi. Namun jika dibiarkan dalam waktu lama, kue akan menjadi kering dan keras. Tapi jangan khawatir, lompong bisa kita kukus ulang dan rasanya tetap sama.

Sego Congor Boyolali, Tersembunyi Tapi Selalu Diburu Pembeli

Sego Congor Boyolali, Tersembunyi Tapi Selalu Diburu Pembeli

Sego Congor Boyolali merupakan salah satu kuliner dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang membuat penasaran publik karena namanya yang unik dan menggelitik. Boyolali menawarkan beberapa kuliner legendaris yang patut dicoba, antara lain Sego Congor Tumpang Mbok Semi. Meski tergolong kuliner legendaris, menu Sego Congor Mbok Semi Ampel Boyolali ini dijual di warung sederhana. Alamatnya di Bakalan, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Menu makanan yang dijajakan di warung Sego Congor Mbok Semi ini antara lain nasi, koyor, congor atau cingur, serundeng dan kuah sambal tumpang. Congor atau cingur adalah sebutan untuk bagian hidung dan mulut sapi. Congor direbus lama hingga empuk. Setelah itu, barulah congor diolah menggunakan resep andalan Mbok Semi. Isian seporsi Sego Congor di warung Mbok Semi Boyolali cukup kenyang. Sepiring sego congor terdiri dari nasi, koyor, congor, serundeng, dan sambal tumpang di atasnya. Selain isiannya yang menggugah selera, Sego Congor Mbok Semi menjadi istimewa karena merupakan kuliner yang cukup tersembunyi di Boyolali. Pasalnya, lokasi warung tersebut berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Boyolali dan lagi-lagi letaknya yang tersembunyi. Sehingga banyak pengunjung yang keblasuk atau salah tempat. Warung makan Sego Congor Tumpang Boyolali ini memang berbeda dengan kebanyakan warung lainnya. Ruang makan berada di bagian dalam rumah dengan lantai bertingkat dan beralaskan tikar. Di sebelahnya, Pawon alias dapur lengkap dengan dua tungku kayu bakar menambah kesan klasik pedesaan. Bahkan, pembeli bisa menyaksikan proses memasaknya. Dan itu dimasak dengan tungku kayu, bukan kompor. Untuk menjaga cita rasa makanan agar tetap lezat. Kepopuleran Sego Congor Mbok Semi tidak hanya diketahui oleh masyarakat biasa saja, namun juga oleh pejabat hingga presiden. Pemiliknya mengatakan, pernah ada utusan Presiden Jokowi untuk membeli Sego Congor di warungnya. Warung Sego Congor Mbok Semi sudah beroperasi sekitar 50 tahun. Mbok Semi berjualan sendiri tanpa ada pelayan lain. Masak, ambil pesanan makanan, buat minuman, sampai kasir dilakukannya sendiri. Warung ini tidak memiliki jam buka yang pasti. Pemilik mengatakan jam buka dimulai saat makanan sudah siap. Biasanya buka setiap hari sekitar pukul 06.00 WIB hingga semua hidangan habis terjual. Satu porsi Sego Congor di toko Sego Congor Mbok Semi seharga Rp 20.000 sudah termasuk kerupuk dan minuman hangat.

Ronde Jago Salatiga, Minuman Legendaris Dengan Segudang Khasiat

Ronde Jago Salatiga, Minuman Legendaris Dengan Segudang Khasiat

Ronde Jago Salatiga merupakan minuman khas Salatiga yang biasa dimanfaatkan untuk menghangatkan badan di udara dingin Salatiga. Hal yang membuat wedang Ronde Sekoteng Jago Salatiga ini menjadi istimewa karena minuman legendaris yang sudah berumur setengah abad ini bukannya sepi, malah justru semakin dicintai para pelanggannya. Nama tempat yang menjual minuman ronde legendaris ini dikenal masyarakat dengan Warung Ronde Jago. Disebut Jago karena pada awalnya toko ini juga menjual berbagai macam jamu. Sejarah Ronde Sekoteng Jago Salatiga Sejak tahun 1960-an, Ronde Jago dikenal sebagai jajanan penahan dinginnya udara Salatiga. Konon nama Jago digunakan karena awalnya adalah toko jamu. Bertahan hingga saat ini, resep Ronde Jago yang diwariskan secara turun temurun telah mencapai generasi keempatnya yaitu Airlangga Setia Darma Putra. Minuman yang diadaptasi dari minuman Cina ini disajikan dalam mangkuk porselen Cina berukuran sedang. Saat Anda gigit, tekstur bola-bola bundar ronde yang terbuat dari tepung beras ketan ini terasa begitu kenyal, namun lembut. Isiannya adalah kacang tanah yang digerus bersama dengan gula pasir. Renyah lembut. Keunikan Wedang Ronde Jago Salatiga Berbeda dengan Wedang ronde pada umumnya, Wedang Jago ring ini mengandung sembilan ramuan yang bermanfaat untuk kesehatan lambung dan daya tahan tubuh. Campurannya meliputi jahe, gula, ronde, manisan jeruk, sagu delima, kolang-kaling, manisan tangkweh dan rumput laut. Selain ronde sekoteng, tersedia juga ronda kacang tanah yang memiliki rasa yang tak kalah nikmat. Jika ronde biasanya menggunakan kuah jahe, tetapi wedang ronde tanah menggunakan kuah dari sari kacang tanah. Tak hanya minum dalam kondisi panas, baik wedang ronde sekoteng atau ronde kacang tanah juga dapat dinikmati dingin dengan menggunakan campuran es batu. Selain menikmati wedang ronde dan wedang kacang, pengunjung juga bisa memesan batagor dan berbagai jajanan khas Salatiga yang dijual di toko Ronde Jago. Ada pía, gula kacang dan kue koya dan lain-lain untuk ngemil bersama teman sambil minum wedang ronde. Jam Buka dan Alamat Ronde Jago Warung Ronde Jago buka mulai pukul 14.00 WIB hingga 21.30 WIB. Sejak mulai berdiri di hingga sekarang, Wedang Ronde Jago ini buka setiap hari tanpa hari libur. Alamat: Jl. Jend. Sudirman No.9, Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50724

Soto Esto Salatiga, Soto Legendaris Yang Dijajakan di Garasi Bus

Soto Esto Salatiga, Soto Legendaris Yang Dijajakan di Garasi Bus

Soto Esto Salatiga merupakan salah satu kuliner legendaris yang masuk dalam kategori Culinary Legend (Kuliner Legendaris) yang ditetapkan Pemerintah Kota Salatiga. Setiap mengunjungi kota atau provinsi di Indonesia, hampir tersedia sajian soto dengan ke khasan nya masing-masing. Karena soto termasuk sajian kuliner Indonesia yang populer dan paling banyak variannya. Termasuk di Kota Salatiga, meskipun tidak pernah disebut-sebut kota yang memiliki sajian soto yang khas tapi salah satu sajian kuliner yang bersejarah di kota ini adalah Soto Esto. Sejarah Soto Esto Salatiga Soto Esto memiliki ikatan sendiri dengan masyarakat Salatiga. Memiliki asal usul nama yang unik dan memiliki jejak sejarah yang kuat dan panjang, yang berhubungan dengan sejarah transportasi di Salatiga. Soto Esto dirintis sejak tahun 1940, oleh sepasang suami-isteri bernama Martosetiko dan Sudarmi. Pada awalnya mereka menjajakan soto dengan berkeliling dan saat sore hari mereka berhenti di depan garasi Bus Esto. Karena kelezatannya itu, sotonya menjadi langganan para kru Bus Esto. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya menjadi langganan para kru Bus Esto tapi juga mulai terkenal kelezatannya lewat mulut ke mulut hingga menjadi langganan masyarakat sekitar. Karena mulai ramai, pada tahun 1953 pemilik Bus Esto bersimpati dan memberikan tempat berjualan di depan garasi PO Bus Esto tersebut. Sejak saat itulah Martosetiko dan istrinya tidak lagi berjualan keliling, dan mangkal di depan garasi PO Bus Esto. Esto sendiri merupakan Perusahaan Otobus (PO) di Salatiga yang tercatat berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Cikal bakal Esto adalah perusahaan transportasi pertama Kota Salatiga yang didirikan pada 1921 oleh Kwang Tjwan Ing, berdasarkan artikel “Esto, Bus Legendaris Salatiga.” (Kompasiana, 2/2/2015) oleh Purwanti Asih Anna. Esto adalah singkatan dari Eerste Slatigasche Transport Onderneming (Perusahaan Transportasi Pertama Slatiga) yang diberikan pada tahun 1923. Saat Martosetiko mangkal tahun 1950-an di depan garasi, Bus Esto masih eksis meski menurut catatan sejarah transportasi Salatiga, PO Bus Esto pernah mengalami krisis pada dekade 1930-an dan 1940-an. Namun pada rentang 1980-1990 dalam catatan sejarah juga menunjukkan generasi penerus Bus Esto mampu mengembalikan kejayaan Bus Esto. Salatiga – Tuntang – Bawen – Ambarawa menjadi salah satu trayek andalan Bus Esto. Dari sejarah itulah nama Esto berasal. Sejak mangkal di depan garasi Bus Esto, para pelanggan memberi nama soto langganan mereka sebagai Soto Esto untuk mempermudah penyebutan karena saat itu belum memiliki nama. Alamat Soto Esto Salatiga telah berpindah tempat sejak tahun 2009, yakni di Jalan Langensuko No. 4 Salatiga (belakang Hotel Grand Wahid). Keunikan dan Cita Rasa Soto Esto Salatiga Selain memiliki nama dan sejarah yang unik, sajian Soto Esto juga unik. Sotonya disajikan dalam mangkuk dengan kuah santan kekuningan yang tidak terlalu gurih namun tetap meninggalkan rasa yang berbeda. Inilah yang menjadikan Soto Esto panjang umur hingga kini karena tetap mempertahankan rasa dan kualitas yang sama sejak dulu. Satu porsi berisi nasi dengan kuah dipadukan dengan suwiran ayam, tauge, kemudian diberi taburan daun seledri dan remukan kerupuk karak yang juga menjadi ciri khas tersendiri. Di meja juga banyak disediakan makanan pendamping seperti gorengan yang khas Jawa Tengah seperti bakwan jagung, lentho, tahu bakso, juga sate ayam, sate usus, sate telur puyuh, dan sate kerang yang juga menjadi khasnya.  Satu porsi soto cukup merogoh kocek Rp 11.000 tanpa kerupuk karak. Sebelum memesan ada baiknya bertanya menu dan harga yang disediakan, karena tidak disediakan daftar menu. Soto Esto buka setiap hari pada pukul 06.00 – 12.00 WIB, tapi disarankan untuk datang pagi hari karena akan cepat habis dan karena gerainya tidak cukup luas sedangkan pengunjung ramai. Saat ini Soto Esto dikelola oleh generasi kedua, yang diwariskan pada tahun 1991 kepada Sulasmi hingga sekarang. Sejarah yang panjang dan unik serta cita rasa yang masih bertahan hingga kini, menjadikan Soto Esto ditetapkan sebagai salah satu kuliner bersejarah Salatiga (Salatiga Culinary Heritage) pada tahun 2021.

Tengkleng Solo, Kuliner Lezat Dari Tulang Kambing Yang Lahir Pada Masa Penjajahan

Tengkleng Solo, Kuliner Lezat Dari Tulang Kambing Yang Lahir Pada Masa Penjajahan

Tengkleng Solo merupakan makanan khas Surakarta dan sekitarnya. Kuliner ini terbuat dari olahan dari tulang kambing dengan kuah bumbu kuning yang nikmat. Hidangan tradisional ini menjadi favorit para pecinta kuliner ketika berkunjung ke Surakarta. Sejarah Masakan Tengkleng Solo Penulis buku Keplek Ilat: Sejarah wisata kuliner Solo, Heri Priyatmoko mengungkap perjalanan sejarah tengkleng sebagai salah satu menu makanan favorit Tanah Air. Hidangan ini lahir dari kreasi Solo pada masa pendudukan Jepang. Saat itu, masyarakat Solo sedang dalam kesulitan. Penemuan tengkleng merupakan hasil kreativitas di tengah situasi yang sangat pelik, yaitu pada masa [kolonial] Jepang. Saat kondisi masih sulit, masyarakat Solo menemukan tengkleng. Dalam perkembangannya, tengkleng tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah tetapi juga kalangan bangsawan. Fenomena ini menunjukkan bahwa tengkleng dapat menunjukkan identitas dan harga diri yang tinggi dalam kategori kuliner. Selain diolah dari tulang-tulang yang sudah diambil dagingnya, tengleng juga dibuat dari organ hewan yang seringkali tidak digunakan atau tidak begitu diminati. Namun dengan cara pengolahan yang inovatif dan bumbu yang khas, jadilah menu tengkleng yang lezat ini. Nama Tengkleng Solo sendiri juga ada asal usulnya. Pada masa lalu piring yang digunakan orang miskin saat itu kebanyakan terbuat dari gembreng atau seng. Sehingga ketika tulang-tulang kambing itu dimakan di atas piring akan menimbulkan bunyi kleng-kleng-kleng. Oleh sebab itu, masakan yang lahir dari buah kesengsaraan rakyat ini oleh masyarakat disebut tengkleng. Jika Anda penggemar tengkleng, Anda pasti paham bahwa kenikmatan utama dari sajian ini adalah menyeruput kuah gulai di antara tulang kambing. Jika beruntung, Anda akan menemukan daging, otot, sumsum, dan lemak yang masih menempel di tulang. Meski hanya tinggal tulang dan usus, proses memasak tengkleng memakan waktu yang sama seperti saat memasak gulai. Bahan-bahan tersebut direbus terus menerus sampai ekstrak tulang keluar. Semakin lama direbus, semakin enak tengklengnya. Kamu tidak akan mencium bau amis karena rempah-rempah ini terdiri jahe, kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkeh, bawang merah, bawang putih, kemiri, pala dan kelapa. Warung Tengkleng Solo Paling Populer Jika Anda berknjunt ke Solo, ada baiknya untuk mencicipi kuliner kuah yang satu ini. Ada banyak warung tengkleng di Solo, jika Anda masih belum tahu mau ke mana, berikut 7 rekomendasi toko tengkleng di Solo yang bisa Anda kunjungi: Tengkleng Kambing Bu Pon Tengkleng Kambing Bu Pon berlokasi di Shelter Lojiwetan, Jalan Kaptem Mulyadi, Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Buka setiap hari mulai pukul 09.00-15.30 WIB. Lokasi: Shelter Lojiwetan, Jl. Kapten Mulyadi, Kedung Lumbu, Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Klewer Bu Edi Tengkleng Klewer Bu Edi berlokasi di Pasar Klewer Solo, Jalan Dr. Radjiman, Kauman, Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Buka setiap hari mulai pukul 11.30-15.30 WIB. Terdapat beragam menu tengkleng yang ditawarkan, seperti tulang kambing, lidah, pipi, kaki, dan otak. Lokasi: Pasar Klewer, Gajahan, Jl. DR. Radjiman, Kauman, Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Mba Diah Tengkleng Mba Diah berlokasi di Tanjunganom, Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Terdapat beragam menu tengkleng seperti tengkleng kuah, tengkleng gongso, dan tengkleng goreng. Jika kamu datang bersama teman ataupun keluarga, kamu bisa memesan tengkleng spesial. Porsi ini lebih besar dan cocok disantap ramai-ramai. Tengkleng Mba Diah buka setiap hari pukul 09.00-21.00 WIB. Lokasi: Desa Tanjunganom RT.002 / RW.001, Kwarasan, Grogol, Tj. Ongih, Kwarasan, Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Tengkleng Solo Bu Jito Dlidir Tengkleng Solo Bu Jito Dlidir berlokasi di Jalan Kolonel Sugiyono, Nomor 67, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Terdapat berbagai menu tengkleng, salah satu menu favorit yaitu rica-rica tengkleng. Di sini kamu juga bisa mengatur tingkat kepedasan tengkleng yakni pedas, sedang, dan super pedas. Lokasi: Jl. Kolonel Sugiyono No.67, Kadipiro, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah Tengkleng Rica Pak Manto Tengkleng Rica Pak Manto berlokasi di Jalan Honggowongso Nomor 36, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Menu tengkleng paling terkenal di sini yaitu Tengkleng Rica-rica dan Tengkleng Segar. Ukuran tengkleng yang disajikan besar dan rasanya enak. Tengkleng Rica Pak Manto buka setiap hari pukul 07.30-20.00 WIB. Lokasi: Jl. Honggowongso No.36, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah